JATIMTIMES - Tren penguatan kinerja terus ditunjukkan berbagai indikator perekonomian nasional di tengah risiko pelemahan ekonomi global. Hal ini tercermin dari capaian pertumbuhan ekonomi Q2-2022 yang tercatat mencapai 5,44 persen.
Pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh peningkatan permintaan domestik, pendapatan negara, hingga kinerja ekspor tersebut turut mengantarkan Indonesia menjadi salah satu negara yang termasuk dalam Seven Economic Wonders of Worried World menurut majalah Financial Time.
Baca Juga : Airlangga Hartarto Dinobatkan sebagai Tokoh Pemulihan Ekonomi Nasional
Adapun berbagai capaian impresif tersebut, juga tidak terlepas dari peran sektor pertanian yang menjadi pengungkit kinerja ekonomi nasional dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 12,98 persen.
Peran penting pertanian tersebut, salah satunya ditopang kinerja subsektor perkebunan sebagai kontributor utama dengan share terhadap PDB pertanian hingga 27 persen. Untuk itu, Pemerintah berupaya mengoptimalkan subsektor perkebunan melalui berbagai langkah agar dapat mendorong kinerja pertanian yang berdampak pada perekonomian nasional.
Langkah yang kini telah ditempuh Pemerintah, salah satunya yakni melalui hilirisasi yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas. Hilirisasi yang dilakukan Pemerintah mampu meningkatkan nilai ekpor pada sejumlah komoditas seperti kelapa sawit yang tumbuh menjadi US$28.52 miliar pada 2021 serta besi dan baja yang juga tumbuh menjadi US$ 21.47 miliar di tahun 2021.
"Hilirisasi mampu menciptakan lapangan kerja, menciptakan nilai tambah, meningkatkan devisa, dan membuat neraca perdagangan positif. Kalau kita tidak beranjak dari hilirisasi maka value tidak bertambah, oleh karena itu hilirisasi berbagai komoditas harus didorong," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan keynote speech dalam acara Seminar Nasional Peran Standardisasi dan Produktivitas Hasil Komoditas Perkebunan Dalam Rangka Meningkatkan Nilai Ekspor Nasional, Kamis (29/9/2022).
Lebih lanjut, Pemerintah juga telah menyiapkan bantuan pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang memiliki plafon sebesar Rp373,17 triliun pada 2022. Jumlahnya akan meningkat sebesar Rp470 triliun pada 2023. Selain itu, Menko Airlangga juga menjelaskan bahwa penggunaan KUR tersebut dapat menjadi opsi investasi jangka panjang bagi para pelaku sektor pertanian khususnya pada komoditas kelapa sawit.
"Pada sekor pertanian telah diberikan KUR sebesar Rp 70 triliun dan bisa meningkat karena tidak ada batasan bagi sektor pertanian, kemudian Pemerintah juga berupaya mendorong KUR kelompok yang belum optimal pelaksanaannya," ujar Menko Airlangga.
Pihaknya juga menyampaikan perihal ketersediaan bera s. Ketersediaan beras saat ini berada pada level aman untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Bahkan dalam 3 tahun terkahir, capaian produksi mencapai 31 juta ton.
Imbasnya pun positif. Indonesia kemudian berhasil memperoleh penghargaan dari International Rice Research Institute (IRR) di tengah situasi pandemi dan krisis pangan yang terjadi di berbagai negara.
Baca Juga : Tuban Dapat Alokasi Tambahan Pupuk Bersubsidi 10 Ribu Ton, Petani Jangan Panik
Terakhir, Menko Airlangga turut mengajak berbagai pihak baik korporasi maupun Pemerintah Daerah untuk dapat mendorong kemajuan berbagai komoditas lain. Tentunya, dengan gencar melakukan promosi dan memasarkan produk yang dihasilkan sehingga dapat mendorong kesejahteraan para petani.
Sementara itu, dalam kegiatan Seminar Nasional Peran Standardisasi dan Produktivitas Hasil Komoditas Perkebunan Dalam Rangka Meningkatkan Nilai Ekspor Nasional, turut dihadiri sejumlah tokoh penting.
Diantaranya, Deputi II Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ketua Komite Tetap Standardisasi dan Produktivitas Kadin Indonesia yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Forum Komunikasi Dewan Komoditas Perkebunan (FKDKP), Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kadin Indonesia, Wakil Ketua Umum Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, serta Direktur Utama Biro Klasifikasi Indonesia (Persero).