JATIMTIMES - Menjelang momen Hari Raya Idul Adha pada tahun 2022 ini, sejumlah pedagang ternak di Kabupaten Malang mengeluh. Lantaran, momen yang seharusnya ramai pembeli ternak ini, mendadak sepi. Hal tersebut disinyalir akibat mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK).
Hal tersebut salah satunya dikeluhkan oleh Syakur. Pedagang sapi asal Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Ia mengatakan, penjualannya turun drastis sejak ramai PMK. Bahkan menurutnya, penurunannya mencapai 80 persen.
Baca Juga : Tekan Kerugian Petani, Mas Dhito Siapkan BUMD Serap Komoditas Petani saat Harga Anjlok
Menjelang momen Hari Raya Idul Adha seperti ini, biasanya dirinya sudah bisa menjual hingga 7 ekor sapi. Namun, hal tersebut berubah drastis saat PMK mulai mewabah.
"Kalau hari-hari biasa, saya bisa menjual sapi 5-7 ekor. Tapi kalau sekarang, laku 1 ekor saja kami sudah sangat bersyukur," ujar Syakur.
Sementara jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, momen Hari Raya Idul Adha, merupakan momen panen pembeli bagi pedagang ternak, baik sapi ataupun kambing. Sebab pada momen ini, masyarakat muslim berburu hewan untuk dikurbankan. Dan jumlahnya bisa menjadi dua kali lipat jika dibanding dengan hari biasa.
"Tapi kalau sekarang justru menurun drastis. Dibanding hari biasa pun selisihnya jauh sekali," imbuhnya.
Dirinya pun mengaku tidak dapat berbuat banyak atas kondisi yang saat ini sedang terjadi. Dirinya berharap agar Pasar Hewan yang biasa menjadi tempatnya berdagang hewan ternak bisa kembali dibuka.
Sedangkan saat ini, atas mewabahnya PMK, Pemerintah terpaksa menutup pasar hewan untuk tidak beroperasi. Hal tersebut sebagai upaya untuk mencegah penyebaran PMK semakin meluas. Dengan hal itu, ia bersama rekannya seprofesi, terpaksa berjualan di pinggir jalan.
"Kalau pasar dibuka artinya kan wabah sudah berakhir. Sudah itu saja harapan kami," terang dia.
Baca Juga : Ketua DPD Partai Golkar Lumajang: Ngeri !! Pemuda Lumajang Terkontaminasi Narkoba
Keluhan yang sama juga disampaikan oleh Muhammad Taram, pedagang sapi asal Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Menurutnya, selain saat ini pembeli sapi yang semakin sepi, harga ternak sapi juga kena imbas menjadi anjlok.
"Untuk harga sapi Limosin berusia 8 bulan, pada hari-hari biasa bisa terjual dengan harga Rp 18 juta. Tapi sekarang akibat wabah PMK ini, hanya ditawar Rp 15 juta," ujar Taram.
Sama dengan Syakur, dirinya juga berharap agar kondisi mewabahnya PMK yang berpengaruh pada perdagangan ternak bisa segera usai. Di sisi lain, berdagang sapi adalah satu-satunya pekerjaan yang ia lakoni untuk menafkahi keluarganya.
"Saya berharap kepada pemerintah agar penanganan PMK ini diselesaikan. Sebab kondisi ini pendapatan saya sangat minim, untuk menafkahi anak dan istri saya," pungkas Taram.