free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Pendidikan

Cara Mengubah Air Hujan Jadi Air Siap Minum, Inovasi Mahasiswa Ini Bisa Jadi Solusi Krisis

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Nurlayla Ratri

09 - Sep - 2022, 18:38

Placeholder
Prototipe alat pengubah air hujan menjadi air bersih siap minum (Ist)

JATIMTIMES - Air hujan dapat menjadi salah satu solusi untuk krisis air bersih. Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang menciptakan sebuah inovasi teknologi alat pemanen air hujan berbasis Internet of Things (IoT) bernama Raiter. Alat ini menjadi inovasi yang dapat memecahkan problem air bersih.

Tim mahasiswa itu terdiri dari Muh Fijar Sukma, dan Muhammad Aditya dari Fakultas Ilmu Komputer (Filkom), dan Faris Febrian, Miftahul Pebrianti, dan Siti Shofiah dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Baca Juga : Harga BBM Mahal, Siswa SMK di Jember Rangkai Motor Berbahan Bakar LPG

Seperti diketahui, pengunaan air hujan tak bisa serta-merta. Sebab, air hujan dapat mengandung parasit, bakteri berbahaya, dan virus. Perlu untuk dilakukan pemrosesan sedemikian rupa hingga air hujan dapat dimanfaatkan.

Muh Fijar Sukma, ketua tim menjelaskan, teknologi yang digunakan dalam alat ini memang berbasis IoT. Sehingga, sistem terintegrasi kedalam Smartphone dan disematkan ke dalam bentuk sensor yang berfungsi untuk memonitor kualitas air minum. Monitoring ini tentunya dengan berbagai paramater yang ada di dalamnya.

1

Pada Prototipe Raiter, terdapat sistem filtrasi, sistem sterilisasi dan sistem dekontaminasi. Sistem ini berfungsi untuk menyaring kotoran serta membunuh nano partikel berbahaya yang ada didalam air hujan.

Raiter juga dilengkapi dengan komponen sensor yang itu berfungsi sebagai alat indikator air bersih siap minum dari hasil sistem penyaringan. Sensor yang terdapat para Raiter, antara lain sensors suhu, TDS, kekeruhan, dan sensor kandungan PH. 

Pada sistem filtrasi, juga terdapat 3 komponen lain, yakni mengunakan busa filtrasi, baru zelit dan arang aktif. Berlanjut pada filtrasi kedua, memanfaatkan membran ultrafiltrasi yang kemudian dilanjutkan ke tahapan filtrasi terakhir. Pada tahap ini, digunakan konsep elektrolisis untuk memisahkan kandungan logam yang ada di sampel.

"Waktu pemrosesan hingga siap minum ini, dapat disesuaikan melalui smartphone. Melalui smartphone juga dapat diketahui, notifikasi bilamana dalam sistem atau hardware pada alat mengalami kerusakan atau gangguan," jelasnya.

Baca Juga : Hari Ini BSU Rp 600 Ribu Bagi Para Pekerja Sudah Mulai Disalurkan

Sementara itu, latar penciptaan alat ini, dijelaskannya memang melihat problem krisis air bersih. Perubahan iklim di Indonesia, tak dipungkiri menyebabkan terjadi pergeseran musim hingga menimbulkan cuaca ekstrem. Akibatnya, Indonesia sering kali mengalami kekeringan di musim kemarau atau banjir bandang di musim penghujan.

"Untuk itu tim kami membuat teknologi pemanen air hujan untuk mengatasi krisis air minum bersih yang biasanya terjadi saat musim kemarau," jelasnya.

Dengan Raiter ini, pihaknya berharap ke depan dapat dikembangkan lebih baik lagi. Sehingga, dalam penggunaannya tak hanya untuk sebatas air minum, tetapi juga dapat digunakan dalam kegiatan lainnya, seperti pertanian, perikanan dan lainnya.

"Harapan, tentu teknologi ini dapat dikembangkan dan dikomersialkan bukan hanya untuk air minum, namun untuk keperluan yang lebih luas lagi," pungkasnya.


Topik

Pendidikan



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Nurlayla Ratri