JATIMTIMES - Memasuki musim hujan, yang intersitasnya mulai tinggi, Ketua DPC Partai Hanura Lumajang Dedy Firmansyah mengingatkan kesiapan BPBD Lumajang dalam mengatasi kemungkinan banjir di sejumlah kawasan rawan banjir di Lumajang.
Salah satu kawasan banjir di Lumajang yang mulai digenang air beberapa hari lalu adalah Dusun Krajan 2 Desa Kotorenon Kecamatan Sukodono, tiga perumahan dan pasar baru Lumajang.
Baca Juga : Pantau Pencarian Korban Perahu Terbalik di Bengawan Solo, Mas Lindra Berharap Jembatan KARE Cepat Dibangun
"Antisipasinya harus dari awal. Peta kawasan rawan banjir di Lumajang Lumajang harus mendapat perhatian khusus dari BPBD Lumajang, terutama dalam kesiapan sumberdaya manusia dan peralatan yang harus disiagakan," kata Dedy Firmansyah.
Politisi Hanura ini juga mengatakan, kejadian pada bulan Februari tahun lalu harus menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Termaskuk warga yang menjadi korban banjir.
"Banjir akibat hujan deras datangnya tidak terduga. Seperti yang terjadi di Kutorenon tahun lalu, dimana sejumlah barang milik warga tak sempat dipindahkan ke tempat yang lebih aman sehingga banyak yang rusak terendam banjir," ujar Dedy Firmansyah.
Oleh karenanya koordinasi dengan desa-desa yang berada di kawasan barat Lumajang dan berada pada dataran tinggi menjadi sangat penting, agar antisipasinya bisa lebih awal.
Eko Romadhon, salah seorang warga Kutorenon Lumajang kepada Jatimtimes mengatakan, akibat hujan beberapa jam dua hari hari lalu menyebabkan genangan air termasuk di Krajan 2, dimana sebagian kawasan sudah tergenang setinggi lutut.
Baca Juga : Berhasil Pailitkan PT Kertas Leces, Paguyuban Karyawan Gelar Syukuran Undang Ketua PWNU Jatim
"Semoga tahun ini tidak terjadi lagi banjir seperti tahun lalu. Walau tidak ada korban jiwa, namun kerugian masyarakat juga sangat besar karena banyak barang yang terendam banjir dengan material air dan lumpur," harap Deddy Firmansyah.
Dedy yang juga anggota DPRD Lumajang ini menceritakan usaha mengevakuasi warga pada banjir tahun lalu, yang terkendala alat dari BPBD Lumajang.
"Tahun lalu kejadiannya perahu karet yang dikirim BPBD Lumajang tidak mampu menahan arus yang cukup deras, kemudian setelah dua jam dikirim perahu karet bermesin, namun mesinnya macet karena tidak pernah digunakan. Ini pengalaman pahit saat harus mengevakuasi warga yang tak boleh terulang lagi," kata Deddy Firmansyah kemudian.