Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Profil

Profil Kapolres Samosir AKBP Yogie Hardiman, Disorot Usai Tewasnya Bripka Arfan Saragih

Penulis : Mutmainah J - Editor : Nurlayla Ratri

25 - Mar - 2023, 08:09

Placeholder
Kapolres Samosir, AKBP Yogie Hardiman. (Foto dari internet)

JATIMTIMES - Kapolres Samosir, AKBP Yogie Hardiman saat ini tengah disorot setelah kematian Bripka Arfan Saragih.

Hal itu dikarenakan kematian Arfan, yang sebelumnya bertugas di Samsat Pangururan, yang masih misterius.

Baca Juga : Safari Jumat Kapolres Tulungagung, 30 Anak Yatim Dapat Berkah

Polisi meyakini jika Arfan meninggal dunia lantaran bunuh diri. Sementara pihak keluarga meyakini jika Arfan meninggal lantaran dibunuh.

Istri Arfan, Jenni Simorangkir bahkan menyebut jika suaminya tewas usai hp nya disita oleh Kapolres Samosir AKBP Yogie Hardiman.

Dikutip dari Tribunjambi.com, Sabtu (25/3/2023), Yogie pernah bertugas di Polres Kota Bengkulu. Saat itu, dengan status masih perwira muda, dia menjabat sebagai Kepala Sentral Pelayanan.

Yogie juga pernah mengemban jabatan lain yakni Kepala Satuan Reskrim Polres Berau, Kalimantan Timur. Dia juga pernah menduduki posisi yang sama pada Polres Kutai Timur.

Yogie sebelum ditugaskan oleh Kapolri Jend Listyo Sigit Prabowo untuk menjabat Kapolres di Samosir, Yogie bertugas di Mabes Polri. Ia menjabat sebagai Kanit IV subdit V Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri.

Hardiman merupakan alumni Akpol (Akademi Kepolisian) tahun 2003.

Dia menjabat sebagai Kapolres Samosir mulai awal Januari tahun ini. Baru dua bulan menjabat, kini dia menghadapi kasus besar yang jadi sorotan.

Sebelum tewas, Bripka Arfan Saragih dituduh melakukan penggelapan pajak kendaraan sebelum ditemukan meninggal.

Istri korban, Jenni Simorangkir mengungkapkan suaminya itu sempat diancam Kapolres Samosir.

"Tanggal 23 Januari 2023 setelah apel, katanya Kapolres menyita handphonenya," kata Jenni, Selasa (21/3/2023) dikutip dari Tribun Medan

Jenni lalu mengatakan jika pada saat itu Kapolres mengatakan kepada Arfan, tidak takut pada jenderal bintang dua dan bintang tiga.

"Kalau bintang tiga, barulah dia takut," kata Jenni yang menirukan ucapan mendiang suaminya.

AKBP Yogie Hardiman, ucapnya, juga disebut berulang kali menyatakan akan membuat sengsara keluarga Bripka Arfan Saragih.

Bahkan, ancaman inilah yang sedang dirasakan Jenni Simorangkir dan kedua anaknya. Dia merasa pernyataan Kapolres Samosir itu terbukti saat ini.

Jenni dan keluarga almarhum merasa janggal bila Bripka Arfan Saragih tewas karena minum racun sianida.

Padahal, kata Jenni, suaminya sudah membayar kerugian pajak yang digelapkan berkisar Rp 650 juta atau Rp 700 juta.

Uang itu mereka peroleh setelah menjual rumah yang ada di Kabupaten Samosir.

"Almarhum dikatakan punya masalah, tapi tidak mengatakan pajak. Dia mengatakan Kapolres menyuruh cari uang Rp 400 juta untuk membayar. Jadi kami menjual rumah kepada namboru saya," ungkapnya.

Sementara, Kapolres Samosir, AKBP Yogie Hardiman, mengklaim Bripka Arfan Saragih meninggal dunia karena minum racun sianida.

