JATIMTIMES - Ada banyak cara untuk mengenang perjuangan pahlawan bangsa. Seperti yang dilakukan Grantika Pujianto. Pemuda asli Blitar ini mengenang perjuangan Pemberontakan PETA dengan melakukan napak tilas.
Pemberontakan PETA adalah salah satu perjuangan rakyat Indonesia paling terkenal dalam sejarah. Peristiwa ini terjadi pada 14 Februari 1945 di Blitar, Jawa Timur. Shodanco Supriyadi memimpin prajurit PETA untuk melakukan pemberontakan terhadap militer Jepang.
Baca Juga : Himpaudi Jatim Bersama Susu Steril Tujuh Kurma Gelar Lomba Kreasi Media, Diikuti 4 Ribu Pengajar
PETA, atau Pembela Tanah Air, sebenarnya adalah kesatuan militer bentukan Jepang di Indonesia selama masa pendudukan Jepang. Meskipun pasukannya disebut tentara sukarela, namun pada kenyataannya pemuda-pemuda di pulau Jawa dipaksa bergabung dengan PETA. Pemberontakan PETA Blitar pada akhirnya mengalami kegagalan.Meski gagal perjuangan ini memberikan inspirasi perjuangan rakyat Nusantara dari Sabang sampai Merauke dan dicatat sebagai tinta emas dalam sejarah bangsa Indonesia. ‘’Napak tilas perjuangan pemberontakan PETA ini saya maknai sebagai aksi cinta tanah air,’’ kata Grantika kepada JATIMTIMES.
Napak tilas perjuangan pemberontakan PETA di tahun 2022 kali ini adalah kali ketiga yang dilakukan Grantika. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana dia melakukan sendiri, kali ini pemuda yang di dunia seni dikenal sebagai sutradara dikawal 20 prajurit TNI dari Batalyon 511/DY. Menurut Grantika,aksi ini bertujuan memberikan motivasi kepada pemuda-pemudi di seluruh Indonesia untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan.
‘’Tujuan saya adalah mengajak pemuda dan pemudi untuk tidak melupakan perjuangan pahlawan. Aksi ini juga sebagai wujud penghormatan kepada pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia,’’ tukasnya.
Napak tilas perjuangan Pemberontakan PETA dimulai Grantika dengan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya di Kota Blitar yang berada tepat di depan Monumen PETA. Kemudian penghormatan ke Momumen Potlot tempat di mana sang saka merah putih dikibarkan pertama kalinya di masa kependudukan Jepang. Perjalanan napak tilas dilanjut dengan long march sejauh 25 kilometer ke Gunung Gedang di Desa Karangrejo, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.
Rute perjalanan ini adalah jalan yang dilalui Shodanco Supriyadi bersama pasukan PETA saat diburu tentara Jepang. "Sekarang jalannya sudah enak, tidak terbayang dulu seperti apa perjalanan Supriadi dan kawan-kawan seperjuangannya melewati akses yang masih hutan menuju ke Gunung Gedang (Candi Waringin Branjang)," ungkap pemuda yang tinggal di Desa Margomulyo, Kecamatan Panggungrejo.
Baca Juga : Pria Tanpa Identitas Tertabrak Kereta Api Jurusan Blitar-Surabaya, Tubuh Terseret hingga 20 Meter
Grantika mengaku, banyak pengalaman yang menarik yang ia dapatkan dalam napak tilas kali ini. Selain diikuti oleh personel TNI dari Batalyon 511/DY, perjalanan ini dimulai dengan hujan deras selama separuh lebih dari perjalanan.
Meskipun puas, Grantika mengaku ada hal lain yang ingin dia capai. Dia berharap tanggal 14 Februari ditetapkan pemerintah sebagai Hari Cinta Tanah Air.
"Saya berharap para pemuda-pemudi Blitar tidak melupakan sejarah bangsa ini. Karena banyak tokoh-tokoh Blitar yang berperan penting dalam merintis maupun mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dan sebagai pemuda Blitar saya berharap perjuangan PETA ini dapat dikenang dengan ditetapkannya tanggal 14 Februari sebagai Hari Cinta Tanah Air,’’ pungkasnya.