JATIMTIMES - Belakangan ini pernyataan Presiden Jokowi soal banyaknya masyarakat Indonesia yang menjalani pengobatan ke luar negeri tengah menjadi sorotan. "Hampir 2 juta orang Indonesia masih memilih berobat ke luar negeri setiap tahun. Kurang lebih 1 juta ke Malaysia, 750 ribu ke Singapura, sisanya ke Jepang, Amerika, Jerman, dll. Gara-gara ini, kita kehilangan devisa Rp165 triliun karena modal keluar," kata Presiden Jokowi melalui akun resmi Twitter.
Sontak pernyataan Jokowi itu pun menuai kontroversi. Seperti komedian Kiky Saputri yang juga curhat pengalamannya memilih berobat ke Singapura daripada di Indonesia. Warga Indonesia lainnya, seorang penulis fiksi dewasa dan anak, Clara Ng juga menyampaikan pendapatnya soal hal itu. Clara saat ini tengah berada di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapore untuk mengantar ayahnya bertemu dokter.
Baca Juga : Hukum Menjadi Mualaf demi MenikahÂ
Usia ayahnya 80 tahun dam memakai kursi roda. Menurut Clara, pilihan berobat ke luar negeri diambil bukan karena dokter Indonesia tidak kompeten. Bahkan banyak dokter di Indonesia yang hebat dan pengetahuannya maju. "Kenapa konsultasi ke luar negeri? Menurut saya, bukan karena dokter Indonesia gak kompeten. Dokter-dokter Indonesia hebat, pengetahuannya advance. Masalah buat saya cuma satu: sebagian dokter Indonesia tidak paham skill berkomunikasi dengan pasien dan pihak keluarga," jelasnya.
"Mungkin terdengar sepele, tapi buat bidang kesehatan, ini penting," imbuh Clara.
Sontak unggahan itu pun dibanjiri komentar warganet. Banyak dari mereka juga merasakan hal serupa seperti pernyataan Clara. "Yup communication skills ini yang masihlah jadi masalah. Dari experience saya ke dokter kebanyakan pasif, pengennya cepet², unfriendly, act like a gods dan endingnya informasinya gak sampai. Kita kan konsultasi, mereka juga harusnya bisa act like a consultant sebagai expertise," @Karnaja**
"Pernah lagi scalling gigi diketawain dokternya gara2 karang gigiku banyak (emang baru pertama kali scalling) sampe manggil rekannya buat ikut ngetawain aku," @diveiin***
"ME dari dulu tetap begini, dibandingkan RS indo yg jauh lbh mewah, ME tergolong biasa. Tapi tiap ke ME pasti jumpa pasien dari indo. Sejak 2007 aku berobat disana dan benar sekali, komunikasi dan informasi dokter pada pasien WISE dan HOPE. Ini membantu banget buat pasien," @Vianty*** "IMO: -rasio dokter-pasien sangat rendah. masalah mendasar! - hospital management tidak bagus, pasien perlu menunggu lama dan rujukan ke dokter lain lebih lama lagi (tidak dlm hitungan jam) - dokter INA banyak yang bagus, cuma biasanya akan ramai sekali, jadi kurang komunikatif," @limlaym***
"Bitter truth. Pernah ke dokter mata senior, setelah periksa tanpa basa-basi ngata-ngatain aku karena gak ngerawat mataku yg terlalu kering. I am like 'huh'? Padahal pake askes premium. Pasien di sini helpless, paling cuman bisa cari dokter lain," @adekuma**
Baca Juga : Ogah Jabat Tangan Warga, Ketua DPRD Luwu Timur Dikecam Warganet
Sebelumnya, komedian Kiky Saputri juga mendapat banyak komentar dari berbagai pihak. Padahal Kiky hanya curhat dengan pengalaman mertuanya yang menjadi salah satu dari 1 juta warga Indonesia yang berobat ke luar negeri. Sang mertua berobat ke Singapura karena merasa penyakitnya tak kunjung sembuh meski telah disuntik oleh dokter di Indonesia.
"Mertua saya didiagnosa stroke kuping karena tiba2 pendengarannya terganggu. Disuntik dalemnya malah makin parah pendengarannya," kata Kiky. "Akhirnya ke RS Spore & diketawain sama dokternya mana ada stroke kuping. Itu cuma flu jadinya bindeng ke telinga & sekarang udah sembuh. Kocak kan?," imbuh cuitan @kikysaputrii.
Namun curhatan Kiky itu malah menuai kontroversi, beberapa dokter hingga IDI pun buka suara terkait hal itu.
