JATIMTIMES - Puncak perayaan Hari Santri dan Hari Pahlawan 2022 pada majelis Malang Bersholawat di Stadion Gajayana, Selasa (29/11/2022) malam, semakin semarak. Salah satunya karena adanya tayangan video buatan Jatim Times tentang sejarah santri pada masa kemerdekaan di Malang.
Video berjudul “Santri Pejuang Kota Malang” buatan Jatim Times ini menceritakan sejarah santri yang punya andil besar dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari tangan penjajah di Malang.
Baca Juga : 100 Personel Banser Jabung Sajikan Kesenian Ishari NU di Malang Bersholawat
Video berdurasi sekitar 10 menit itu ditayangkan langsung di layar besar pada panggung Malang Bersholawat dan di dua layar kecil yang berada di kiri dan kanan panggung
Jamaah yang sedari pukul 18.00 WIB memenuhi Stadion Gajayana memperhatikan dengan seksama bagaimana perjuangan santri pada masa kemerdekaan dalam tayangan video.
Lalu, bagaimana cerita perjuangan para santri merebut dan mempertahankan kemerdekaan pada masa penjajahan? Simak ceritanya
Lahirnya bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia ini adalah hasil dari ijtihad panjang para pahlawan, ulama, tak terkecuali para santri. Peran santri begitu besar, melalui resolusi jihadnya bersama para kiai, berjuang untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Semangat juang santri itu takkan pernah padam dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Semangat itu masih mengalir hingga detik ini. Bersama kita, dalam peringatan Hari Santri Nasional 2022 dengan tema “Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan”, sebagai pengingat dan penghargaan terhadap perjuangan para santri pendahulu.
Salah satu sosok santri yang merupakan pahlawan kemerdekaan asli Malang adalah Hamid Rusdi. Beliau merupakan seorang komandan pasukan yang paling ditakuti lawan, disegani kawan, serta sangat dipatuhi oleh anak buahnya.
Hamid Rusdi dikenal sebagai sosok pahlawan tiga era, yakni era penjajahan Belanda, Jepang, dan kemerdekaan. Di sisi lain kepahlawanannya, Hamid Roesdi merupakan seorang santri Pondok Pesantren Bungkuk Singosari. Beliau begitu aktif di bidang kepanduan dan tergabung dalam “Pandu Ansor” karena beliau juga seorang guru agama sekaligus staf Partai NU.
Selain Mayor Hamid Roesdi, pahlawan kita yang lekat dengan dunia santri adalah KH Malik. Bagi sebagian masyarakat Malang, namanya dikenal sebagai nama jalan yang membentang di Kelurahan Buring, Kecamatan Kedungkandang.
KH Malik merupakan tokoh ulama atau kiai yang sangat berjasa bagi Kota Malang. Beliau dikenal sebagai salah satu pelopor berdirinya pasukan Hizbullah pada zaman Jepang. Selain sebagai seorang pejuang, KH Malik juga berprofesi sebagai guru ngaji.
Berbicara mengenai santri pejuang di Malang, salah satu yang juga tak boleh terlupakan adalah Kiai Tamin. Namanya cukup terkenal bagi warga Pasar Besar Malang. Kabarnya, dahulu ia berdakwah di sebuah surau atau musala yang merupakan cikal bakal Masjid Noor, masjid yang berdiri di sebelah selatan Pasar Besar dan masih kokoh hingga kini.
Kiai Tamin terkenal sebagai sosok ulama yang teguh dalam mempertahankan akidah dan prinsip ketuhanan. Kiai Tamin dihukum oleh Pemerintah Jepang lantaran menolak melakukan seikerei atau menyembah matahari.
Tentu para santri di Malang melakukan beragam cara dan siasat untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bahkan, Gerilya Rakyat Kota (GRK) arek-arek Malang, yang aksi-aksinya didalangi oleh Mayor Hamid Roesdi, menciptakan boso walikan (bahasa terbalik) untuk mengelabui penyusup yang dikirim Belanda. Adalah Suyudi Raharno dan Wasito yang mencetuskan boso walikan ini hingga akhirnya pada Desember 1949 Kota Malang terbebas dari Belanda.
Baca Juga : Malang Bersholawat, Ribuan Jamaah Penuhi Stadion Gajayana
Tentu saja ini semua membuat kita bangga dadi kera Ngalam dan sak lawase bakal trisno Ngalam!
Kecintaan terhadap kota ini serta penghormatan terhadap para santri dan ulama pejuang membuat Wali Kota Malang Sutiaji bersama dengan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang melakukan serangkaian kegiatan. Diawali dengan Gowes Ziarah Ulama. Gowes ini sekaligus napak tilas ulama yang telah berjuang demi bangsa dan negara ke berbagai titik.
Untuk menyiapkan pondok pesantren agar dapat terus berkembang secara mandiri dalam menghadapi era society 5.0, wali kota Malang juga menggelar sarasehan bertajuk "Strategi Pengembangan Pondok Pesantren Menjadi Mandiri dan Bermutu Menghadapi Era Society 5.0" dengan menghadirkan 80 orang perwakilan pondok pesantren (ponpes) di Kota Malang pada 18 Oktober 2022.
Tak lupa, upacara Hari Santri Nasional digelar disertai pameran bertajuk “Halal Tourism Bazaar Moslem Friendly” pada Senin (24/10/2022). Dilanjutkan dengan Bimtek Bina Konselor pada 25-27 Oktober 2022.
Tentunya, sowan ke berbagai pondok pesantren juga dilakukan oleh Wali Kota Malang Sutiaji. Safari Pondok Pesantren diawali di Pondok Pesantren Darutta'lim Wadda Wah Kedungkandang, dilanjutkan ke Pondok Pesantren Al Ishlahiyah Klojen, ke Ponpes Darun Nun Sukun, Ponpes Nailul Falaah Blimbing, dan masih banyak lagi.
Wali kota Malang sebelumnya juga melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren Miftahul Huda Malang atau yang lebih dikenal sebagai Pondok Pesantren Gading. Pondok tersebut merupakan pondok tertua di Malang.
Di Pesantren Gading itulah, dulu Sutiaji banyak menerima ilmu, bekal, sebagai pegangan dirinya dalam menjadi pemimpin Kota Malang.
Sebelum itu, Wali Kota Malang Sutiaji mondok di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, tempat lahirnya tokoh-tokoh nasional seperti salah satu pendiri NU KH Wahab Hasbullah, Menteri Agama RI 1959-1962 KH Wahib Wahab, hingga Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ya, wali kota Malang saat ini juga adalah seorang santri.