JATIMTIMES - Polri membeberkan bahwa salah satu alasan banyak korban pada tragedi Stadion Kanjuruhan 1 Oktober 2022 lalu karena desak-desakan. Adegan tersebut bahkan terekam CCTV stadion.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan bahwa desak-desakan terjadi di sejumlah pintu sekitar 20 menit. Pada kondisi itu, suporter banyak yang berusaha keluar dari stadion, namun terhalang pintu yang terkunci sehingga menyebabkan penumpukan.
Baca Juga : Cegah Banjir, TNI dan Warga Desa Wonodadi Jumat Bersih Bersihkan Parit
Di sisi lain, gas air mata semakin banyak mengepul di dalam tribun. Dari data polisi, anggota menembakkan gas air mata ke tribun selatan sebanyak tujuh kali, ke tribun utara satu kali, dan ke lapangan tiga kali.
“Sumbatan (karena penonton ke luar) di pintu-pintu tersebut hampir 20 menit. Nanti akan dijelaskan terlihat di CCTV dari situ muncul korban,” ujar Listyo.
Listyo juga menuturkan bahwa penjaga pintu atau steward pun saat kondisi tersebut sedang tidak ada di sekitar pintu Padahal, kehadiran mereka untuk membuka pintu sangat dibutuhkan oleh suporter.
“Seharusnya lima menit sebelum pertandingan berakhir, seluruh pintu seharusnya dibuka. Namun saat itu pintu dibuka tapi tidak sepenuhnya, kurang lebih 1,5 meter. Penjaga pintu saat itu juga tidak berada di tempat,” kata Listyo.
“Sesuai Pasal 21 regulasi keselamatan dan keamanan PSSI menyebutkan bahwa steward harusnya berada di tempat selama penonton belum meninggalkan stadion,” tambahnya.
Sementara itu, tim investigasi Polri juga mencatat ada besi yang melintang di setiap pintu. Hal itu yang menyebabkan penonton kesulitan untuk keluar stadion.
Baca Juga : Viral, Gus Miftah Tanya Agama Farel Prayoga, Begini Jawabannya
“(Besi melintang itu) mengakibatkan penonton jadi terhambat pada saat harus melewati pintu tersebut. Apalagi pintu tersebut dilewati dalam jumlah banyak. Sehingga kemudian terjadi desak-desakan sehingga menjadi sumbatan di pintu-pintu,” ujarnya.
Tim investigasi juga menemukan fakta bahwa desak-desakan terjadi selama 20 menit. Hal itu yang jadi penyebab banyaknya korban berjatuhan.
Dari catatan yang polisi miliki, korban rata-rata mengalami cedera patah tulang, trauma di kepala dan juga beberapa korban yang meninggal alami asfiksia (kekurangan oksigen).
“Bisa dijelaskan terlihat di CCTV dari situ muncul korban patah tulang, mengalami trauma di kepala tengkorak dan juga sebagian besar meninggal mengalami asfiksia,” jelas Listyo.