JATIMTIMES - Baru-baru ini beredar kabar bahwa pesawat Jetstar dari Melbourne, Australia terpaksa putar balik dari Bali. Alasannya, pesawat disebutkan tak boleh mendarat di Bandara Ngurah Rai karena adanya miskomunikasi.
Menanggapi hal itu, Manajer Perencanaan Evaluasi dan Operasi Air Nav Bandara Ngurah Rai, Partoyo menyampaikan bahwa pihak Air Nav tidak melakukan penolakan terhadap pesawat maskapai Australia Jetstar. Justru menurut dia, pesawatnya gagal mendarat di Bali karena permintaan maskapainya untuk Return To Base (RTB) alias putar balik.
Baca Juga : Suarakan Tujuh Tuntutan, Arek Malang Gelar Aksi di Polres Malang
"Itu Return To Base (RTB) dari Melbourne ke Bali, dia kembali ke negaranya karena alasan operasional, itu yang kami terima dari pihak maskapai Jetstar," terang Partoyo, dilansir DetikBali.
Dia juga menegaskan kembali bahwa tudingan penolakan dari pihak bandara Bali itu salah besar. Pasalnya Partoyo menyebut tidak pernah pihaknya menolak penerbangan selama slot masih ada.
"Karena slot itu ada pembatasan. Kemarin itu slotnya ada kok, cuma yaitu mereka RTB," ungkapnya.
Untuk permasalahan alasan maskapai meminta RTB, Dia juga menjelaskan bahwa hal itu hanya pihak maskapai yang mengetahuinya.
Bahkan Partoyo menyebut informasi kedatangan Jetstar ke Bali, telah diterima sejak pesawat tersebut lepas landas.
Lebih lanjut, Partoyo justru senang jika pesawat Jetstar tiba ke Bali. Tentu saja itu akan memberikan keuntungan yang luar biasa bagi Indonesia.
Seperti diketahui sebelumnya, beredar kabar pesawat Jetstar dari Melbourne, yang disebut gagal mendarat karena ditolak oleh pihak Bandara Ngurah Rai, Bali.
Pesawat Jetstar yang dijadwalkan berangkat pada 18.15 waktu setempat. Namun delay 5 jam, dan baru berangkat sekitar pukul 23.00 waktu setempat.
Baca Juga : Banyuwangi Berupaya Ciptakan Kondisi Nataru yang Aman Nyaman dan Kondusif
Pesawat pun kemudian putar balik dan kembali ke Melbourne, saat hampir mencapai Bali. Disebutkan oleh pilot bahwa pesawat tidak memiliki izin untuk mendarat di Bali.
Padahal penumpang sudah melalui 8 jam setelah pemberangkatan. Akhirnya sebagian besar penumpang kesal atas insiden tersebut.
Jetstar pun mengklarifikasi bahwa terjadi miskomunikasi internal. Perusahaan gagal mengajukan persetujuan mendarat di Indonesia. Persetujuan itu harus minta ke pihak bandara Ngurah Rai karena pihak Jetstar mengganti pesawat mereka dengan kapasitas yang lebih besar.
Pihak Jetstar menyebut miskomunikasi, karena pihak regulator Indonesia disebut tidak menyetujui permintaan itu.
Atas kejadian tersebut, penumpang Jetstar diterbangkan ke Bali pada hari berikutnya. Penumpang juga diberikan kamar hotel, voucher makan dan voucher perjalanan 200 dolar. Jetstar juga menanggung biaya tambahan transportasi udara yang akan dipakai oleh penumpang.