JATIMTIMES - Suara roda yang beradu dengan lapisan semen memenuhi Taman Mojolangu Dwiga di Kawasan Sudimoro, Kota Malang. Langit sore hari yang cerah selalu menjadi favorit Iqbal. Pria berambut gondrong dengan highlight blonde di bagian ujungnya ini bisa dengan bebas berselancar di atas papan beroda miliknya.
“Sore-sore, senja cerah gini. Wenak!” Tutur Iqbal, ketua Malang Skateboard Scene.
Baca Juga : Didi Nini Thowok Tampil Bersama 300 Penari Topeng Kaliwungu Lumajang
Ada sekitar tujuh orang lain yang bersenang-senang di atas papan skate mereka di skatepark ini. Meski peluh dan beberapa goresan di bagian kaki dan tangan mereka menganga akibat terjatuh dan tergesek saat berusahan mengendalikan papan tipis beroda itu, tawa dan senyum juga tak henti-hentinya terkembang di wajah mereka.
Skateboard menjadi sebuah surga kecil bagi Iqbal dan kawan-kawan di tengah penatnya kehidupan sehari-hari yang monoton. Kecintaan mereka terhadap skateboard membuat perihnya luka cedera tak ada apa-apanya dibandingkan dengan suka cita dan sensasi menggelitik dada yang selalu muncul tiap mereka meluncur di atas papan kesayangan.
Malang Skateboard Scene merupakan sebuah komunitas skateboard kota malang yang berdiri antara tahun 2005 sampai 2008 silam. Selama berdiri lebih dari belasan tahun ini, Malang Skateboard Scene telah mengadakan beragam acara berskala besar di Kota Malang. Salah satunya adalah Go Skateboarding Day.
Go Skateboarding Day merupakan acara rutin yang selalu diadakan setiap tahun oleh Malang Skateboard Scene. Acara ini selalu ramai diikuti oleh skateboarder di dari seluruh Kota Malang. Acara ini juga menjadi salah satu ajang silaturahmi para skater dari beragam generasi.
Sejarah Skateboard
Skateboard sendiri menjadi salah satu olahraga yang digemari banyak orang. Papan beroda ini diduga sudah ada sejak tahun 1950-an. Berawal dari angan-angan dan cita-cita orang untuk menikmati seluncur di jalanan tanpa ombak, papan beroda ini tercipta. Ada banyak versi yang dikenal jika bicara mengenaii sejarah skateboard. Namun yang diakui dan dipercaya banyak orang, skateboard muncul pertama kali di California dan Hawaii pada tahun 1950-an.
Pada awal kemunculannya, skateboard digolongkan pada mainan. Papan beroda ini pertama kali dikomersilkan pada tahun 1959 oleh produsen mainan bernama Roller Derby. Papan beroda yang unik ini kemudian mulai naik daun dan diminati banyak orang di Amerika Serikat pada tahun 1959 sampai 1965. Berbagai produsen kemudian berbondong-bondong memproduksi papan skate mereka sendiri dan menjualnya ke masyarakat.
Seiring dengan popularitas skateboard yang meroket, berbagai brand sepatu seperti Vans, Converse, Etnies, dan DC secara sengit bersaing meluncurkan produk edisi khusus skateboard. Brand ternama dunia ini meluncurkan sepatu yang dirancang secara khusus untuk skater.
Skateboard mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1976. Papan beroda ini dibawa oleh sejumlah anak muda tanah air yang sempat bersekolah dan tinggal di Amerika. Sejarah panjang skateboard di Indonesia ini tak bisa terlepas dari sejumlah nama besar seperti Arya Subiakto, Didi Arifin, dan Ardhy Poly.
Sejak diperkenalkan puluhan tahun silam, skateboard menjadi salah satu permainan papan paling diminati di tanah air. Malang hanyalah salah satu kota yang turut meramaikan trend skateboard di Indonesia. Namun mengingat nama kota kecil di Jawa Timur yang dihuni oleh kalangan muda dari berbagai latar belakang membuat perkembangan dan pergerakan skateboard di Malang menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk dikulik.
Tak ada yang tahu pasti sejak kapan skateboard masuk dan bergeliat dengan pasti di Kota Bunga ini. Namun perkembangannya yang pelan tapi pasti ini meramaikan keberagaman dan banyaknya skena sosial yang ada. Permainan papan ini memunculkan berbagai komunitas sosial yang menjadi rumah bagi para pecintanya. Sala satu komunitas yang muncul karena rasa cinta terhadap skateboard adalah Malang Skateboard Scene. Komunitas ini sudah berdiri belasan tahun silam. Saat ini, tercatat ada 15 orang yang secara aktif menjadi pengurus dalam komunitas terebut.
Pergerakan dan geliat skater di malang dapat dilihat dalam sebuah acara tahunan yang secara rutin digelar oleh Malang Skateboard Scene. Acara tersebut bertajuk Go Skateboarding Day.
“Salah satu tugas ketua adalah memastikan acara ini (Go Skateboarding Day) ada (tiap tahunnya),” ujar Iqbal.
Skateboard Bukan Sekedar Permainan Papan
“Ada solidaritas di sini,” kata Arma, bendahara Malang Skateboard Scene pada sore hari yang cerah di Taman Mojolangu Dwiga.
