free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Wisata

Dewan WALHI Jatim Sarankan Pembangunan Jembatan Kaca Pindah Tempat

Penulis : Riski Wijaya - Editor : Dede Nana

02 - Oct - 2021, 22:55

Placeholder
Salah satu spot andalah di Kawasan TNBTS.

JATIMTIMES - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyarankan rencana proyek pembangunan jembatan kaca di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) ditinjau ulang. Dari informasi yang dihimpun, proyek tersebut rencananya juga akan dibangun di Jemplang, Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. 

Sementara itu, Dewan Walhi Jawa Timur (Jatim) Purnawan Dwikora menyebut, jika rencana tersebut diproyeksikan untuk dapat meningkatkan ekonomi kerakyatan, maka titik pembangunannya juga dinilai kurang tepat. Dalam hal ini, menurut pria yang akrab disapa Pupung ini, pemerintah harus benar-benar memahami karakter Tengger. Baik masyarakatnya, wilayah hingga kultur budayanya. 

Baca Juga : Perumda Tirta Kanjuruhan Beber Rekrutmen Dewas sudah sesuai Prosedur

"Apakah orang tengger hanya jadi tukang parkir atau pengelola jip. Itu akumulasi ekonomi lebih kepada perorangan. Dan harus diingat, Tengger itu komunal, tidak menekankan kepada perorangan," ujar Pupung.

Menurut Kacamata Walhi, jika memang diproyeksikan untuk meningkatkan perekonomian rakyat, maka harus ada keterlibatan langsung dari masyarakat melalui pihak desa dalam tata kelola bentuk investasi tersebut. Salah satunya bisa melalui kepemilikan saham. 

"Harusnya kalau ingin meningkatkan perekonomian masyarakat, pertanyaannya adalah, apakah masyarakat memiliki saham di dalam investasi pariwisata itu? Itu pertanyaan sedehana saja. Paling juga jadi tukang parkir atau jipnya diperbolehkan parkir di situ. Atau jualan bunga, jualan kerpus, syal, sewa jaket. Begitu prinsipnya. Harusnya kalau bermanfaat bagi ekonomi kerakyatan harusnya bermanfaat untuk desa," tegas Pupung. 

Selain itu, dirinya menilai bahwa titik yang rencananya akan dibangun proyek tersebut juga kurang tepat. Sebab, dibangun di tempat yang diduga dapat mencederai nilai-nilai kerakyatan itu sendiri. 

"Saran yang lebih baik dari Walhi, tinjau ulang pembangunan di kawasan konservasi, dan tidak di situ. Bromo sudah jenuh dengan branding melihat matahari terbit. Karena di situ Jemplang salah satu pointnya adalah melihat sunrise, dan itu sudah jenuh. Di Ngadisari matahari terbit, di b29 matahari terbit dan harus dieksplore yang lain," terang Pupung.

Baca Juga : Makna Hari Batik Nasional Kian Mendalam bagi Pengrajin Batik Kota Kediri di Tengah Pandemi Covid-19

Ia menyarankan agar pembangunan tersebut dipindah ke titik lain Desa Ngadas yang memungkinkan masyarakat bisa terlibat secara langsung. Juga agar keindahan panorama kawasan TNBTS dapat lebih dieksplor. Contoh seperti yang ia sebut adalah pembangunannya ditempatkan di atas ladang-ladang warga. Sehingga, wisatawan yang hadir bisa disajikan dengan panorama Gunung Semeru. 

"Buat lintasan jembatan kaca di desa bisa lihat pemandangan. Kalau dibangun resto atau kedai kopi, ya libatkan penduduk. Karena di Tengger itu ada kopi klethuk, nah resto itu untuk desa. Dan jadikan desa memiliki saham di perusahaan itu. Baru namanya ekonomi kerakyatan. Dan tidak merusak lngkungan, karena Desa Ngadas bukan kawasan konservasi, meskipun masyarakatnya harus menjunjung tinggi nilai-nilai konservasi," pungkas Pupung. 


Topik

Wisata



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Riski Wijaya

Editor

Dede Nana