Senada dengan Yogie, Kasat Reskrim Polres Samosir, AKP Natar Sibarani juga mengklaim pihaknya menemukan resi pengiriman racun sianida yang disebut telah dipesan Bripka Arfan Saragih.

Menurut polisi, Arfan memesan racun itu dengan menggunakan HP. Keterangan itu dibantah kuasa hukum keluarga korban, Fridolin Siahaan.

Baca Juga : Laporan Tipe B Tragedi Kanjuruhan di Polres Malang Dihentikan, Kuasa Hukum : Kami Tidak Sependapat

Ia juga mengatakan ada kejanggalan yang disampaikan polisi mengenai pemesanan racun sianida tersebut.

Fridolin lalu menilai, bagaimana mungkin Bripka Arfan Saragih bisa memesan racun sianida lewat HP, sementara alat komunikasi korban disita Kapolres Samosir pada 23 Januari 2023.

Sementara pada tanggal 23 itu merupakan waktu korban disebut memesan racun tersebut.

"Jadi kami di sini juga minta pendalaman siapa yang memesan itu, HP tersebut telah disita Kapolres tanpa sebab dan tanpa alasan, tanpa ada surat penyitaan dan lainnya," kata Fridolin.

Fridolin menambahkan, dari keterangan Kapolres Samosir dalam konferensi pers di hadapan awak media, racun sianida itu dipesan secara online dari Bogor, Jawa Barat.

Sianida itu tiba pada tanggal 30 Januari, atau 7 hari setelah pemesanan. Bahkan, racun itu sampai ke UPT Samsat Pangururan sekira pukul 21.49 WIB.

Kini yang menjadi pertanyaan, jika racun tiba pada malam hari, siapa yang menerima racun tersebut. Sementara kantor UPT Samsat Pangururan sudah tutup pada jam tersebut. Bahkan, sudah tidak ada orang lagi di kantor pelayanan publik tersebut.

"Hasil tracking kami berdasarkan nomor resi barang itu diterima di kantor Samsat Pangururan. Itu juga kami pertanyakan. Apakah kantor tersebut buka sampai malam kan begitu," tanyanya.

Fridolin lalu mengungkap kejanggalan lain yang ia temui. Salah satunya saat Kapolres Samosir, AKBP Yogie menyampaikan di dalam keterangan pers 14 Maret lalu, racun tidak diketahui darimana.

Sedangkan tim digital forensik menemukan riwayat pencarian google pencarian racun.

Merasa janggal, keluarga mendesak polisi membuktikan sianida itu milik Bripka Arfan Saragih, dengan mengirim bukti pesanan online.

Sampai akhirnya pada 20 Maret 2023, muncul pernyataan kalau racun dibeli dari Bogor melalui handphone almarhum.

Kecurigaan berlanjut dengan adanya bekas luka memar yang dialami. Keluarga sempat melihat sejumlah luka tak wajar.

"Ketika kami desak, akhirnya tanggal 20 Maret 2023, mereka membuat keterangan sianida berasal dari toko online yang dipesan almarhum," kata Fridolin.

Tidak sampai di situ, kejanggalan lain adalah soal masalah tudingan Bripka Arfan Saragih yang minum racun sianida.

Padahal sudah bayar separuh uang yang diduga dia gelapkan. Pihak keluarga tak yakin Bripka Arfan Saragih bunuh diri.

Mereka curiga, Bripka Arfan Saragih sengaja dihabisi dan dijadikan tumbal, atas bobroknya Samsat Samosir dalam permainan pajak.

"Sebelum dia meninggal, dia pernah mengatakan kepada istrinya, kalau dia sudah capek ditekan tekan mengenai kasus pajak itu. Dia bilang mau bongkar sindikat penggelapan pajak di Samsat Samosir," kata Tasman Sipayung, kerabat Bripka Arfan Saragih.

Mendengar pengakuan itu, istri Bripka Arfan Saragih, Jeni sempat meminta suaminya mengurungkan niat tersebut.


Topik

Profil Kapolres Samosir AKBP Yogie Hardiman kematian Bripka Arfan Saragih.



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

Nurlayla Ratri