JATIMTIMES - Dua puluh tahun lalu atau tepatnya 12 Oktober 2002, tragedi bom Bali menewaskan 203 korban dan 209 lainnya luka-luka.
Bukan hanya menyisakan luka mendalam bagi warga Indonesia. Tragedi tersebut juga turut dirasakan oleh warga Australia. Pasalnya, ada 88 warga Australia yang tewas dalam tragedi itu.
Baca Juga : Pemkab Trenggalek dan BPJS Ketenagakerjaan Serahkan Santunan JKM dan Lindungi Nelayan Prigi
Pada Rabu 12 Oktober 2022 hari ini, peringatan untuk mengenang 20 tahun tragedi mematikan itu digelar di beberapa kota besar di Australia. Momen peringatan tersebut juga disampaikan oleh Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese dalam unggahannya di Twitter.
"Dua puluh tahun yang lalu, gelombang mengejutkan dari Bali sampai di pantai kita. Hari ini di Dolphins Point, Coogee kami berkumpul untuk mengenang 88 orang Australia yang tidak pernah pulang. Begitu banyak masa depan yang dicuri pada malam itu," tulis akun @AlboMP.
Albanese mengungkapkan, tewasnya korban tragedi bom Bali itu sangat menyisakan luka mendalam bagi warga Australia. "Saat kami berkumpul hari ini, hati kami dipenuhi dengan semua orang yang tidak pernah pulang, semua orang yang masih merasa kehilangan, dan setiap penyintas telah kami hilangkan sejak saat itu. Kami berpegang pada nama dan wajah mereka. Kami tidak akan pernah membiarkan mereka memudar (dari hati kami)," ungkap dia sambil mengunggah beberapa potret suasana mengenang korban tragedi bom bali.
Diketahui, pengeboman Bali pada 2022 atau disebut bom Bali I adalah rangkaian tiga peristiwa pengeboman yang terjadi pada malam hari 12 Oktober 2002. Dua ledakan pertama terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali. Sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat yang jaraknya cukup jauh dengan Legian.
Pengeboman itu disebut bom Bali 1 karena selanjutnya juga terjadi pengeboman di Bali dengan skala lebih kecil pada 2005.
Baca Juga : Peringatan Maulid, Bupati Blitar: Nabi Muhammad SAW Role Model Terbaik bagi Umat Islam
Mengutip Wikipedia, latar belakang peristiwa ini terjadi berawal dari kerusuhan yang terjadi di Poso dan Ambon. Bom Bali disebut sebagai balas dendam para teroris karena dalam kedua peristiwa tersebut, banyak umat islam terbunuh akibat konflik terjadi.
Selain itu, peristiwa bom Bali terjadi lantaran teroris menganggap bahwa Bali adalah pusat maksiat dan lokasi yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Para teoris secara umum memang menargetkan lokasi yang dianggapnya menjadi pusat kemaksiatan.