JATIMTIMES - BMKG bekerja sama dengan BRIN, TNI AU, Kementerian Perhubungan dan Kementerian PUPR melaksanakan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Operasi itu dilakukan guna menghalau terjadinya hujan selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT G20) berlangsung pada 14-16 November di Bali.
Sedikitnya 28 sorti dengan total bahan semai sebanyak 29 ton NaCl atau garam telah ditabur di langit Bali. Penyemaian itu dilakukan menggunakan Pesawat Cassa 212 dan CN 295.
Baca Juga : Akhirnya Rusia Buka Suara Soal Laporan Rudal yang Menghantam Negara NATO Polandia
Kegiatan TMC yang dikoordinatori oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ini dikendalikan dari 2 (dua) posko yang berlokasi di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan Banyuwangi, Jawa Timur.
"TMC ini bagian dari skenario mitigasi cuaca yang dipersiapkan untuk mengantisipasi cuaca ekstrem agar gelaran KTT G20 di Bali berjalan dengan lancar dan sukses, serta semua kepala negara dan delegasi dapat melaksanakan pertemuan dengan aman dan nyaman," ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dilansir laman resmi BMKG.
Operasi TMC tidak dilakukan secara serampangan, namun disesuaikan dengan target dimana penyemaian inti kondensasi (garam) dilakukan ke awan-awan hujan yang telah terdeteksi. Penyemaian garam ini dilakukan agar proses kondensasi berlangsung lebih cepat dan hujan dapat segera turun sebelum awan-awan hujan tersebut mencapai lokasi KTT G20.
Cara kerja BMKG, dijelaskan Dwikorita, yaitu dengan menyediakan informasi arah angin, lokasi keberadaan awan target, prediksi cuaca serta potensi pertumbuhan awan hujan selama acara G20 berlangsung. Berdasarkan informasi tersebut, maka tim penyemai garam dari BRIN bersama satuan TNI AU akan menindaklanjuti informasi tersebut dengan rencana penyemaian awan hujan yang telah diidentifikasi oleh BMKG sebelumnya.
Sementara itu, Perekayasa Ahli Utama TMC Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Tri Handoko Seto mengatakan bahwa dalam operasi TMC tersebut dikerahkan empat pesawat pemburu awan yang dioperasikan dari Posko Utama di Lombok dan Posko Cadangan di Banyuwangi.
"Semua awan yang tumbuh dan berpotensi memasuki titik lokasi acara G20, terutama acara outdoor, dihujankan lebih cepat agar tidak hujan pada saat acara berlangsung di lokasi tersebut," ujarnya.
Baca Juga : Tidak Ada Kamar Hotel yang Aman Menurut Gildas Deograt, Ketua Formasi
Tri Handoko mengatakan bahwa sistem pertumbuhan awan di Bali yang sangat dinamis menjadi tantangan yang tidak mudah.
Menurut Dia, jumlah awan yang tumbuh sangat banyak dan pergerakannya mengarah ke lokasi acara KTT G20. Karenanya, lanjut dia, seluruh armada pesawat yang disiapkan beserta tiga unit radar cuaca, dan lebih dari 100 personil yang tersebar di Bali, Lombok, dan Banyuwangi berkolaborasi untuk memburu seluruh awan tersebut.
"Untuk tanggal 15 November saja dilakukan 11 sorti penerbangan mulai jam 8 pagi hingga jam 8 malam. Kami bersyukur seluruh rangkaian acara G20 berjalan lancar tanpa ada gangguan hujan," pungkasnya.