JATIMTIMES – Pasca melepas jabatan sebagai Ketua PC GP Ansor Lumajang, KH. Fahrur Rozi, S.IP, S.Pd, mengatakan, pengabdiannya kepada NU tidak akan pernah berhenti walau tidak lagi memimpin GP Ansor Lumajang.
Dikatakan, mengendalikan sebuah organisasi di NU memang ada batas waktunya, yang harus dipilih dan berakhir masa baktinya. Tetapi semangat untuk mengandi kepada NU tidak mengenal batas waktu.
Baca Juga : Kapolsek Sumbergempol Beber Strategi Jaga Situasi Kamtibmas Pilkades Antar-Waktu Desa Sambirobyong
“Kalau jadi Ketua GP Ansor atau organisasi lainnya di NU memang ada batas waktunya. Habis masa baktinya, ya berakhir dan harus pilihan lagi. Tetapi semangat untuk mengabdi kepada NU bagi saya tidak akan dibatasi oleh waktu. Sampai batas akhir usia, saya akan tetap mengabdi untuk NU,” kata KH. Fahrur Rozi.
Disinggung tentang rencana selanjutnya, KH. Fahrur Rozi menyatakan akan tetap pada tugas utamanya mengurus Pondok Pesantren yang diamanahkan oleh orang tuanya, yakni Pondok Pesantren Ulul Albab Candipuro. Sementara terkait dengan NU, Gus Eroz mengatakan menyerahkan sepenuhnya kepada para kyai di NU.
“Sejak kemarin ketika saya masih menjabat sebagai Ketua Ansor, saya tetap mengurus pondok. Sekarangpun saya kembali mengurus pondok. Tetapi soal saya akan kemana selanjutnya, saya pasrah sama kyai saja. NU itu kan memang manut kyai, jadi soal pengabdikan saya di NU, ya terserah bagaimana para kyai mengarahkan saya,” kata Gus Eroz.
Gus Eroz memang cukup sukes dalam memipin GP Ansor Lumajang selama lima tahun terakhir ini. Jumlah keanggotaan Ansor, khususnya Banser bahkan mencapai 1.400 orang yang secara keseluruhan sudah mengikuti Diklatsar dan tersebar di seluruh kecamtan di Lumajang.
Walau namanya masuk dalam nominasi cukup kuat untuk kembali memimpin Ansor Lumajang, namun Gus Eroz memilih menyerahkan kepemimpinan Ansor Lumajang kepada penerusnya melalui proses konfercab, yang berlangsung akhir pekan kemarin.
Baca Juga : Pemerintah Desa di Tulungagung Bangun Kolam Renang di Halaman Sekolah
Ketika ditanya apakah akan berlabuh ke PKB, Gus Eroz menyebut kemungkinan itu bisa saja terjadi, sepanjang mendapatkan restu dari para kyai.
“Berpolitik itu sebenarnya tak terelakkan. Mengabdi di NU-pun itu sebenarnya juga berpolitik. Kita ini hidup bernegara, maka pilihan-pilihan itu sebenarnya adalah pilihan politik. Menjadi Ketua Ansorpun sebenarnya berpolitik, karena kita memang harus merapikan dan menguatkan barisan untuk kepentingan negara ini, dan ini adalah pilihan politik,” jawab Gus Eroz.