JATIMTIMES - Sebagai salah satu peradaban tua di Nusantara, Kabupaten Tulungagung terkenal memiliki banyak situs bersejarah. Salah satunya makam Bedalem di Gunung Kimpul, Desa Besole, Kecamatan Besuki.
Lokasi situs bersejarah ini masuk dalam kawasan Jalur Lintas Selatan (JLS) dan hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari Pantai Popoh.
Baca Juga : Pertegas Implementasi Integrasi Keilmuan, PSIS-LP2M UIN Malang Terbitkan Buku Ini
Minggu siang yang terik, makam Bedalem yang dikelilingi pohon-pohon besar itu tetap memberikan aroma kesejukan. Di tempat inilah konon diyakini dimakamkan jasad Pangeran Benowo, raja ke-3 Kesultanan Pajang.
Ya, Pangeran Benowo adalah putra Sultan Hadiwijaya alias Joko Tingkir. Secara garis turunan, Pangeran Benowo adalah pewaris sah tahta Kesultanan Pajang selanjutnya. Namun, hanya setahun bertahta, Benowo memilih mundur, meninggalkan statusnya sebagai penguasa dan memilih berkeliling tanah Jawa untuk menyebarkan agama Islam.
“Ya, di sinilah Pangeran Benowo, putra Joko Tingkir, dimakamkan. Keyakinan masyarakat dan cerita turun-temurun menyatakan beliau makamnya ya di sini,” kata Jayus, juru kunci makam Bedalem, kepada JATIMTIMES, Sabtu (5/11/2022).
Jayus menambahkan, Pangeran Benowo adalah cikal bakal penyebar agama Islam di wilayah Bedalem dan sekitarnya. Selain Pangeran Benowo, di situs makam Bedalem juga terdapat makam-makam kuno yang diyakini merupakan makam abdi dan pengikut Pangeran Benowo. Makam-makam tersebut seluruhnya terawat, diuri-uri oleh masyarakat setempat.
Pemerintah Kabupaten Tulungagung melalui Dinas Pariwisata dan Parbudpora juga memberikan perhatian terhadap situs ini secara total. “Abdi Pangeran Benowo ini ada kiai, prajurit Pajang, pangeran dan senopati. Di antaranya ada 9 makam berukuran 2,5 meter. Batunya batu kuno, besar-besar,” terangnya.
Makam Bedalem juga terkenal angker dan keramat. Seseorang yang ingin berziarah harus memiliki niat yang baik. Jika niat jelek, risikonya tinggi. Salah satunya sakit.
Sebelum kita menuju ke kompleks makam Bedalem, maka kita akan menaiki anak tangga menuju ke atas ke arah makam Bedalem. Selain itu, terdapat pemakaman umum masyarakat sekitar. Sehingga makam Bedalem sendiri berada di perbukitan atau dataran tinggi, lebih atas daripada keberadaan makam umum. Suasananya sejuk, tapi akan menyeramkan bagi orang-orang yang memiliki niatan tidak baik.
“Banyak Nas yang ziarah ke sini. Ada yang dari Surabaya, Jawa Tengah. Tapi yang dari Keraton Solo, Keraton Jogja belum ada,” terang Jayus.
Berdasarkan cerita sejarah di tanah Jawa, Pangeran Benowo adalah putra sulung Raja Pajang Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir). Setelah ayahnya meninggal dunia, Pangeran Benowo naih takhta menjadi sultan Pajang dengan gelar Prabuwijaya.
Masa pemerintahan Prabuwijaya sebagai sultan Pajang tidak lama. Dia hanya memerintah selama satu tahun, yakni pada tahun 1586-1587 M.
Baca Juga : Netnografi, Terobosan Riset Mutakhir untuk Wujudkan Layanan PAUD Terintegrasi, Begini Penjelasan Dosen Unesa
Ibu Pangeran Benowo bernama Ratu Mas Cempaka, putri Sultan Trenggana, raja Demak (1521-1546 Masehi). Putra Sultan Hadiwijaya ini meneruskan kepemimpinan saudara iparnya, Arya Pangiri yang berkuasa tahun 1583-1586 Masehi.
Pangeran Benowo dikenal sebagai sosok yang tidak haus kekuasaan dan jabatan. Dirinya mundur dari takhta Kesultanan Pajang karena tidak lagi terpukau dengan duniawi. Dia pun memilih jalan dakwah dan menyebarkan agama Islam.
Pangeran Benowo naik tahta dengan penuh jalan berliku. Setelah Joko Tingkir meninggal dunia pada tahun 1582, takhta kesultanan Pajang yang seharusnya dimiliki oleh Pangeran Benowo direbut oleh kakak iparnya sendiri, yaitu Arya Pangiri, adipati Demak. Kemudian, Pangeran Benowo menjadi adipati Jipang Panolan.
Perebutan takhta Kesultanan Pajang oleh Arya Pangiri dengan cara yang tidak baik-baik itu Pangeran Benowo tidak tinggal diam. Tahun 1586, Pangeran Benowo bersekutu dengan Panembahan Senopati (Raja pertama Mataram Islam) untuk menurunkan tajhta Arya Pangiri karena dianggap kurang adil dalam memimpin pemerintahan.
Persekutuan dua tokoh tanah Jawa ini berhasil dan akhirnya Pangeran Benowo naik takhta dan menjadi raja ketiga di Pajang dengan gelar Prabuwijaya.
Pesatnya perkembangan Kerajaan Mataram Islam akhirnya membuat Prabuwijaya rela menyerahkan Kesultanan Pajang menjadi kadipaten bagian dari Kesultanan Mataram Islam yang pada waktu itu dipimpin Panembahan Senopati (Danang Sutawijaya) yang berkuasa tahun 1586-1601 Masehi. Danang Sutawijaya sendiri merupakan kakak angkat Pangeran Benowo.
Keluar dari lingkaran kekuasaan, Pangeran Benowo melanjutkan perjalanan hidupnya sebagai seorang sufi dengan menyebarkan ajaran Islam ke wilayah Jawa Timur untuk mendekati leluhurnya. Berdasarkan silsilah, Pangeran Benowo merupakan keturunan dari Brawijaya V atau Girindrawardhana Dyah Raṇawijaya, raja Majapahit 1474-1498 Masehi.Di sepanjang perjalanannya, Pangeran Benowo sambil berdakwah mendirikan desa-desa dan pondok pesantren.
Namun yang perlu digarisbawahi, lokasi makam Pangeran Benawo hingga saat ini sejatinya memang masih menjadi misteri dan menjadi perdebatan. Setidaknya ada tiga versi cerita tutur tentang tempat peristirahatan terakhir Pangeran Benowo. Pertama di Bedalem, Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Kemudian di Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dan yang terakhir, makam Pangeran Benowo ada di Kendal, Jawa Tengah. Namun dari ketiga versi ini, hanya di Lasem-lah yang memberikan informasi lebih terkait makam para keturunannya.