JATIMTIMES - KH Marzuki Mustamar mendapat gelar Doktor usai melakukan ujian Disertasi di Universitas Islam Malang (Unisma), (2/12/2022). Dalam disertasinya, kiai yang juga ketua Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (PWNU) Jatim ini mengusung judul "Pemikiran Prof Dr KH Muhammad Tholchah Hasan Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Multikultural".
Beliau menjelaskan garis besar dari disertasinya itu. Jawa Timur, khususnya Malang, terdapat banyak aliran, etnis hingga beragam organisasi. Kemajemukan itu membutuhkan bagaimana cara mengelola kehidupan yang baik dalam berbagai aspek, baik itu pemerintah, dakwah hingga pendidikan pada situasi yang semakin kompleks.
Baca Juga : Dewan Apresiasi Pemkab Blitar Promosikan Potensi Daerah lewat Seni
Maka dari itu, harus mampu menghadirkan model pendidikan baru yang bisa menjawab dan merespons kompleksitas kemajemukan itu. " Pendidikan ala agama saja tak mungkin, karena masyarakat sudah seperti itu (majemuk), pendidikan sekuler saja juga nggak mungkin, pendidikan nasionalisme saja juga gak mungkin. Masyarakat semakin mendunia, ada globalisasi," terangnya.
Prof Dr KH Muhammad Tholchah Hasan, menjadi sosok ulama yang multitalenta. Beliau dijelaskan KH Marzuki bukanlah seperti kiai pada umumnya. Beliau memiliki keilmuan agama maupun tentang kepondokan, keilmuan umum di kampus, bahkan keilmuan terkait kemasyarakatan maupun pemerintahan.
Ditegaskan Kiai Marzuki, banyak orang bisa berprestasi di kampus, tapi tidak bisa berprestasi di masyarakat bawah. Begitupun sebaliknya, ada mubaligh - mubaligh bisa mengaji di bawah, tapi belum cukup ilmu untuk presentasi di kampus, apalagi di kementerian pusat. "Sosok KH Muhammad Tholchah Hasan bisa semuanya. Beliau bisa berbicara di kalangan NU maupun Muhammadiyah," tuturnya.
Selain juga aktif dalam kepengurusan NU, beliau juga aktif dalam pendidikan. Beliau mampu menyeimbangkan dalam berbagai kegiatan, meskipun menjadi pengurus organisasi, beliau juga mampu mendorong dalam pengembangan dunia pendidikan. "Beliau sangat paripurna, lengkap," jelasnya.
Beliau juga memiliki gagasan kongkret yang dikomunikasikan bersama sejumlah pihak dan kemudian berhasil terealisasikan dengan lembaga pendidikan Sabilillah. Keseimbangan mulai dari unsur pendidikan, agama, teknologi, humanity, nasionalisme telah diformulasikan dengan baik, sehingga menjadi sebuah lembaga pendidikan yang sempurna.
"Sabilillah hadir dan dapat diterima semua masyarakat. Dulu-dulu masyarakat yang awam, lebih memilih (lembaga pendidikan) lain, namun setelah ada sabilillah, akhirnya milih Sabilillah. Anak pejabat-pejabat yang dulu milih yang lain, akhirnya juga milih Sabilillah. Bahkan dosen-dosen dari kampus yang tidak bermerek NU, juga memilih Sabilillah untuk masa depan anaknya," terbagi Kiai Marzuki yang juga pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad.
Pendidikan yang dihadirkan tentunya mencetak seseorang yang berakhlak, agamis, berwawasan global dan nasionalis. Hal inilah yang dihadirkan oleh Prof Dr KH Muhammad Tholchah Hasan. Untuk itu, saat ini ide moderasi, yakni cara pikir, pandang, cara ambil keputusan dengan menimbang berbagai sisi dan mengenyampingkan ego sektoral demi lestarinya NKRI. Hal inilah harus terus diperkuat pada berbagai sisi.
"KH Muhammad Tholchah Hasan jagonya dalam hal ini. Kami lama mengikuti beliau, kalau ambil keputusan penuh pertimbangan. Sehingga kami terus mengembangkan dan menyampaikan ide moderasi. Quran maupun hadits moderat, kata nabi dalam hadist Bukhari. Kita terlalu Islam syariat, nggak peduli dengan situasi nasional, global, akhirnya malah bisa ditolak. Sebaliknya, kita full nasional, full humanis, akhirnya jadi sekuler juga, liberal. Kita nggak ingin tanpa tuntunan syariat, kita juga tak ingin menawarkan syariat yang kaku, afirmasi dan fleksibilitas dengan lingkungan," terangnya.
Baca Juga : HMPS Fisika Unikama Sukses Gelar UNISCON 2022, Tuai Apresiasi
Dalam penyusunan Disertasi, dijelaskan Kyai Marzuki, Tidka terlalu mengalami kesulitan. Sebab, dijelaskan Kyai Marzuki, jika beliau telah lama mengikuti dan berdakwah bersama Prof Dr KH Muhammad Tholchah Hasan. Pengumpulan data
juga dilakukan dengan wawancara terhadap Nyai Tholchah maupun keluarga lainnya. Selain itu, data juga dilengkapi dengan penjelasan dari orang-orang yang dekat dengan KH Tholchah.
"Data pendukung juga didapat dari banyak penulis yang membahas Kiai Tholchah. Akhirnya antara tulisan kami dengan mereka saling melengkapi," jelasnya.
Dengan diraihnya gelar doktor ini, Kiai Marzuki berharap, dapat mengembangkan dunia pendidikan. Pihaknya juga mengimbau agar dunia kepesantrenan tidak mengisolasi diri dari dunia luar. Sebab, alumninya nantinya akan bekerja di dunia luar. Sehingga, menghadirkan model pesantren yang sekiranya alumninya mampu merespon perkembangan dan tantangan zaman menjadi sebuah hal yang penting.
"Tapi tentunya tetap harus ada mereka yang menekuni yang fokus pendalaman kitab. Karena kalo itu hilang, kita kehilangan kader keagamaan, makanya nggak boleh. Kehidupan pesantren harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman," terang kyai Marzuki.
Sementara itu, dalam ujian Disertasi itu, terdapat penguji
Prof Dr Yaqub Cikusin M Si, Prof Junaedi, Dr KH Dahlan Tamrin MAg, Prof Imam Suprayogo. Promotornya ada Prof Mas'ud Said, maupun Rektor Unisma Prof Dr Maskuri MSi.