JATIMTIMES - Pembongkaran pagar tribun di Stadion Kanjuruhan menjadi polemik baru di Malang. Pasalnya, Aremania secara tegas menolak hal tersebut karena menjadi TKP Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022.
Informasi beredar ketika ada sejumlah pekerjaan bangunan yang masuk ke Stadion Kanjuruhan. Mereka merobohkan pagar tribun terutama di sisi selatan.
Baca Juga : Liga 1 Kembali Bergulir, Madura United Sebut Terlalu Dipaksakan
“Kami Aremania dan Aremanita tidak menyetujui pembongkaran Stadion Kanjuruhan, karena itu merupakan tempat TKP,” ujar Aremania asal Oro-Orodowo, Kota Malang, Muhammad Isrok, Minggu (4/12/2022).
Menurut Isrok, langkah tersebut merupakan sebuah niatan dari oknum untuk menghilangkan barang bukti. Mengingat, kasus Tragedi Kanjuruhan belum usai.
“Kami tidak setuju, itu TKP, jangan dihilangkan,” tegasnya.
Mereka menilai, proses hukum Tragedi Kanjuruhan masih jalan di tempat tanpa adanya perkembangan. Bahkan, sejumlah tuntutan Aremania pun juga belum digubris oleh pihak penyidik Polda Jatim.
Seperti penambahan tersangka, penambahan pasal pembunuhan hingga meminta rekonstruksi ulang di Stadion Kanjuruhan dengan saksi-saksi Aremania.
Di sisi lain, Aremania juga menolak hasil autopsi Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) Jawa Timur yang menyebutkan tak ada kandungan gas air mata di dua jenazah yang sempat di autopsi pada 5 November 2022 lalu. P
ihak PDFI menyebutkan bahwa dari hasil laboratorium bahwa penyebab kematian dua putri dari Devi Athok tersebut dikarenakan adanya kekerasan benda tumpul.
Baca Juga : Kader Posyandu di Gresik Wadul Dewan, Honor Bulanan Hanya Rp50 Ribu
“Kita menolak juga hasil autopsi dari anak Sam Devi Athok,” seru Isrok.
Senada dengan keinginan Devi Athok, Aremania mendorong adanya autopsi ulang yang dilakukan secara transparan. Bahkan, mereka meminta autopsi disaksikan oleh keluarga korban, LPSK hingga kuasa hukum.
“Laksanakan autopsi ulang. Penyebabnya ini gas air mata. Tangkap penembak gas air mata, tegakkan hukum seadil-adilnya,” ungkap Isrok.
Jika tuntutan masih tidak mendapat jawaban, maka Aremania memastikan akan melakukan aksi setiap minggu. Agenda aksi turun jalan itu diberi nama 'Malang Black Sunday' hingga menemukan keadilan seutuhnya.
“InsyaAllah kita akan terus turun ke jalan sampai keadilan kita dapatkan,” tandasnya.