JATIMTIMES - Capaian program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kota Malang cukup diakui di tingkat nasional. Hal itu dengan dijadikannya wilayah Kota Pendidikan ini sebagai pilot project pengembangan teknologi pengeringan lumpur limbah domestik.
Adalah United States Agency for International Development (USAID) melalui program Urban Water Sanitation and Hygiene Penyehatan Lingkungan untuk Semua (IUWASH Plus) yang secara khusus menggelar Peluncuran Opsi Teknologi Pengeringan Lumpur di Daerah Menantang Kota Malang dan Kabupaten Gresik.
Baca Juga : Vaksinasi Covid-19 bagi Anak Mulai Bergulir di Tuban
Kegiatan tersebut merupakan hasil kerja sama USAID IUWASH Plus dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta pemerintah daerah terpilih, yakni Kota Malang dan Kabupaten Gresik.
Wali Kota Malang Sutiaji melalui Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kota Malang, Mulyono mengapresiasi atas dijadikannya Kota Malang untuk uji coba sekaligus menjadi prototype dalam program tersebut. Walaupun, untuk mewujudkan sanitasi yang layak hingga saat ini masih merupakan tantangan cukup berat di Kota Malang.
Apalagi, wilayah kota ini penduduknya berada di perkampungan yang sulit diakses, terutama yang berada di pinggiran sungai. "Opsi yang saat ini merupakan terobosan baru yang sangat bagus. Terima kasih sudah diujicobakan di Kota Malang, sehingga bisa mendorong PHBS masyarakat," ungkap Mulyono.
Dijelaskan Mulyono, saat ini Kota Malang telah memiliki 88 unit SPALD-T skala pemukiman. Masing-masing unit melayani 50 hingga 75 rumah tangga. Unit SPALD-T ini rata-rata sudah dibangun di atas lima tahun, sehingga perlu dilakukan penyedotan.
Namun, banyak SPALD-T yang tidak memiliki akses jalan masuknya truk penyedot. Tantangan inilah yang mendorong USAID IUWASH Plus bersama PT ITS Techno, Pemkot Malang, dan Pemkab Gresik untuk mengembangkan teknologi terapan dan uji coba dengan mengembangkan dua model, yaitu stasioner dan mobile.
"Kalau ini berhasil tentu manfaatnya besar sekali dan bisa diaplikasikan, direplikasi di daerah lain. Salah satu yang dipesankan pak wali, mohon sosialisasi dikuatkan sehingga tidak muncul penolakan," tandas Mulyono.
Sementara itu, Chief of Party USAID IUWASH Plus Bill Parente mengatakan, penyediaan akses air minum dan sanitasi sejatinya diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Targetnya 100 persen akses air minum layak, termasuk 15 persen akses air minum aman.
Baca Juga : Pasar Online Lamongan Raih Penghargaan Smart Economy City dari Kementerian Kominfo
“Rencana lima tahunan tersebut juga menargetkan 90 persen akses sanitasi layak, termasuk 15 persen akses sanitasi aman. Target ini sejalan dengan tujuan sustainable development goals, khususnya tujuan keenam, yaitu semua penduduk diharapkan sudah memiliki akses air minum dan sanitasi yang aman di tahun 2030," kata Bill Parente.
USAID dalam hal ini telah melakukan kegiatan bersama mitra di pusat dan daerah untuk mendukung percepatan peningkatan akses air minum dan sanitasi aman. Mulai dari pembuatan, kelembagaan, hingga pendampingan masyarakat untuk perubahan perilaku dan membangun kebutuhan akan akses air minum dan sanitasi aman.
Nah, salah satu untuk menjawab kebutuhan itu, yakni dengan pemanfaatan sistem pengelolaan air limbah domestik. Dimana, yang dibangun adalah sistem pengelolaan air limbah domestik terpusat (SPALD-T) skala pemukiman.
“Untuk Kota Malang sendiri terus dikembangkan, satu unit mobile dewatering, dua unit stasioner dewatering, dan satu unit revitalisasi dewatering existing. Kedua model telah diuji coba oleh UPTD Kota Malang pada daerah yang sulit dijangkau armada truk penyedot tinja dan proses ini berjalan dengan baik," pungkasnya.
Adapun, ditentukan tiga nama alat dewatering yang difungsikan untuk pengeringan lumpur di daerah yang sulit dijangkau. Diantaranya, Sadewa untuk dewatering stasioner, Nakula untuk dewatering mobile, dan Pusaka untuk unit pompa.