JATIMTIMES - "Besok anak saya mati apa hidup?". Kalimat tersebut menjadi salah satu pertanyaan utama yang dilontarkan oleh pihak keluarga korban tragedi Kanjuruhan, Reivano Dwi Afriansyah atau yang akrab disapa Vano, saat dipanggil menghadap ke dokter yang merawat almarhum di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang.
Sebagaimana yang sudah diberitakan, Vano menghembuskan nafas terakhirnya pada Jumat (21/10/2022) pagi. Remaja 17 tahun itu meninggal setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Sebelum meninggal dunia, kondisi almarhum sempat koma selama 21 hari.
Baca Juga : Rudolf Tobing Pembunuh Wanita di Kantong Plastik Ternyata Pendeta, Begini Sosoknya
"Semua orang tua, keluarga korban hanya menangis setiap pagi habis dipanggil dokter. Hanya ada pertanyaan 'anakku besok mati apa hidup?'. Sambil menangis yang disampaikan keluarga hanya itu, yang bisa ditanyakan setiap hari, setiap malam itu saja," ungkap perwakilan keluarga korban Vano, Sutikno saat ditemui awak media di lokasi pemakaman, Jumat (21/10/2022).
Pria yang akrab disapa Mbah Tik ini menambahkan, selama dirawat di rumah sakit, pihak keluarga tidak bisa mengetahui secara gamblang perihal kondisi kesehatan Vano. Sebab, kondisi Vano hanya disampaikan pihak rumah sakit saat dokter memanggil pihak keluarga korban.
"Kondisi pasien kami tidak mengetahuinya secara pasti. Jangankan saya, orang tuanya pun juga tidak mengetahui, karena kalau ingin mengetahui (kondisi Vano) harus menunggu panggilan dari dokter. Itupun hanya diberi batas waktu sekitar 5 menit," terang Mbah Tik.
Meski terbatas waktu untuk berkomunikasi, namun pihak keluarga memastikan jika sebelum dinyatakan meninggal dunia, almarhum Vano dalam kondisi tidak sadarkan diri alias koma.
"Kami sebagai pendamping korban di ICU, yang jelas kondisi pasien (Vano) waktu di ICU itu mulai dari awal masuk hingga akhir almarhum ini memang tidak sadar, koma. Jadi koma selama 21 hari," imbuhnya.
Sebagai informasi, almarhum Reivano adalah pasien rujukan dari Rumah Sakit Hasta Husada, Kepanjen, Kabupaten Malang. Semenjak dirujuk ke RSUD dr Saiful Anwar Malang, Reivano tidak pernah keluar ICU. Bahkan remaja belasan tahun itu tidak pernah lepas dari ventilator, dikarena kondisinya yang labil.
Diagnosa dokter, korban mengalami luka di kepala, tulang dada, tulang trafikula, hingga cidera kepala. Lantaran kondisi korban yang labil itulah, membuat Mbah Tik dan pihak keluarga tidak pernah berhenti untuk memantau kondisi korban semasa dirawat di RSSA.
"Sehingga saya kayak (seperti) bapaknya almarhum, seperti momong bayi. Setiap hari melamun, pindah ke sana kemari," ucap Mbah Tik.
Sementara itu, semenjak kepergian mendiang Vano, Mbah Tik yang juga sebagai Aremania Korwil Sumberpucung tersebut, fokus memberikan pendampingan kepada keluarga korban. Sebab saat ini, kondisi orang tua beserta pihak keluarga masih trauma.
Baca Juga : DPD Perhiptani Kabupaten Blitar Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Sutojayan
"Kalau soal yang korban (meninggal) kan itu tanggungjawab dari tim medis di Rumah Sakit. Tapi yang kita perhatikan adalah kondisi dari keluarga korban. Keluarga korban itu sampai sekarang dalam kondisi yang betul-betul down alias mentalnya sangat turun sekali, shock betul," keluhnya.
Mbah Tik berharap, dengan adanya pendampingan sekaligus dukungan moril yang diberikan oleh Aremania, bisa sedikit mengobati duka pihak keluarga almarhum.
"Kalau keluarga saya mohon agar tenang dulu, sabar, dan selalu banyak berdoa itu aja dulu," ujarnya.
Selain memberikan pendampingan ke pihak keluarga Vano, Aremania Korwil Sumberpucung saat ini juga fokus memberikan pendampingan kepada korban lainnya. Sebab, saat ini dikabarkan masih ada korban tragedi Kanjuruhan yang merupakan Aremania dari Kecamatan Sumberpucung, yang juga dalam kondisi kritis.
"Sampai saat ini masih ada yang di ICU, kondisinya sama (kritis). Kebetulan warga Desa Senggreng, (namanya) Novita," tukasnya.
Guna memastikan kondisi kesehatan para korban, Aremania Korwil Sumberpucung saat ini sudah membentuk tim khusus. Di mana, Aremania yang terlibat dalam tim tersebut, saling berbagi tugas dalam memantau kondisi para korban tragedi Kanjuruhan.
"Ke depan kami akan ada tim sendiri, tim gabungan Aremania. kami sudah punya langkah-langkah dan bagiannya masing-masing," tutup Mbah Tik.