free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Ekonomi

Kiat UMKM Bertahan Saat Harga Bahan Pokok Mulai Naik Jelang Nataru

Penulis : Hendra Saputra - Editor : Nurlayla Ratri

10 - Dec - 2022, 12:56

Placeholder
Produksi sambal kemasan botol milik UMKM asal Kota Malang (foto: Hendra Saputra/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Harga cabai mulai merangkak naik menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Meski begitu, salah satu UMKM sambal botol di Pandanwangi, Kota Malang meningkatkan produksi yang ada, karena permintaan produk sambal botol milik Heni Wardhani itu meningkat.

Menurut Heni Wardhani, momen Nataru justru membuat pesanan produknya meningkat. Ia mengaku bisa mengirim produk sambal botolnya ke beberapa toko ritel dan toko oleh-oleh di berbagai daerah di Jawa Timur hingga dua kali lipat.

Baca Juga : Kuasai Logistik dan Distribusi, Startup Asal Malang Unjuk Gigi Pada Kompetisi Ide Bisnis

“Untuk saat ini jelang Nataru produksi meningkat karena seperti tokoh oleh-oleh permintaannya lebih tinggi. Biasanya kirim sebulan sekali, itu bisa lebih banyak atau dua kalinya, juga ke 7 toko ritel yang sudah kerjasama di Malang, Sidoarjo, Surabaya, karena ini kan termasuk high season,” kata Heni.

Sambal pada botol milik Heni memiliki 23 varian, seperti sambal bawang merah, sambal cumi asin, sambal kacang teri dan lainnya. Setiap botol berisi 150 gram.

Saat ini, diakui Heni harga cabai pada kisaran Rp 38 ribu per kilogram. Dia merasa harga tersebut masih aman.

“Kalau saya cabai dibawah Rp50 ribu itu menurut saya masih normal, kalau di atas itu mahal,” kata Heni.

Namun jika harga cabai terus naik, Heni mengaku akan berpengaruh pada ongkos produksi. Ia juga tak menampik bahwa itu juga berpengaruh pada keuntungan yang didapatkan.

“Terdampaknya pasti meningkatkan cost produksi, secara margin keuntungan berkurang. Pas cabai lagi mahal-mahalnya bisa berkurang sampai 20 persen, kalau sekarang belum terlalu mahal,” ungkap Heni.

Heni pun memiliki cara tersendiri untuk menghadapi harga cabai ketika mahal, tapi tetap tidak menaikkan harga jual. Yakni dengan melakukan perhitungan perencanaan Harga Pokok Penjualan (HPP) pertahun. Selain itu juga mengurangi stok produk dengan mengutamakan pesanan yang sudah masuk terlebih dahulu.

Baca Juga : UMK Jatim Tahun 2023 Ditetapkan, Surabaya Dua Kali Lipat Lebih  Besar dari Madura

“Biasanya kita hitung rata-rata, kita hitung dalam enam bulan atau satu tahun rata-rata harga cabai berapa. Pas mahal enggak sepanjang tahun, cuma di dua bulan paling lama tiga bulan. Pas murahnya juga kapan, itu kita bisa sampai kasih promo, beli dua gratis satu,” beber Heni.

“Kedua kita mengutamakan pesanan, kita kurangi produksinya, jadi satu bulan kita produksi sekitar 3.000 botol, yang keserap 2.000 botol. Sisanya kita stok buat sewaktu-waktu kirim, jadi kalau pas cabai mahal stok itu berkurang,” tambah Heni.

Saat ini, ia tetap bersyukur karena disaat harga cabai mulai mahal tapi permintaan juga ikut meningkat. Di situ, Heni mencoba mengimbangi produksi sesuai perencanaan HPP.

“Pas cabai mahal mungkin orang malas nyambal jadi beli supaya bisa irit, pas cabai murah malah permintaan menurun karena orang cenderung bikin sendiri. Tapi pas cabai mahal kita kurangi produksi dengan mengurangi stok di rumah, karena costnya terlalu tinggi,” ungkap Heni.


Topik

Ekonomi



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Hendra Saputra

Editor

Nurlayla Ratri