JATIMTIMES - Bangunan candi di Situs Blawu Jombang tuntas diekskavasi Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim yang sebelumnya bernama BPCB Jatim. Bangunan purbakala itu merupakan candi pemujaan yang memiliki bentuk tak lazim. Seperti apa bentuknya?
Bangunan candi ini berada di tengah areal kebun tebu Dusun Sumbersari, Desa Sukosari, Jogoroto, Jombang. Lokasinya berada di kawasan makam kuno yang disebut Makam Sentono atau Makam Mbah Blawu oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu bangunan candi ini dinamakan Situs Balwu.
Baca Juga : Jangan Pakai Sirup, Atasi Demam Batuk Pilek dengan Resep Ramuan Herbal
Candi di Situs Blawu ini tuntas diekskavasi pada tahap 2 selama 12 hari sejak 10-21 Oktober 2022. Kemudian diperpanjang 2 hari mulai 24-25 Oktober 2022.
Candi pada Situs Blawu ini hanya menyisakan struktur kaki. Sisa-sisa bangunan purbakala ini berbentuk bujur sangkar 9,9 x 9,9 meter persegi. Struktur ini tersusun dari bata merah kuno berukuran masing-masing 36 x 22 x 9 cm. Tak sedikit pula bata yang tebalnya mencapai 11 cm.
Persis di tengah struktur ini ditemukan sebuah sumur yang juga berbentuk persegi berukuran 1,5 x 1,5 meter dengan kedalaman 3 meter. Di dalam sumuran ini juga ditemukan sebuah batu andesit berbentuk lonjong berukuran 70 x 54 cm.
Di tengah permukaan batu andesit ini terdapat lubang 22 x 22 cm persegi. Batu andesit ini diyakini sebagai tempat meletakkan kotak peripih. Sayangnya, peripih yang biasanya berisi barang-barang berharga sebagai titik sakral atau roh candi sudah lenyap akibat penjarahan masa lalu.
Koordinator Tim Ekskavasi Situs Blawu Pahadi mengatakan, dengan adanya sumuran candi dan peripih di dalamnya itu diyakini sebagai candi untuk pemujaan. Namun, ia belum bisa memastikan latar belakang agama dari candi pemujaan tersebut.
"Jadi kalau ada hubungan dengan peripih, ada hubungan dengan sumuran, maka kaitannya dengan fungsi bangunan suci untuk pemujaan. Itu analisa awal kita. Tapi apakah dia berlatarbelakang pemujaan agama Hindu atau Budha ini yang belum. Karena kita masih mengumpulkan data-data pendukung yang lain yang sejenis. Karena kita tidak menemukan bukti angka tahun, bukti relief, bukti arca yang menggambarkan latar belakang itu," ungkapnya kepada wartawan di lokasi ekskavasi, Senin (24/10/2022).
Dikatakan Pahadi, bangunan candi pemujaan ini memiliki struktur yang tak lazim. Betapa tidak, terdapat struktur sayap berbentuk huruf T di semua sisinya. Yaitu sisi timur, selatan barat dan utara. Masing-masing struktur sayap itu panjangnya 3,3 meter dengan lebar 4,2 meter. Huruf T terbentuk dari dinding bata merah yang tebalnya 80 cm.
Sehingga terdapat ruangan di tengahnya seluas 4 meter persegi. Sayangnya sayap sisi timur sudah rusak parah. Ketinggian struktur utama maupun sayap candi yang tersisa hanya 130 cm.
"Kalau struktur pola utamanya sangat wajar, hampir semua candi berbentuk kotak. Nah yang jadi unik di Balwu ini ada pola struktur keluar yang setiap sisinya ada pola huruf T. Nah ini yang belum pernah ditemukan, artinya tidak lazim. Kita tidak tahu apakah itu ciri tertentu, kita masih kumpulkan data dulu. Tapi beberapa hasil ekskavasi di Jawa Timur struktur candi berpola huruf T di semua sisi memang belum pernah ditemukan," ujarnya.
Baca Juga : Momentum Resolusi Jihad, Kalangan Religius dan Nasionalis Satu Forum di Gedung Penuh Sejarah Milik NU Ini
Hal yang tak lazim lainnya adalah tidak ditemukan tangga masuk ke dalam candi. Pahadi menduga candi pemujaan di Situs Blawu ini memang tidak memiliki trap tangga untuk memasuki bagian utama dari candi.
Padahal menurutnya, candi pemujaan sebagian besar memiliki trap tangga untuk memasuki bagian dalam candi. Dimana di dalam bangunan candi utama itu terdapat garba graha atau tempat pemujaan dilakukan.
"Candi ini tidak ada tangga naiknya. Kita hanya berasumsi, mudah-mudahan nanti kita dapat data dukung lainnya. Bahwa memang candi ini tidak untuk dinaiki. Artinya memang kalaupun untuk acara pemujaan atau pendarmaan dan lain-lain, asumsi kita adalah hanya pemimpin agama saja yang boleh menaiki candinya untuk melakukan ritual. Atau malah mungkin pemimpin agama pun hanya di bawah, tidak sampai ke atas. Jadi mungkin ada upacara khusus yang dilakukan di bawah candi," kata Pahadi.
Dengan begitu, Pahadi juga belum bisa memastikan arah hadap candi tersebut. Tidak hanya itu, tahun pembangunan candi ini juga belum diketahui. Ia sebatas membuat perkiraan berdasarkan karakter bata penyusun candi ini.
"Periodesasi kita gak berani jawab karena spekulasinya terlalu besar. Karena hanya berdasarkan dimensi bata. Jadi kemungkinan memang di pramajapahit. Cuman eranya kita belum tahu, abad ke 9 kah, abad ke 10 atau abad ke 11 kita belum bisa berkomentar terkait itu," ucapnya.
Pahadi menambahkan, tim ekskavasi juga menemukan potongan arca pada Jumat (21/10/2022). Fragmen arca yang ditemukan saat penggalian sebelah utara candi itu berukuran 23 x 12,5 cm. Bentuknya hanya tersisa dada hingga perut dengan dua tangan yang hanya tersisa bahu hingga bagian atas sikut.
"Kondisinya sudah aus, tidak ada ornamennya. Kalau dilihat bentuk lengannya seperti ada kelat bahu, tapi kondisinya aus sekali. Kita tidak bisa menginterpretasi arcanya tokoh apa," tandasnya.