JATIMTIMES - Aksi pawang hujan Rara Istiani Wulandari atau Mbak Rara di sirkuit Moto GP Mandalika menjadi viral hingga luar negeri. Pasalnya, mbak Rara dianggap mampu mengendalikan hujan lebat sehingga balapan dapat berjalan mulus tanpa adanya hujan.
Di Tulungagung, pawang hujan sudah menjadi lagu wajib bagi warga yang hendak mempunya gawe atau hajatan di saat musim hujan atau bahkan saat kemarau. Menurut supranaturalis Heyu Wijaya, pawang hujan di Tulungagung sudah ada turun temurun dan dikenal dengan nama Dongke.
Baca Juga : Mandalika Punya Cerita, Penonton Tunggu Shuttle Bus Hingga Tengah Malam
"Namanya Dongke, sebenarnya itu hanya istilah yang juga dijadikan sebutan seperti dukun," kata Heyu, Senin (21/3/2022).
Lanjutnya, seperti yang mbak Rara lakukan di Mandalika, Dongke di Tulungagung juga butuh alat ritual. "Biasanya menggunakan dupa atau kemenyan," ujarnya.
Senada dengan Heyu, Edi Ghoibi saat dikonfirmasi mengatakan, pawang hujan di Tulungagung banyak yang sudah menggunakan doa islami. "Menggunakan amalan," ucapnya.
Amalan yang dimaksud Gus Ghoibi ini adalah dengan membaca ayat kursi 3 kali dan membaca Asmaul Husna berupa Ya Alloh Ya Qodiim sebanyak 21 kali.
Baca Juga : Performa Tak Konsisten Persik Tergilincir di Klasemen 11
"Kemudian menahan nafas, meniatkan diri meminta pada Allah SWT dan tiupkan ke arah mendung (langit) sebanyak 3 kali. Yakin dengan izin Allah digeser (hujannya) ke wilayah lain," ungkapnya.
Dalam prakteknya, pawang hujan di Tulungagung punya cara masing-masing sesuai dengan ajaran yang diperoleh dari gurunya. Selain dupa dan kemenyan, ada yang menggunakan rokok lintingan klobot jagung hingga kopi pahit untuk mediasi atau sarana memindahkan hujan ke lokasi lain. Dari semua cara ini, dikembalikan ke masing-masing pribadi untuk percaya atau tidak.
