JATIMTIMES – Bencana Semeru pada tanggal 4 Desember 2021, akhirnya mencatat lebih dari 10 ribu orang mengungsi, lebih dari 2 ribu KK harus pindah rumah ke tempat yang lebih aman, dan lebih dari lpuluhan orang meninggal dunia. Ini belum termasuk orang hilang yang diperkirakan juga tertimbun material vulkanik Gunung Semeru.
Banyak cerita duka datang dari lereng Semeru. Mulai dari mereka yang berlarian ditengah panasnya material vulkanik Semeru, atau mereka yang bertahan ditempatnya berharap keajaiban agar bisa selamat jika erupsi berhakhir, dan cerita duka tentang anak-anak yang kehilangan orang tuanya.
Baca Juga : Belum Genap 1 Tahun Bekerja, Kajari Tulungagung Dapat Apresiasi Komisi III DPR RI
Dan yang paling viral adalah sosok perempuan istimewa bernama Rumini, yang rela tidak menyelamatkan dirinya dan memilih memeluk ibunya sampai mati.
“Rumini, sungguh wanita berhati mulai, yang rela memeluk ibunya sampai mati,” tulis Netizen mengunggkap keharuan pada sosok Rumini.
Hari-hari di Lumajang sampai hari ketiga pasca bencana adalah soal bantuan yang terus mengalir, soal relawan yang bekerja bertaruh nyawa untuk menyelamatkan warga yang masih terjebak dan cerita duka dari Kampung Renteng yang jadi kampung mati.
Rumah-rumah tertimbun material vulkanik, lahan pertanian yang rusak dan tentang nyawa yang melayang karena bencana yang tak terduga.
Pada tanggal 7 Desember 2021, Presiden RI Joko Widodo datang ke Lumajang. Menyapa pengungsi di Sumbermujur, mengunjungi kaawasan terdampak bencana Semeru dan melihat jembatan Gladak Perak yang luluh lantak.
Dengan ramah Presiden Joko Widodo menyapa para pengungsi, termasuk anak-anak. Bahkan ketika memasuki lapangan Sumberwuluh Candipuro Lumajang, melalui sebuah pengawalan yang tak begitu ketat, Presiden Joko Widodo menjawab setiap sapaan warga, walau sebatas mengarahkan pandangannya dan melambaikan tangan untuk warga yang memanggil namanya.
“Terima kasih Pak Presiden. Keputusannya adalah segera membangun jembatan Gladak Perak dengan konstruksi yang lebih kuat dan melakukan relokasi bagi warga terdampak ke kawasan yang lebih aman,” kaya Bupati Lumajang H. Thoriqul Haq usai kunjungan Presiden Joko Widodo.
Dan akhirnya diputuskan, relokasi dilakukan untuk warga Sumberwuluh, direlokasi di kawasan Perhutani di desa Sumbermujur, sedangkan warga Supit Urang direlokasi ke Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Pronojiwo.
Baca Juga : Catatan Akhir Tahun 2021, Fokus Lumajang Tangani Dampak Erupsi Semeru (1)
Sebelum rekolasi dengan bentuk hunian tetap, Pemkab Lumajang juga akan membangun hunian sementara atau huntara lebih dari dari sekitar 2.000 unit di dua tempat tersebut. Sebagian besar berada di Kecamatan Candipuro Lumajang.
Lagi-lagi Lumajang mendapatkan banyak bantuan pembangunan huntara dari berbagai pihak, hingga jumlahnya lebih dari 1.000 huntara yang akan dibangun oleh donatur.
Sementara dana yang terkumpul di Baznas Lumajang, yang sebagian akan diperuntukkan bagi pembangunan huntara, sampai tanggal 3 Januari 2022 tercatat hampir Rp 28 Milyar lebih. Angka partisipasi masyarakat yang sangat besar untuk korban Semeru.
Setidaknya sampai awal Januari 2022, penanganan tanggap darurat sudah dilakukan dengan baik dan sistematis. Perencanaan relokasi mulai dari penyiapan lahan, ijin dari Kementerian KLH soal penggunaan kawasan sudah didapat, rencana pembangunan huntara segera di mulai dan rencana pembangunan hunian tetap sudah pula diputuskan untuk menggunakan dana APBN melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Selain pembangunan rumah untuk warga yang direlokasi, kita juga akan menyiapkan infrastrutur jalan, penyediaan air dan listrik, pembangunan sekolah dan sarana ibadah, serta lembaga informal lainnya seperti TPQ, semuanya akan kita siapkan secara terpadu,” jelas Bupati Lumajang H. Thoriqul Haq, yang selama hampir sebulan ini bersama dengan Wabup Lumajang terus bekerja untuk menuntaskan seluruh perencaan pasca bencana erupsi ini.
Dan yang tak kalah pentingnya, usaha percepatan pembangunan jembatan yang menghubungkan Canndipuro menuju Pronojiwo. Akhirnya, melalui usaha percepatan yang dilakukan oleh Pemkab Lumajang, pembangunan jembatan gantung menjadi alternatif sementara, sebelum jembatan permanen dibangun sebagai pengganti Gladak Perak yang luluh lantak karena erupsi Semeru.