JATIMTIMES - Kampung Cempluk merupakan daerah yang sangat kecil dari sebagaian Dusun Sumberjo, yakni terletak di RW: 02. Trpatnya di Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Terkenalnya penamaan Kampung Cempluk untuk Dusun Sumberjo menjadikan dusun ini dinamai dengan “Kampung Cempluk”. Kini Kampung Cempluk justru menjadi brand, khususnya sejak kampung ini menggelar sebuah festival kampung yang dinamai dengan Kampung Cempluk Festival (KCF).
KCF dilaksanakan setiap tahun sekali, dimulai sejak tahun 2010 dan selama ini festival dilakukan secara langsung atau offline. Lantas, bagaimana pelaksanaan kegiatan KCF dalam kondisi Covid-19 saat ini?
Strategi Penyesuaian Diri Kampung Cempluk Festival di Masa Pandemi
Penggagas Festival Kampung Cempluk bernama Redy Eko Prasetyo mengatakan bahwa terselenggaranya festival sebagai salah satu bentuk keberlangsungan gelaran seni budaya lokal yang sudah dilakukan sejak 2010. Adanya pandemi bukan menjadi halangan keberlangsungan festival ini.
Tahun 2020 KCF sudah mencapai satu Dasawarsa. "Salah satu bentuk eksistensi tersebut dibuktikan dengan terselenggaranya acara festival kampung atau bisa disebut juga sebagai hari raya kebudayaan Kampung Cempluk secara virtual," kata Redy ketika di temui di Omah Ngopi Cempluk.
Meski dilakukan secara virtual, sambung dia, KCF tetap menghadirkan pertunjukan seni budaya yang menjadi kearifan lokal. Redy meneruskan, pandemi pun menuntut semua pihak untuk selalu beradaptasi dengan iklim teknologi informasi. "Adanya pandemi ini menuntut seluruh pihak termasuk Kampung Cempluk untuk beradaptasi dan berdampingan dengan pekembangan teknologi Informasi dan komunikasi," tutur dia.
Digitalisasi Kampung Cempluk Festival melalui Virtual Event
KCF tetap dilakukan meskipun dalam masa pandemi. Hal ini merupakan salah satu langkah sederhana dari kampung cempluk untuk terus bergerak produktif dalam aspek kreatifitas kampung dengan mengadakan festival secara virtual. Tahun 2020 lalu, tepatnya pada Kampung Cempluk Festival yang ke-10, merupakan kali pertama festival ini digelar secara virtual dan tahun ini KCF ke-11 kembali digelar secara virtual mengingat pandemi masih melanda.
Virtual event ini dilakukan dengan memanfaatkan kanal Youtube, Instagram, dan Facebook sebagai media komunikasi. Redy mengatakan bahwa perubahan virtual event tahun ini dapat mendorong karang taruna untuk lebih kreatif, bagaimana menyajiakan panggung virtual terlihat hidup, karena dikemas dengan menggunakan teknologi Aximetri.
“Kita ingin lebih banyak pengalaman bagaimana menyajikan acara berbasis virtual, karena ini hal baru bagi karang taruna untuk mengatur para penyaji khususnya yang berada di luar negeri karena ada perbedaan waktu” imbuh nya.
Saweran Musik Kampung Melalui Barcode Kampung
Baca Juga : Berpacu dengan Waktu, Relawan dan Tim Evakuator Dikejar Abu Erupsi Semeru
Berbeda dengan Kampuk Cempluk Festival 2020, tahun 2021 ini Kampung Cempluk Festival yang bertajuk “Boleh Jaga Jarak tapi Batin Jangan Berjarak”menghadirkan sebuah fitur yakni saweran musik kampung. Disediakan sebuah scan barcode pada website Kampung Cempluk Festival yang kemudian akan mengarah pada website Saweria. Melalui laman https://aweria.co/kampungcempluk. Redy menyampaikan bahwa hasil dukungan ini nantinya akan digunakan untuk keberlanjutan kegiatan di Kampung Cempluk.
Kolaborasi Warga Kampung Cempluk dengan Asas Gotong Royong
Terselenggaranya festival Kampung Cempluk secraa virtual tidak terlepas dari kerjasama warga kampung. Kampung ini mengutamakan asas gotong royong dan memiliki semangat berkesenian yang tinggi, sehingga tidak heran bila dikampung ini tumbuh pesat berbagai kesenian rakyat antara lain Seni Barong Singo Yudho, Pancak Silat, Music Perkusi, Jaran Kepang atau Kuda Lumping, bahkan masih ada sebuah kesenian yang hampir punah yang diberinama Seni Ande Ande Lumut. Gotong royong & guyup rukun sudah menjadi darah daging bagi para seniman & budayawan kampung.
Tujuannya tetap digelarnya festival ini adalah untuk terus mempertahankan budaya dan menjadikan benteng dari arus globalisasi sekaligus sebagai ruang budaya untuk menampilkan berbagai kesenian lokal daerah. Dengan diadakannnya festival budaya semacam ini, juga secara otomatis membangun identitas Kampung Cempluk itu sendiri dengan tema yang berbeda di setiap tahunnya, tapi tetap dalam lingkup budaya.
*Penulis adalah Mahasiswa Magister Tata Kelola Seni-Pascasarjana ISI Yogyakarta