JATIMTIMES - Walau gadis belia seusianya masih memanfaatkan waktunya untuk bersekolah dan bermain, namun tidak demikian dengan Diyah Ayu Puspitasari. Gadis berusia 16 tahun ini memilih bekerja seni sebagai penari jathilan dengan tujuan membantu keuangan keluarga.
Pilihan ini dilakukan Pita, panggilan akrabnya, setelah bapaknya yang sebelumnya menjadi tulang punggung keluarga mengalami kecelakaan dan patah tulang pada kakinya.
Baca Juga : Gandeng JatimTIMES, Kepala MAN Kota Batu Ajak Siswa Teladani Rasulullah Muhammad Dalam Sampaikan Berita
Akibatnya, sang bapak tidak bisa bekerja, sedangkan ibunya banyak merawat bapaknya yang mengalami cidera tersebut.
Yah, Diyah Ayu Puspitasari dalam beberapa waktu terakhir sering tampi di berbagai acara sebagai penari jathilan reog.
Gadis belia asal Dusun Darungan Desa Wonokerto Kecamatan Tekung ini, mengaku tak ingin melanjutkan sekolahnya lagi, karena lebih merasa wajib untuk membantu keluarganya sebagai penari jathilan.
"Saya tinggal dengan orang tua dan tiga adik saya yang masih memerlukan uang. Makanya setiap saya dapat job main sebagai penari, uang hasil menari itu sebagian besar saya berikan kepada orang tua saya," kata Pita, yang memutuskan berhenti sekolah setelah lulus SMP.
Awal mula mengenal tarian ini, Pita mengikuti latihan dari sebuah group reog. Lama-lama Pita sering diajak manggung dari Group Reog tersebut.
Sekali tampil untuk siang dan malam Pita bisa mendapatkan bayaran sebesar Rp 160 ribu.
Baca Juga : Viral, Kisah WNI Asal Ponorogo, Jadi ART di Amerika dengan Gaji hingga Rp 60 Juta
Pita mengaku, dari hasil bayarannya tersebut harus dibagi dengan ibunya. "Ya, saya berikan ke ke ibu yang Rp 100 ribu. Untuk yang Rp 60 ribu untuk keperluan saya sendiri," kata Pita kepada Jatimtimes.
Saat ditanyakan pingin sekolah lagi apa tidak. Pita menjawab tidak. "Tidak pak, kalau saya sekolah lantas siapa yang mau mencarikan kebutuhan hidup keluarga saya," ucapnya.
Sebagai seorang anak gadis, Pita sangat memegang teguh prinsip, karena tidak mudah menjadi seorang jathilan yang setiap bermain berkumpulnya dengan para lelaki.
"Ya, prinsipnya saya ini bekerja mencari nafkah. Yang penting saya tidak macam-macam. Foklus cari uang saja," tegasnya.