free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Wabah PMK Mulai Landai di Kota Batu, Harga Sapi dan Produksi Susu Tak Kunjung Stabil

Penulis : Irsya Richa - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

15 - Oct - 2022, 23:32

Placeholder
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat meninjau hewan ternak sapu di Kota Batu.

JATIMTIMES - Dampak penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kota Batu masih dirasakan para peternak meski wabah sudah melandai. Salah satunya adalah harga sapi yang masih belum stabil di Kota Batu.

Saat ini harga sapi masih stagnan di angka Rp 20 juta per ekor. Normalnya berada di angka Rp 25 juta hingga Rp 30 juta per ekor. Hal tersebut diungkapkan Ketua Kelompok Tani Margo Mulyo di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Muhammad Munir.

Baca Juga : Sitiarjo Kembali Terendam Banjir, Ketinggian Mencapai Paha Orang Dewasa

Selain harga yang belum stabil, sejak ada wabah PMK warga di Dusun Brau tidak diperbolehkan mendatangkan sapi dari luar daerah. Alhasil, mereka harus memaksimalkan sapi yang ada saat ini.

Terlebih hewan ternak sapi merupakan salah satu andalan perekonomian warga di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji. Sebab populasi sapi di sana lebih banyak ketimbang penduduknya.

Dikatakannya, 98 persen warga Dusun Brau menggantungkan seluruh kehidupannya pada produksi susu sapi perah. Sebagian lainnya, fokus pada penjualan sapi.

“Meski sapi sudah sembuh dari PMK, sayangnya ada masalah lagi yang terjadi. Yakni produksi susu berkurang di kala sehat,” ujar Munir.

Seperti kendala yang dihadapi peternak warga Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Batu yakni Sukirman, produksi susu per sapi yang biasanya bisa sampai 25 liter per hari kini turun hanya menjadi 8 liter. Penurunan  produksi susu ini mengakibatkan kerugian bagi para peternak.

“Pemulihan PMK di luar dugaan. Ketika sapi sehat, ternyata produksi susunya sangat sulit untuk naik,” ucap Sukirman.

Baca Juga : Selain Gas Air Mata, TGIPF Sebut Kelalaian Panpel Perburuk Tragedi Kanjuruhan

Sukirman mencontohkan, untuk ekor sapi biasanya bisa memproduksi sampai 25 liter, namun setelah tiga bulan setelah sapi sembuh dari PMK hanya mampu 6 liter hingga 8 liter.

“Sehingga perlu nutrisi untuk ternak namun tidak terakomodir oleh pupuk bersubsidi," terang Sukirman. Solusi lainnya dengan memperbaiki bahan makanan sapi.

Peternak sangat bergantung pada pakan ternak yakni rumput gajah. Sementara keberadaan rumput gajah kondisi nutrisinya juga perlu ditingkatkan.


Topik

Peristiwa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Irsya Richa

Editor

Sri Kurnia Mahiruni