JATIMTIMES - Faizin (48), seorang penyelam tradisional asal Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, berhasil temukan bangkai kapal yang diduga Van Der Wijk. Selain menceritakan temuan kapal, Faizin juga bercerita nuansa mistik yang dialami saat menyelam, hingga menemukan kepala ikan barakuda sepanjang 5 meter tanpa ekor.
Tidak hanya itu, para leluhur nelayan di wilayah Kecamatan Paciran dan Brondong yang pernah menyelam di sekitar bangkai kapal belum ada yang berani menjamah temuan tersebut, karena diyakini sebagai tempat yang keramat dan angker. Bahkan ada yang sempat melihat penampakan noni (perempuan) belanda.
Nuansa mistis dan keramat mungkin, karena bangkai kapal ini merupakan kuburan massal para korban, yang ikut tenggelam bersama kapal Van Der Wijck pada tahun 1936. Bahkan beberapa surat kabar internasional saat itu memperkirakan korbannya mencapai 55- 75 orang.
Baca Juga : Festival Kebudayaan Desa Sumberingin Kulon Tulungagung akan Diduplikasi di Jatim
"Saya merasakan sendiri suasana mistis saat di kedalaman air sekitar 45 meter Mas. Saya juga melihat ikan barakuda tanpa ekor di sekitar bangkai kapal. Ikan tersebut hanya terlihat kepala dan badannya saja. Panjangnya seukuran pohon kelapa, ya sekitar 4-5 meter, besarnya seukuran badan manusia. Saya melihatnya dengan jarak sekitar 1 meter. Was-was dan takut pasti ada Mas. Tapi saya diam saja," terangnya, saat memberikan kesaksian di kantor Pemkab Lamongan, Kamis (21/10/2021).
Dia tidak menyangka akan menjadi bagian penting dalam penemuan bersejarah ini. Bahkan ia juga berhasil mendokumentasikan foto-foto bangkai kapal legendaris itu.
Bapak tiga anak ini juga berhasil melihat beberapa berang peninggalan diduga milik penumpang kapal. Seperti peti yang terbuat dari besi, beberapa botol wine dan anggur, hingga tangga dan cerobong asap kapal yang sama persis dengan gambar yang beredar dalam dokumentasi sejarah.
"Saat pertama kali melihat langsung bangkai kapal di dasar laut saya panik sekaligus kagum. Selain mistis yang kuat, karena ini merupakan kuburan massal juga bukti sejarah bahwa kapal ini nyata bukan dongeng. Saya perkirakan bangkai kapal itu memiliki panjang 125 meter, lebarnya belum tahu. Karena kondisi airnya juga terbatas, atau keruh. Saya juga sempat melihat cerobong asap bangkai kapal persis yang digambarkan," tukasnya.
Faizin juga mengungkapkan bahwa banyak nelayan tradisional tidak berani menyelam ke sana, karena terkenal dengan cerita angker dan menganggap keramat. Namun karena keingin tahuan yang tinggi membuat dia berani menyelam dengan memakai baju renang dan alat bantu pernafasan kompresor.
Baca Juga : Disdikbud Kota Malang Edukasi Masyarakat Perihal Pelestarian dan Pemanfaatan Kawasan Cagar Budaya
"Saya menyelam sekitar 3 kali penyelaman. Tanggal 14, 16 dan 17 Oktober 2021. Selain itu saya juga dibantu dengan dua penyelam lain. Ke duanya hanya bisa menyelam sampai kedalaman 30 meter saja. Sehingga saya sendiri yang harus melakukan penyelaman hingga kedalaman 45 meter," beber Faizin.
Atas keberaniannya, Faizin akhirnya mendapatkan penghargaan dan apresiasi dari Bupati Lamongan Yuhronur Efendi.