JATIMTIMES – Kampung Budaya Polowijen, bukan hanya menjadi destinasi wisata, tapi tempat edukasi gratis bagi masyarakat. Banyak yang belajar di kampung wisata yang terletak di Polowijen, Kec Blimbing, Kota Malang ini. Pemandangan itu seperti terlihat pada Sabtu (4/02/2023).
Kampung budaya tersebut, berdiri pada tahun 2015 saat pemugaran makam Mbah Remi pencetus topeng Malangan. Diresmikan 02 April 2017, oleh Walikota Malang. Nama kampung Polowijen, karena dekat dengan situs Ken Dedes dan makam Mbah Remi.
Baca Juga : Ratusan Anak Usia Sekolah Hamil di Tulungagung, Psikolog: Jangan Menghakiminya
Hal yang menjadi landasan utama dibangunnya kampung ini, sebagai pelestarian tradisi, dan pengembangan ekonomi kreatif, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga, tidak memungut biaya pada pengunjung.
Penggagas kampung budaya Polowijen Ki Demang menyampaikan, memiliki potensi yang harus dikembangkan dari masyarakat kampung ini. Terdapat beberapa kegiatan gratis yang bisa dilakukan masyarakat umum.
“Potensinya di sini, adalah menari topeng, membuat kerajinan topeng, mbadhe dan lain sebagainya. Itu potensi-potensinya. Sejak berdirinya kampung ini, kegiatannya semakin bertambah,” sampainya.
Saat ini dalam satu minggu, terdapat 10 jenis kegiatan yang berbeda. Kegiatan-kegiatan tersebut, dilaksanakan pada hari Jumat-Minggu secara gratis.
“Di tahun 2023, dalam satu minggu ini ada 10 jenis kegiatan yang berbeda. Hari Jumat ada nembang klangenan, belajar jula-juli sinaung dan kicungan Malangan. Malamnya ada sinau budaya,” tutur laki-laki yang akrab disapa Isa.
“Hari Sabtu ada latihan menari, jam 1-3 untuk ibu-ibu, dilanjutkan dengan ada tarian topeng, dan asta karya. Malamnya ada sinau padalangan. Minggu kita latihan gambar, latihan tari dolanan,” sambungnya.
Baca Juga : Tekan Angka Stunting, Dinkes Batu Berikan Tambahan Nutrisi untuk Balita
Beliau membeberkan, pada bulan Februari sampai Maret ada 50 pelatihan membadhe. Instruktur dari seluruh kegiatan di sana, tidak dibayar tetapi sebagai bentuk pengabdian.
“Akhir Februari sampai Maret, ada pelatihan sekitar 50 membade itu hampir setiap hari. Instruktur ini gratis, pokoknya mereka warga sini dan melakukan pengabdian di sini,” bebernya.
Pelatihan dan kegiatan di kampung ini, terbuka untuk umum dan dilakukan sesuai jadwal. Apabila ada yang meminta penampilan tarian kampung Polowijen, maka akan dibayar untuk biaya kostum, konsumsi dan transportasi.
“Tarian yang dilatih di sini hanya tarian Jawa. Selain itu yang utama adalah yang topeng, jadi itu yang menjadi prioritas kami. Kalau ada event dari luar itu dibayar, nanti kan kita tampil ke sana. Di situ ada kontribusi buat transportasi, sewa kostum, dan konsumsi," ujar Isa.