JATIMTIMES - Kota Batu sejak dulu dikenal memiliki udara dingin dengan bentang alamnya yang indah dan unik. Kondisi geografis ini pula yang membuat Kota Batu mendapat julukan De Kleine Switzerland atau Swiss kecil.
Julukan itu tentunya berbanding lurus dengan lokasi dan keadaan Kota Batu, dulu hingga kini. Hingga tak salah saat zaman kolonial, Kota Batu dijadikan tempat peristirahatan para pembesar Belanda yang dilengkapi pembangunan lokasi wisata, seperti taman rekreasi Selecta.
Taman rekreasi Selecta yang dibangun 1928, dari dulu hingga kini jadi jejak sejarah di Kota Batu. Ibaratnya, bicara Kota Batu tak bisa lepas dengan keberadaan Selecta.
Banyaknya peristiwa terkait Selecta dari zaman kolonial, era kependudukan Jepang, hingga era kemerdekaan, tentunya patut untuk diketahui. Pasalnya, banyak hal unik terkait destinasi wisata yang terletak di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji ini. Misalnya, sejarah pembangunan Selecta hingga kepemilikan sahamnya yang berbeda secara umum dengan lokasi wisata lainnya.
Sejarah Selecta
Taman Rekreasi Selecta menjadi salah satu tempat wisata legendaris di kawasan Malang Raya. Selecta didirikan oleh warga Belanda bernama De reyter De Wild pada tahun 1928. Awalnya Selecta dibangun sebagai tempat peristirahatan pembesar Pemerintah Hindia Belanda.
Kota Batu dijadikan tempat peristirahatan, salah satunya di Selecta, selain karena panorama alam dan udaranya, juga dipengaruhi pertumbuhan cepat dan kepadatan penduduk di Kota Malang. Hingga pada dekade 1910 dan 1920-an, para pembesar Belanda menggeser kota peristirahatannya ke arah Barat.
Bangunan lama di Selecta saat ini masih terlihat di beberapa bagian. Mulai dari kolam renang serta beberapa wisma peristirahatan hingga kantor yang terletak di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji tidak diubah sama sekali. Bangunan lama Selecta ini awalnya merupakan hotel yang dilengkapi dengan kolam renang dan taman.
Penamaannya sebelum dikenal dengan sebutan Selecta adalah Selectie yang artinya terpilih. Tapi, lambat laun nama Selectie diubah menjadi Selecta hingga saat ini. Sedangkan secara usia Selecta sudah mencapai 93 tahun. Walau hampir satu abad, wisata legendaris ini terbukti tetap eksis hingga saat ini jika dibanding dengan salah satu taman rekreasi tertua di Kota Malang, seperti Taman Wisata Tlogomas maupun Taman Rekreasi Sengkaling yang keduanya berdiri sekitar tahun 90-an.
Kepemilikan Selecta
Bangunan Selecta beberapa kali mengalami perpindahan kepemilikan. Di masa pendudukan Jepang, hotel Selecta dikelola oleh warga negara Jepang bernama Hashiguchi.
Pada saat agresi Militer Belanda II pada 1949, Selecta sempat dibumihanguskan oleh para pejuang Indonesia. Hal itu dilakukan karena bagian dari taktik Malang Bumi Hangus, agar seluruh aset tidak kembali jadi milik Belanda.
Pada tahun 1945 Jepang kembali ke negera asalnya. Selecta pun terkesan tak bertuan. Akhirnya tempat wisata itu pun oleh masyarakat sekitar di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji dimanfaatkan untuk area persawahan. Lahannya ditanami sayur, bahkan area kolam renang dipenuhi dengan tanah supaya rata.
Setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya pada tahun 1950 Selecta mulai dibangun kembali oleh 47 orang pendiri. “Awalnya kan Selecta dimiliki Belanda, lalu Jepang masuk. Jepang itu hanya menguasai saja,” ujar Direktur Utama Taman Rekreasi Selecta, Sujud Hariadi. “Karena hotel dan sebagainya itu mangkrak eman (sayang) warga bersama-sama mengelolanya lagi,” sambung Sujud.
Tahun 1954, setelah dibangun ulang, Soekarno presiden pertama Republik Indonesia berkunjung dan menginap di Selecta. Soekarno, waktu itu, menginap di salah satu villa yang berada di Selecta yang bernama Villa De Brandarice yang kemudian berganti nama menjadi Villa Bima Sakti.
Saham Selecta
Saat itu, Selecta sudah berbentuk perseroan. Sehingga memungkin siapapun memiliki saham di Selecta, tak terkecuali warga sekitar.
Sayangnya, dengan luasan area 18 hektare (ha) dengan harga Rp 327.100 pada saat itu, nominal tersebut sangat tinggi. Karena mahal, tidak ada warga yang sanggup untuk membeli tempat wisata tersebut. Alhasil dibuatlah sistem kepemilikan saham yang terkumpul sebanyak 1.110 orang.
“Sampai akhirnya warga bisa memiliki Selecta dan dikembangkan bersama hingga saat ini,” ucap Sujud.
Lantas bagaimanakah Selecta di tangan warga sebagai bagian dari pemilik destinasi wisata idola dari sejak dahulu hingga kini? Bagaimana juga kiat dan strategi pengelola Selecta di tengah maraknya wisata-wisata yang bermunculan di Kota Batu untuk tetap eksis? Nantikan serial Time Story Selecta: Dulu dan Kini di berita selanjutnya (Bersambung).