JATIMTIMES - Kualitas kesehatan remaja menjadi kunci dalam mencegah stunting. Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bangkalan Sudiyo, melalui Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes, Aris Budhiartho.
Menurutnya, remaja putri (rematri) rentan menderita anemia karena banyak kehilangan darah pada saat menstruasi. Remaja yang menderita anemia berisiko tinggi untuk mengalami anemia pada masa kehamilannya.
Baca Juga : Gagal Ginjal hingga Diabetes Bisa Teratasi Hanya dengan Daun Kelor
Sehingga hal ini akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin serta berpotensi menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan. Oleh karena itu, remaja dan wanita usia subur (WUS) perlu meminum Tablet Tambah Darah (TTD) sebanyak satu kali dalam seminggu.
"Sementara, ibu hamil mengkonsumsi TTD sebanyak 90 tablet atau lebih selama masa kehamilannya untuk mencegah anemia saat hamil, agar tidak terjadi stunting pada anak," tutur Kabid Kesmas Dinkes Bangkalan, kepada BangkalanTIMES, Selasa (22/2/2022).
Adapun usia bagi remaja putri itu, mulai dari usia 12 sampai dengan 18 tahun, dengan sasaran yang ada di setiap sekolah. "Jadi sasarannya semua siswi yang ada di setiap sekolah," lanjutnya.
Sementara untuk mencegah stunting bagi balita, Aris sapaan lekat Kabid Kesmas itu mengaku, pencegahannya dilakukan dengan memberikan vitamin A, yang diberikan pada saat bulan timbang, yakni pada bulan Februari dan Agustus, dengan sasaran sebanyak 76.944 balita.
"Jadi bulan timbang itu biasanya saat bulan Februari dan Agustus dan itu merupakan bulan Vitamin A, yang diberikan setiap 6 bulan sekali, jadi bulan timbang ini sebagai penentu, anak itu stunting atau tidak," kata dia.
Sekedar diketahui, stunting ini merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita karena kekurangan gizi kronis pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Hal ini salah satunya disebabkan oleh kualitas kesehatan anak-anak dan remaja yang kurang mendapatkan asupan gizi seimbang juga remaja putri yang mengalami anemia karena kekurangan zat besi.
Baca Juga : Mau Periksa atau Berobat ke RSI Unisma? Lihat Jadwalnya Hari Ini
Adapun pencegahan masalah gizi pada anak usia remaja bisa dilakukan dengan menjaga pola hidup sehat dan makan makanan bergizi seimbang. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan intervensi gizi spesifik dan sensitif oleh seluruh pihak terkait agar para remaja yang kelak akan menjadi orang tua dapat menghasilkan generasi yang unggul dan sehat.
Selain itu, diketahui juga bahwa angka balita dan anak pengidap stunting di Kabupaten Bangkalan masih meroket. Hal itu berdasarkan data balitbang Kementrian Kesehatan tahun 2021 yang menyebutkan prevalensi stunting pada anak dan balita di Kota Dzikir dan Sholawat mencapai 38,9 persen dan menjadi angka tertinggi di Provinsi Jawa Timur.
Akan tetapi, angka itu menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan, data penderita stunting tahun ini mengalami penurunan, dibandingkan tahun 2021, data tahun ini sekitar 2.287 anak yang mengalami stunting, sementara tahun lalu sekitar 3.710 anak. Artinya tahun ini mengalami penurunan hampir seribu.