JATIMTIMES - Kampung Cempluk merupakan suatu daerah yang sangat kecil dari sebagaian suatu Dusun, tepatnya ada di Dusun Sumberjo RW: 02 Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Dusun Sumberjo merupakan sebuah Dusun yang dekat dengan wilayah Kota Malang, karena merupakan Dusun paling ujung timur Desa Kalisongo.
Terkenalnya penamaan Kampung Cempluk untuk Dusun Sumberjo menjadikan dusun ini dinamai dengan “Kampung Cempluk”. Kini Kampung Cempluk justru menjadi brand, khususnya sejak kampung ini menggelar sebuah festival kampung yang dinamai dengan Kampung Cempluk Festival (KCF).
Baca Juga : Julianto Eka Putra Dilaporkan Kasus Dugaan Eksploitasi Ekonomi Anak, Polda Jatim Olah TKP di SPI Kota Batu
Spirit hari raya kebudayaan mendorong warga untuk terlibat aktif, dengan menggunkaan konsep pelaksanaan festival di ruang publik menjadikan festival ini turut dimiliki oleh warga. Festival digelar dengan mengoptimalkan ruang-ruang terbuka di kampung seperti teras rumah warga, halaman rumah warga, dan gang kampung yang kemudian dijadikan panggung serta tempat penyewaan stand untuk para penjual.
Dalam pembuatan panggung warga gotong royong dan secara kreatif melakukan recycle atau mengolah kembali barang-barang yang masih bisa digunakan. Menggunakan bambu, kayu balok bekas, klaras atau daun pisang kering, blarak atau daun kelapa kering, dekorasi tambahan seperti tampah, dll.
Selain mendekorasi panggung, warga juga turut mendekorasi teras dan gang yang dioptimalkan sebagai gelar festival. Mendekorasi stand yang akan disewakan dengan konsep tradisional tentunya tetap dengan memanfaatkan barang yang bisa diolah kembali seperti meja dari bambu dan atap stand dari blarak. Membangun spot-spot foto untuk melengkapi kemeriahan hari raya kebudayaan ini. Selain itu juga, warga membuat cempluk dari botol bekas dan menempatkan disepanjang gang dan secara kompak dalam semalam mereka menggunakan lampu cempluk sebagai penerangan sehingga kesan jaman dahulu sangat terasa.
Ibu-ibu warga Kampung Cempluk juga turut berperan aktif dalam gelaran festival ini, mereka turut berkontribusi dalam pertunjukan-pertunjukan. Selain itu yang paling menonjol adalah peran ibu-ibu Kampung Cempluk untuk memeriahkan stand penjualan. Mereka turut berkontribusi dengan mengisi stand penjualan yang hal ini turut memberikan daya tarik pihak luar terhadap festival ini. Banyaknya variasi jualan yang ada di festival tersebut akhirnya diminati banyak pengunjung. Banyak dari mereka datang yang datang ke festival tersebut hanya untuk mencari berbagai makanan tradisional yang tak dapat mereka temui secara mudah belakangan ini.
Pada dasarnya Kampung Cempluk bertujuan untuk menghidupkan kebudayaan dengan spirit hari raya yang artinya sesuatu yang dinanti-nantikan. Di Kampung ini kebudayaan berkembang secara mengalir dimana seni budaya di sana bukan dibuat dengan terpaksa karena akan digelar suatu event. Selain itu diadakannya kampung cempluk festival digunakan oleh para pelaku seni dan budaya untuk membangun networking.
Ada beberapa strategi kampung cempluk untuk mengelola segala pemasukan dan pengeluaran ungkap Pak Redy. Pertama, dana diperoleh dari urunan warga. Tidak ada pakem untuk jumlah yang harus diberikan oleh warga, tidak ada unsur paksaan melainkan keikhlasan. Kedua, mereka bergerak mencari donatur atau sponsor yang sifatnya tidak mutlak harus berupa uang namun dengan sistem barter. Ketiga, dengan menyewakan stand yang telah dibuat oleh warga dan juga jasa penitipan sepeda. Ketiga biaya ini dapat membantu terwujudnya hari raya kebudayaan Kampung Cempluk.
Baca Juga : Gelar Pelatihan Batik, Upaya Pemkot Kediri Kembangkan Pewarnaan dan Motif Batik Khas Kediri
Tentunya dengan adanya hari raya kebudayaan yang dikemas dalam Kampung Cempluk Festival ini memberikan dampak bagi warga kampung cempluk baik dari segi seni, budaya, sosial maupun ekonomi. Berbagai macam produk ekonomi kreatif berupa makanan tradisional, alat musik buatan warga, hingga bangunan yang menjadi spot foto dapat memberikan income atau pendapatan bagi masyarakat setempat.
Tahun 2020 KCF sudah mencapai satu Dasawarsa. "Salah satu bentuk eksistensi tersebut dibuktikan dengan terselenggaranya acara KFC secara virtual," kata Redy ketika di temui di Omah Ngopi Cempluk. Di tahun 2021, KFC juga dilakukan secara virtual. Semua berharap di tahun 2022 ini, KFC dapat kembali digelar secara offline, sehingga semua dapat memeriahkan dan meramaikan KFC.
*Penulis adalah Mahasiswa Magister Tata Kelola Seni-Pascasarjana ISI Yogyakarta