Telpon genggam Heru berdering, motor yang dikendarai sontak berhenti tak jauh dari tempat kuliah terkeren di kota Marmer, Tulungagung. Setelah membuka helm, tangan Heru mengeluarkan ponsel dari saku jaket dan buru-buru menempelkannya ke telinga kanan.
"Iya beb, ini otw hampir sampai tempat kamu, sabar dong, oke," jawabnya singkat sambil buru-buru kembali ke posisi berkendara dan cus, tancap ke lokasi yang dijanjikan.
Baca Juga : Atap Gedung Kelas Rusak dan Nyaris Runtuh Kegiatan Belajar Tatap Muka Gunakan Tempat Seadanya
Sania, gadis hitam manis yang sudah berada di depan pintu kampus dari jauh sudah tampak tak sabar menunggu. Begitu Heru tiba, tanpa basa-basi Sania langsung naik ke jok belakang dan merapatkan tangan seperti posisi ransel dan disambut Heru dengan gasskeun.
Sejam berlalu, mereka yang telah menyusuri jalanan naik turun pegunungan indah di Pucanglaban, tampak gembira melihat dari kejauhan gugusan biru laut selatan.
"Ahay, indahnya.. Pelan saja, saya mau selfie dari atas sepeda sayang," kata Sania, mahasiswa imut yang hobby bunga foto dan memajangnya di Instagram itu.
Seperti dikomando, Heru tampak menuruti kemauan kekasih yang baru ia kenal tiga hari sebelum pertemuan pertama pagi ini.
Jalan beton baru menuju Jalur Lintas Selatan Tulungagung ke Blitar begitu mempesona untuk dibuat foto-foto karena memang jika dipandang dapat memanjakan mata.
"Sayang, hati-hati ya," bisik Sania dan langsung dibalas lembut Heru "Siap beb,".
Lima menit mereka berdua telah sampai di pantai yang bernama Pacar. Terlihat bibir pantai yang sempit lalu ombak yang menerjang dan pelukan pasangan kekasih baru itu semakin mesra sehangat sinar mentari yang kian siang.
"Sejak tadi malam aku tak bisa tidur, penasaran ingin ketemu kamu. Tak cukup hanya VC saja dan hari ini aku benar-benar ketemu kamu," kata Heru ke Sania, sambil memberikan sebungkus coklat.
Tangan Sania tak ragu menerima coklat dan langsung membuka sambil menjulurkan ujungnya ke bibirnya yang benar-benar seksi itu, lalu dikunyah pelan.
" Aku boleh langsung bilang padamu," lanjut Heru, yakin sekali
"Bilang apa," jawab Sania singkat, kaca mata coklat yang tadinya menutup kini dinaikan ke rambut dan tampak mata indah menatap Heru.
"Aku ingin kamu menerimaku sebagai kekasihnya, jujur beberapa menit saja bersamamu aku langsung jatuh cinta," ucap Heru sedikit merunduk, mulai nervous karena tatapan Sania menyiutkan nyalinya
Sebenarnya tangan Sania ingin menutup bibir Heru saat kata cinta akan terucap, tapi gerakanya telat. Tembakan sempurna itu disambut langit yang langsung menutup matahari, suasana menjadi teduh di pantai Pacar yang akhir-akhir ini sedang hits dan di banjiri pengunjung tiap akhir pekan.
Dua jam mereka tampak ngobrol serius dan santai, kadang bercanda sampai Sania harus turun dari sepeda motor Heru sambil karena harus ketawa lepas. Suara ombak lautan dan tawa pasangan ini melengkapi keriang gembiraan mereka.
Tiga jam berlalu, mereka telah cukup lama duduk di bawah pohon di wisata Jurang Senggani, wilayah Kecamatan Sendang.
"Selama di jalan tadi kamu kok diam, diajak makan gak mau, emang kenapa," tanya Heru ke Sania yang kepalanya besandar di pundak tempat mereka duduk berdua.
"Ya tidak ingin saja," jawab Sania yang sebenarnya sedang berpikir keras selama perjalanan dari pantai Pacar ke Jurang Senggani.
Baca Juga : Musisi Folk asal Malang Iksan Skuter Rilis Album ke-14 Bertajuk Orbit dalam Format Kaset
Pembicaraan mereka beralih ke berbagai hal, termasuk curhat masing-masing untuk sekedar memecah suasana.
Sore tiba, langkah Heru dan Sania tampak kompak menuju tempat motornya di parkir.
Tiba-tiba kaki Sania berhenti sebentar, lalu ia berlari mendekati mobil putih yang yang terparkir jauh dari motor Heru.
Genggaman tangan Heru dilepas, terus melangkah dengan sepatunya yang berwarna pink dan mendekat ke pintu mobil.
Heru berhenti, ia putuskan tak ikut mendekat ke mobil putih dan dipandangnya Sania dari jauh.
Lima menit, Sania kembali ke posisi Heru berdiri dan ia mendekatkan bibir ke telinga Heru.
"Sayang, aku minta maaf," kata Sania lirih, berbisik sambil melirik ke mobil yang tampak mengawasinya.
"Emang kenapa beb," timpal Heru.
"Kamu pulang sendiri ya, aku maaf banget. Nanti aku jelasin ke WA kamu. Yang jelas aku mau balik ke kos dengan mobil itu, oke nanti ku jelaskan," kata Sania sambil buru-buru meninggalkan Heru menuju pintu mobil yang telah dibuka dari dalam.
Geram, bingung dan campur sedih Heru masih diam di tempatnya berdiri hingga mobil yang membawa Sania berlalu.
Lima menit kemudian, ia melangkah ke sepeda motornya terparkir. Jaket dan kacamata hitam dipakai, sementara helm yang tadinya digunakan Sania ditaruhnya di depan dan ia bersiap menghidupkan motor untuk meninggalkan tempat. Namun, ponsenya tiba-tiba bergetar, tangannya spontan merogoh saku dan ia buka WhatsApp yang ternyata dari Sania,
"Terimakasih sayang, hari ini kamu telah menemani aku dan aku sangat bahagia. Sebenarnya aku ingin menerima tawaran cinta darimu di Pantai Pacar tadi, namun selama di jalan kekasihku telah meminta maaf dan menyadari kesalahannya dan membuktikan ia menjemput aku ke Jurang Senggani," pesan WA terputus, lalu getaran kedua masuk dan Heru kembali membuka pesan baru yang diterima,
"Semoga dia yang bersamaku ini tak lagi menyakiti lagi, kamu ku anggap sebagai kakak terbaik yang rela meluangkan waktu untuk mendengar curhat dan keluh kesahku. Hati-hati dijalan, maaf untuk selanjutnya nomor sementara ini aku non aktifkan dan doakan ya kak aku bahagia. Adik juga doakan kakak dapat pacar yang di idolakan," demikian bunyi pesan Sania.
Buru-buru Heru yang tak dapat mengendalikan diri membalas dengan umpatan kasar, namun rupanya pesannya tak lagi di baca Sania karena notifikasi yang ada di WA menunjukkan hanya centang satu warna hitam.
Penulis: Anang Basso