JATIMTIMES - Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama) melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat Dusun Gadungan, Desa Karanganyar, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Melalui skema Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, sasaran kegiatan pengabdian ini adalah mereka para pengrajin biting bambu.
Endi Sarwoko selaku Ketua Pelaksana pengabdian menjelaskan, kegiatan ini dilakukan dengan melaksanakan program pendampingan dan pengelolaan manajemen usaha pada perajin biting bambu. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan peranan dan kontribusi perguruan tinggi, khusunya Unikama untuk berpartisipasi dalam memecahkan problem dilingkup para perajin biting bambu.
Baca Juga : Ratusan Pengungsi Banjir Desa Kutorenon Kembali Pulang
“Melalui upaya pendampingan dan pengelolaan manajemen usaha, diharapkan dapat membantu meningkatkan omset para perajin yang berujung dengan peningkatan pendapatannya. Seiring dengan peningkatan usaha, maka diperlukan pengelolaan usaha yang lebih baik,” jelasnya.
Dipilihnya perajin bambu dalam sasaran PKM bukan tanpa alasan. Sebab, dari hasil penggalian informasi, bahwa nilai tambah usah biting bambu masih begitu rendah. Kesiapan produk yang dihasilkan masih belum sempurna atau belum pada tahapan pada produk siap jual. Hasil produksi biting bambu dari para perajin dijual ke pengepul atau disetorkan ke pengusaha tusuk sate untuk diolah menjadi produk jadi.
Dalam menghasilkan biting bambu, para pelaku UKM masih menggunakan cara konvensional atau menggunakan tenaga manusia. Hal ini juga yang mempengaruhi tingkat produksi yang dihasilkan oleh para perajin masih rendah. Ditambah lagi, mereka belum memiliki manajemen usaha yang baik, cenderung menjadi usaha sampingan, padahal jika usaha biting bambu ini ditekuni bisa meningkatkan pendapatan keluarga.
PKM dilaksanakan menggunakan metode Community Based Participatory (CBP), dimana melibatkan partisipasi aktif semua pihak yaitu tim pengabdi (Unikama), mitra dan masyarakat sasaran baik dalam proses, pengabilan keputusan, peningkatan pengetahuan, maupun peningkatan kapasitas produksi. Metode ini dirasa paling cocok diterapkan pada kegiatan pengabdian karena sesuai dengan karakteristik masyarakat.
PKM di mulai dengan brainstorming untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi permasalahan yang dihadapi masyarakat sasaran, sehingga dapat dirumuskan prioritas program sebagai hasil keputusan bersama antara pengabdi, masyarakat sasaran dengan mitra.
Setelah itu, berlanjut ke langkah selanjutnya, dimana masuk tahapan mengembangkan pola kemitraan antara para pengrajin biting bambu dengan pengusaha tusuk sate, dengan menerapkan kemitraan sub kontrak. Adapun perusahaan mitra yang dipilih dalam kegiatan pengabdian ini adalah perusahaan Tusuk Sate “Abados Craft” yang berlokasi di Karanganyar Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
Pola kemitraan yang dipilih adalah kemitraan sub kontrak, dalam hal ini para pengrajin bambu berperan untuk menghasilkan produk biting bambu, sedangkan perusahaan mitra berperan sebagai pembeli biting bambu tersebut sebagai bahan baku untuk diproses menjadi barang jadi tusuk sate oleh perusahaan mitra.
Baca Juga : Model Ekonomi Produktif Penguat Gerakan Ekonomi Muhammadiyah
Melalui pola kemitraan ini, para pengrajin biting bambu akan dibantu oleh perusahaan mitra dalam hal permodalan untuk membeli bahan baku bambu, pendampingan untuk meningkatkan kualitas biting bambu, dan bantuan penjualan dimana seluruh hasil produksi biting bambu akan dibeli oleh perusahaan mitra.
Bukan hanya menguntungkan untuk perajin, perusahaan mitra tentunya juga akan mendapatkan keuntungan menjamin tersedianya bahan baku dengan kualitas yang sudah ditetapkan. Sementara itu, dorongan untuk peningkatan kapasitas produksi para perajin kian digenjot. Hal ini dilakukan dengan support PKM yang dilaksanakan Unikama dengan memberikan bantuan mesin serut bambu kepada pengrajin biting bambu.
Sementara itu, dalam pemanfaatannya, mesin serut bambu ini dimanfaatkan oleh 5 pengrajin. Biaya operasional hingga pemeliharaan, kemudian akan ditanggung bersam oleh anggota kelompok. Karena penggunaan mesin Serut Bambu membutuhkan daya listrik maka pemilik perusahaan tusuk sate “Abados Craft” memberikan bantuan menanggung biaya penambahan daya listrik kepada kelompok.
Dalam aplikasinya, model kemitraan seperti ini tak hanya bisa diterapkan pada perajin biting saja, melainkan bisa digunakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Malang untuk diterapkan pada usaha-usaha mikro dan kecil lainnya, karena terbukti efektif dan tepat sasaran.