ATIMTIMES - Karakter menjadi petinju hebat nasional sudah terbentuk dalam diri Hero Tito sejak masih kecil. Bukan hanya karena kemauan keras. Hero Tito juga sangat disiplin dan tekun berlatih sejak kecil.
Petinju kelahiran 27 September 1986 bernama asli Heru Purwanto itu memasuki dunia tinju sejak kelas enam sekolah dasar (SD). Dari kelas enam itu, Hero dibentuk dan ditempa hingga menjadi juara World Professional Boxing Federation (WBPF) kelas ringan tahun 2016.
Baca Juga : Hero Tito Dimakamkan di Pakis, Tetangga Kenang Sikap Rendah Hatinya
Kesaksian itu diungkapkan mantan pelatih Hero Tito saat menjadi petinju amatir, Muchamad Jaeni (55). Tiga tahun Jaeni melatih Hero, mulai kelas enam SD hingga masuk sekolah menengah atas (SMA).
Hero saat pertama ke sasananya, yakni Sasana Lesanpuro BC Kota Malang, langsung tertarik ingin dilatih Jaeni. “Awalnya dia ikut di sasana tinju di Kecamatan Tumpang. Dua minggu tutup, terus ke sini,” kata Jaeni di rumah duka Hero Tito di Dusun Sindurejo, Desa Banjarejo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Kamis (3/3/2022) malam.
Mulanya, Jaeni tidak serta merta menerima Hero sebagai muridnya. Dia ingin Hero lebih dulu mendapatkan izin dari orang tuanya ketika ikut sasananya.
“Saya suruh orang tuanya tanda tangan persetujuan. Terus orang tuanya datang dan diizinkan. Itu saya langsung berani melatih,” kenang Jaeni.
Selama dilatih, Hero kecil memang sudah menunjukkan sikap kedisiplinan tinggi dan kesungguhan berlatih dalam dunia tinju. Meski jarak rumah Hero cukup jauh dari sasana, sekitat 4-5 kilometer, petinju dengan julukan The Lion itu tetap rutin datang ke sasana dengan berlari.
“Jaraknya jauh. Terus saya bilang kamu mau nggak lari? Dia jawab iya mau dan akhirnya lari dari rumahnya di Pakis sampai Lesanpuro Kota Malang,” kata Jaeni.
Setiap hari Hero berangkat ke sasana di pinggiran Kota Malang dari rumahnya di Kabupaten Malang dengan berlari. Dan hal itu dilakukannya selama tiga tahun.
“Dan sampai di sasana, saya beri Hero porsi latihan lebih besar. Kan kalau awal porsinya harusnya empat ronde. Tapi kalau Hero, saya beri delapan ronde. Tapi saya tanya dulu ke dia 'iso a le?' (mampukah kamu?) Dia menyanggupi. Dan ya bisa dia,” ungkap Jaeni.
Yang membuat Jaeni kagum, Hero tidak pernah absen atau membolos latihan. Enam hari dalam seminggu, Hero selalu menghabiskan waktu untuk berlatih tinju di sasana tersebut selama dua sampai tiga jam.
“Dan dia itu tidak pernah bolos. Jujur anaknya. Selalu latihan dan semangat. Bahkan kan satu hari libur dari seminggu, kan saya bilang 'kalau libur lari'.bternyata dituruti dan lari beneran. Dia itu nurut. Saya kasih porsi latihan apa pun dilahap,” ujar Jaeni.
Kedisiplinan dan kemauan keras Hero terlihat ketika uji tanding. Jaeni pun masih ingat bahwa selama menjadi petinju amatir, Hero tak pernah terkalahkan.
Baca Juga : Bupati Pamekasan bersama PLN UP3 Madura Berikan Ratusan Paket Bantuan Korban Banjir
“Menang 17 kali dan juara tingkat provinsi amatir di Blitar. Terus SMA pindah ke sasana lain dan saya ikhlas," beber Jaeni.
Yang membuat Jaeni salut, Hero yang sudah dikenal karena beberapa kali tinju nasional tetap menjaga silaturahmi. Bahkan, ketika akan menjalani pertandingan, Hero menyempatkan untuk meminta doa restu kepada Jaeni.
“Dan kalau pamit minta doa ke saya. Terus saya beri masukan terus. Jangan pernah puas diri. Juara itu bukan berhenti berlatih. Kalau kamu berlatih berhenti, ya nanti sabuk itu gampang direbut,” ucap Jaeni.
Ketika mendengar kabar bahwa Hero Tito mengalami koma dan harus dirawat di rumah sakit, Jaeni sangat kaget. Bahkan, Jaeni menangis ketika mendengar Hero mengembuskan napas terakhir di Jakarta.
“Saya itu melatih Hero selama tiga tahun. Nggak pernah cedera. Kalau mau main dia sakit, saya nggak akan mainkan. Saya syok waktu itu (mendengar kabar Hero Tito meninggal). Dan saya ingin memandikan Hero nantinya karena sudah saya anggap anak sendiri,” kata Jaeni.
Petinju berjuluk The Lion itu wafat sekitar pukul 16.45 WIB tadi di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta. Hero dirawat selama empat hari di rumah sakit tersebut karena koma usai mendapat pukulan uppercut lawan tandingnya, James Mokoginta, di ronde ke-7 pada ajang Holywings Sport Show di Holywings Club V Gatsu, Minggu (27/2/2022).
Hero Tito mengawali debutnya sebagai petinju pada 28 Februari 2004. Berbagai gelar nasional pernah Tito raih. Salah satunya di ajang Kejuaraan Tinju Dunia Sabuk Emas Xanana 2016 di Timor Leste.
Selain itu, Hero Tito pernah menyabet sabuk gelar juara dunia WPBF (World Professional Boxing Federation) kelas ringan pada 2016. Tito juga pernah meraih juara nasional 2012 kelas bulu 57,1 kilogram, juara nasional 2013 kelas bulu 57,1 kg, juara nasional 2016 kelas ringan junior 58,9 kg, dan juara nasional 2017 kelas ringan junior 58,9 kg.
Sepanjang karirnya di atas ring, petinju dengan julukan The Lion itu telah melakukan 45 pertandingan dengan 27 kemenangan, 11 kali menang KO, 6 kalah KO, dan dua pertandingan berakhir seri.