JATIMTIMES - Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi menyampaikan dengan lantang bahwa partainya mengusung politik identitas. Pernyataan itu disampaikan Ridho saat membuka rapat kerja nasional perdana Partai Ummat di Asrama Haji, Jakarta Timur, Senin (13/2).
"Partai Ummat secara khusus akan melawan dengan cara yang beradab dan elegan terhadap narasi latah yang kosong dan menyesatkan, yaitu politik identitas," ujar Ridho, dikutip TikTok @PaparaziTV.
Baca Juga : Nama Khofifah Muncul dalam Kontestasi Pilpres 2024, Ini Kata Ketua Partai dan Pasangannya di Jatim
"Kami akan secara lantang mengatakan, ya kami Partai Ummat, ya kami adalah politik identitas," imbuh menantu Amien Rais itu disambut riuh ratusan kader Partai Ummat.
Menurut Ridho, tanpa moralitas agama, politik akan kehilangan arah dan terjebak dalam moralitas yang relatif dan etika yang situsional. "Ini (politik identitas) adalah proyek besar sekularisme yang menghendaki agama dipisah dari semua sendi kehidupan, termasuk politik. Dengan demikian, perlu dipahami bahwa sesungguhnya justru politik identitas adalah politik yang Pancasilais," tegasnya.
Selain itu, Ridho menjelaskan bahwa Partai Ummat juga akan membangun perjuangan dari masjid, sebagaimana Rasulullah SAW melakukannya setelah hijrah.
"Bagi umat Islam, selain tempat ibadah, masjid seharusnya sebagai pusat inkubasi ide dan juga etalase gagasan menjadi ruang pertemuan pikiran untuk menyusun rencana dan strategi umatan dan menjadi titik nol sebuah perjuangan, termasuk di dalamnya jihad politik," tandasnya.
Ridho juga menjelaskan bahwa politik identitas di Indonesia selama ini dilihat hanya tentang agama. Padahal politik identitas di Indonesia saat ini dikuasai oleh proyek besar sekularisme.
"Jadi, politik identitas di Indonesia atribusinya semata-mata kepada agama dan kita tahu agama Islam. Ini suatu yang salah. Pertama berangkat dari suatu yang salah. Tapi okelah kita masuk ke sana. Justru di sini kita momen ingin menyampaikan pikiran-pikiran untuk balancing, untuk meng-counter itu semua," ungkao Ridho.
Baca Juga : Wakil Ketua DPRD Jatim Anwar Sadad Minta Sinergitas Lansia dengan Kaum Muda Diperkuat
"Bagaimana kalau kita memisahkan agama, nilai-nilai agama, moralitas agama. Sedangkan nilai-nilai moralitas agama memberikan referensi yang absolut yang permanen yang tidak pernah berubah lintas zaman lintas generasi," imbuhnya.
Ridho pun mencontohkan bila kondisi politik dipisahkan dari agama. Salah satu contoh nyatanya adalah aturan soal lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).
Ridho menilai narasi larangan berpolitik di masjid juga salah. Dia justru membandingkan fungsi masjid di zaman Rasulullah SAW.
"Selanjutnya kita lihat narasi bahwa 'jangan melakukan politik di masjid' itu sebenarnya narasi lanjutan yang sama juga menyesatkan. Padahal masjid itu dibuat pada zaman Rasulullah. Ketika hijrah, yang pertama didirikan masjid, pusat pendidikan, pusat untuk gagasan gagasan, pertukaran ide-ide cemerlang, itu ada di masjid," tegas Ridho.