Pria jangkung yang suka meggunakan celana gombrong itu terlihat bangga saat mengisahkan solidnya persahabat anggota Malang Skateboard Scene. Komunitas itu baginya tak hanya sebuah wadah untuk menyalurkan hobby, melainkan juga tempat bersosialisasi dan rumah keduanya. Tak hanya bersama-sama melakukan kesukaan mereka dalam berskateboard, komunitas ini memberikan sahabat dan keluarga baru baginya.
“Kemarin ada yang meninggal kita juga ngasih donasi buat keluarganya,” imbuhnya saat menceritakan salah satu rekan, teman, dan keluarga komunitasnya yang berpulang belum lama ini.
(Arma dalam acara Go Skateboarding Day di SMAN 3 Malang pada 21 Juni 2022 Dok. Pribadi)
Tak hanya berupa materi, setiap anggota juga memberikan dukungan secara moril pada sesama yang sedang kesusahan. Ikatan emosional dari setiap anggota tercipta karena sebuah kecintaan dan hobby yang sama.
“Diajari cara ngregani (menghormati) yang lebih tua, dipaksa biar nggak malu-malu. Yang tua juga belajar buat ngayomi kita-kita yang baru atau masih muda,” ujar Arma lagi.
Bagi Arma, bergabung dalam komunitas ini tak hanya sekedar bersenang-senang bersama orang yang memiliki hobby seragam. Baginya komunitas ini mengajarkan sesuatu yang tak bisa ia dapatkan dari sekedar rajin datang ke sekolah dan mengerjakan tugas.
Baca Juga : Wanita Paro Baya di Bekasi Tewas Tertabrak Mobilnya Sendiri Usai Gelar Hajatan
Berawal dari kejenuhan atas hari-hari yang ‘begitu-gitu aja’, Arma menemukan rumah keduanya di skateboard. Berseluncur di atas papan beroda ini nyatanya membuat Arma menjadi lebih hidup dan pantang menyerah. Bermain skateboard membuat Arma lebih berani untuk mencoba dan tidak takut jatuh. Baginya bermain skateboard sama dengan hidup yang ada jatuh bangunnya.
“Sama kaya hidup, kalau jatuh ya harus bangun lagi,” ujarnya.
Skateboard nyatanya tak hanya menjadi sebuah permainan papan yang menyenangkan. Skateboard bagi sebagian orang menjadi filosofi yang dapat membantu mereka memaknai hidup dengan lebih baik, seperti Arma.
Skateboard dan Stigma
Arma berlari dari motornya sembari menenteng skateboard di tangan kanan. Ia bergegas menuju kamar mandi setelah melihat jam sudah menunjukkan pukul enam lewat. Ia sedikit tergesa, takut kalau-kalau tak sempat menunaikan shalat maghrib usai Latihan sore tadi.
Jujur saja, ini cukup mengejutkan. Tak bisa dipungkiri, kehidupan skater memiliki stigma yang cukup gelap. Arma, sebagai salah satu skater pun mengakuinya.
“Skater selalu identic dengan stigma buruk seperti suka mabuk-mabukan, suka ngerusak, yang jelek-jelek pokoknya,” tutur Arma selepas maghrib dengan rambut yang masih basah oleh sisa air wudhu.
Arma membuktikan bahwa stigma tersebut tak sepenuhnya benar. Ia masih teguh memegang ajaran agamanya dan dengan tekun beribadah.
Ia juga menceritakan beberapa anggota lain yang gemar melakukan banyak kegiatan sosial seperti memungut sampah sepanjang jalan. Anggota yang tak disebutkan namanya itu kerap memunguti sampah yang berserakan selagi melakukan pendinginan setelah berlatih. Tak hanya itu, ada juga anggota yang gemar memberikan makan kucing jalanan.
Stigma buruk yang melekt pada skateboard perlahan memudar dengan tanggung jawab moral yang dipegang teguh oleh masing-masing anggota.
Skateboard dan Kota Malang
Kota Malang menjadi salah satu tempat skateboard bergeliat secara masif. Ada banyak komunitas skate yang mulai muncul dan berkembang di kota kecil ini. Meski begitu, perkembangan komunitas ini dirasa tidak sebanding dengan infrastruktur dan prasarana yang tersedia.
“(Skatepark) dibangun seadanya. Mungkin terkendala masalah dana juga. Yang harusnya ada aturan soal takaran semen dan bahan tapi tidak dipakai,” kata Arma.
Skatepark yang ada di Malang jumlahnya masih sangat terbatas. Tak hanya jumlahnya yang minim, kualitas dari setiap alat atau arena juga sangat kurang. Skater kota kecil ini memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang namun tak didukung dengan fasilitas yang memadai.
“Cukup jadi hobby saja. Di malang kalau jadi skater mau makan apa. Di sini nggak ada harganya. Kecuali kalau di Bali dan Jakarta mungkin masih bisa,” imbuh Iqbal
Skateboard menawarkan sebuah potensi besar bagi perkembangan skena. Permainan yang semula dinikmati sebagai hobby belaka kini bisa saja menjadi sebuah pergerakan yang menjadi motor dari perkembangan kemajuan berbagai aspek. Namun jika potensi ini hanya dibiarkan tanpa adanya penunjang berupa fasilitas yang memadai, semuanya akan menjadi sia-sia.
Meminjam kata-kata Iqbal, skateboard yang memiliki potensi besar tidak akan ada harganya jika memang tidak diberi penghargaan dan apresiasi yang sepadan.