JATIMTIMES - Lingkungan pendidikan terus diperkuat untuk penerapan sikap toleransi. Salah satunya melalui kegiatan Dialog Interaktif bertajuk "Merajut Toleransi dalam Bingkai Moderasi" di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) Malang.
Kegiatan yang digelar oleh KMNU UB itu menghadirkan beberapa narasumber. Mulai dari Kepala Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kementerian Agama (Kemenag) RI, Candra Nurkholis, Komisi Fatwa MUI Jawa Timur, Ahmad Roziqi hingga Ketum Jayanusa, Idham Colid.
Baca Juga : Optimalisasi Usaha Ekonomi Kreatif "Bengkel Batik", Tim Dosen Unisma Gelar Pelatihan dan Workshop
Kepala Seksi (Kasi) Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kemenag RI, Candra Nurkholis mengaku bahwa moderasi selalu beriringan dengan toleransi. Menurutnya, seorang moderat tidak akan merasa bahwa dirinya paling benar.
“Moderasi itu juga tidak akan menghilangkan perbedaan, karena perbedaan tidak bisa dihilangkan. Jadi bagaimana hidup dengan perbedaan. Moderasi tidak merubah paham, tapi perilaku,” ucap Candra.
Dalam hal ini mahasiswa sebagai salah satu penerus bangsa harus terus memperkuat dan memperdalam karakter toleran. Apalagi Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, agama hingga budaya. Sehingga harapannya, persatuan bangsa akan terus terjaga.
“Ketika karakternya sudah kuat, insyaallah dengan sendirinya akan bisa meredam pengaruh pengaruh dari luar,” ujar Candra.
Sementara itu, Komisi Fatwa MUI Jatim, Ahmad Roziqi menyampaikan bahwa ajaran agama Islam sejatinya selalu mengedepankan toleransi. Terutama yang sudah dilakukan para ulama Indonesia yang selalu mengajarkan sikap toleransi.
Baca Juga : Larang Konvoi dan Bawa Senjata Tajam, Imbauan Kapolres Batu di Momen Nataru
“Pesan saya, mahasiswa sebaiknya memperbanyak ilmu agama agar tidak terombang ambing dengan ajaran yang kurang baik,” tutur Roziqi.
Roziqi juga berpesan agar generasi muda saat ini belajar ilmu agama kepada guru yang memang ahli pada bidang agama. Sebab saat ini, banyak guru yang hanya terlihat seperti paham agama namun kenyataannya justru melenceng dari ajaran agama.
Dan Roziqi juga berpesan bahwa jika belajar agama pada guru yang tidak tepat maka generasi selanjutnya akan mudah saling menyalahkan. “Kalau kalau belajar dengan yang bukan ahlinya, bisa mudah saling menyalahkan. Ada perbedaan dianggap salah. Jadi perlu ditekankan untuk mencari ilmu agama secara orisinil yakni dari kyai atau ulama,” papar Roziqi.