JATIMTIMES - Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi mengungkap alasan mengapa Partai Demokrat tak kunjung mendapat rekan koalisi jelang Pemilu 2024. Dalam hal ini, Ari Junaedi menilai, mahalnya "harga" yang ditawarkan Partai Demokrat menjadi salah satu alasan partai berlambang bintang mercy itu tak kunjung mendapat rekan koalisi.
Harga mati Demokrat yang mengusung ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) membuat partai-partai lain berpikir dua kali untuk bekerja sama.
Baca Juga : Hasil Survei PWS Ketika 10 Menteri Nyapres, Ini Sosok Peraih Survei Tertinggi
"Sulitnya Demokrat mencari 'pacar' koalisi tidak terlepas dari mahalnya harga 'banderol' politik yang ditawarkan," kata Ari dikutip dari wawancara eksklusif Kompas.com.
Selain mematok target AHY harus jadi 'pengantin' politik, tawaran yang diajukan Demokrat rupanya juga tidak membuat partai-partai lain bergeming.
Lebih lanjut Ari mengatakan, elektabilitas AHY tak seberapa dan belum cukup kuat untuk berlaga di Pilpres 2024 mendatang. Untuk dilirik menjadi cawapres saja, AHY harus berjuang dan berkompromi dengan minat pasar politik yang lebih menginginkan pemimpin dengan rekam jejak di eksekutif.
Sementara, AHY belum pernah menjabat di pemerintahan. Hingga kini, daya tawar untuk AHY hanya sebatas pengalaman karier militer dan ketua umum Partai Demokrat.
"Andai Demokrat bisa lebih luwes, saya yakin Demokrat tidak akan berpotensi 'jomblo'," ucap Ari.
Sedangkan, elektabilitas Demokrat yang menurut survei sejumlah lembaga berada di 5 besar, bahkan 3 besar, nyatanya juga tidak membuat partai lain tertarik bekerja sama dengan partai besutan SBY itu.
Menurut Ari, Demokrat sedianya adalah partai yang paling gesit dalam bermanuver, namun hasilnya nihil. Penjajakan AHY dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto misalnya, hingga kini juga tidak membuahkan kerja sama apa-apa.
Baca Juga : Jelang Idul Adha, Harga Cabai di Sidoarjo Turun Tipis
Malahan, Nasdem telah mengumumkan bursa calon presiden yang memuat 3 nama tanpa memasukkan AHY. Ketiga nama itu adalah Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Andika Perkasa.
Sementara, Gerindra diketahui bergandeng tangan dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Di sisi lain, PDIP pernah terang-terangan menyatakan sulit berkoalisi dengan Demokrat.
Belakangan, Golkar juga menyatakan penolakan atas permintaan Demokrat untuk berkoalisi berdua. Dengan situasi politik yang mulai panas saat ini di mana koalisi dan kerja sama antarpartai sudah mulai terbangun, kata Ari, ruang gerak Demokrat semakin sempit.
Ari lantas berpendapat, Demokrat harusnya lebih dulu mengamankan peluang untuk bergabung di koalisi yang ada alih-alih bersikukuh mengusung AHY. Demokrat juga bisa mencontoh strategi Nasdem yang menawarkan figur-figur populer di pasar politik seperti Ganjar Pranowo hingga Anies Baswedan.
"Yang harus dilakukan Demokrat sebaiknya obral tawaran dengan tidak memaksakan AHY harus menjadi nomor satu atau nomor dua," terang Ari.