Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Hewan Serangga Hampir Punah, Benarkah Pertanda Kiamat Semakin Dekat? 

Penulis : Desi Kris - Editor : Dede Nana

14 - Sep - 2021, 12:24

Placeholder
Serangga (Foto: Facebook)

JATIMTIMES - Jika kita amati, serangga masih sering dijumpai di sekitar kita. Serangga menjadi salah 1 hewan yang dianggap mengganggu. Padahal serangga adalah hewan yang namanya disebut berkali-kali di dalam Alquran. Namun dari tahun ke tahun keberadaan serangga mulai terkikis. 

Benarkah punahnya serangga merupakan tanda kiamat semakin dekat? 

Berikut penjelasannya dilansir melalui video berjudul 'Naudzubillah! Sekarang Serangga Hampir Punah, Pertanda Kiamat Makin Dekat' yang diunggah kanal YouTube Islam Populer pada Minggu (12/9/2021).

Baca Juga : Viral Truk Pengangkut Sapi Blokir Jalan Raya di Tuban

Menurut ilmuwan asal University of Sidney, Francisco Sánchez-Bayo dan Kris A.G. Wyckhuys dari China Academy of Agricultural Sciences CAAS, serangga mengalami ancaman serius. 

Dalam jurnal berjudul “Worldwide Decline of the Entomofauna: A Review of Its Drivers” (2019) yang diterbitkan Biological Conservation, mereka menyebut bahwa ada kecenderungan penurunan populasi serangga dalam jumlah besar sehingga bisa menuju pada kepunahan.

Ahli entomologi dan pensiunan Organisasi Riset Ilmiah dan Industri Persemakmuran di Australia juga menyebut bahwa efek penurunan serangga memang mengkhawatirkan dan berbahaya lantaran sangat mempengaruhi ekosistem makhluk hidup secara keseluruhan.

Di daerah tropis seperti Asia Tenggara, termasuk Indonesia, faktor perubahan iklim sangat berpengaruh bagi ekosistem serangga. Pada 2017, laporan Caspar Hallman dari Radboud University di Belanda beserta rekan-rekannya menemukan bahwa populasi serangga terbang di cagar alam di Jerman menurun lebih dari 75 persen selama 27 tahun terakhir. 

Laporan ini bahkan bisa lebih mengkhawatirkan dari temuan Bayo dan Wyckhuys yang menyebut penurunan serangga bahkan tetap terjadi di kawasan cagar alam yang relatif bebas dari manusia. Brad Lister, profesor biologi di Rensselaer Polytechnic Institute, Amerika Serikat, juga memberi peringatan yang sama. 

Di hutan hujan Luquillo di Puerto Rico, populasi serangga yang jadi makanan burung telah merosot drastis dalam 35 tahun terakhir. Sekitar 98 persen serangga yang tinggal di darat, telah lenyap. Sedangkan serangga yang hidup di dahan dan dedaunan, 80 persennya sudah hilang. Menurut Brad, penyebab utama kondisi ini adalah pemanasan global.

Ternyata salah 1 penyebab utama kondisi ini adalah pemanasan global. Berdasar tinjauan dari 73 laporan historis tentang penurunan serangga di berbagai belahan dunia, analisis dua peneliti ini menyimpulkan, ada lebih dari 40 persen spesies serangga yang terancam punah dalam beberapa dekade ke depan. 

Lepidoptera (kupu-kupu, ngengat), hymenoptera (tawon, lebah, semut), hingga kumbang kotoran adalah spesies serangga yang paling terancam kepunahan. Penyebab utama penurunan populasi serangga adalah hilangnya habitat karena alih fungsi lahan ke pertanian intensif serta urbanisasi. 

Faktor-faktor penyebab lain adalah penggunaan pestisida dan pupuk sintetis, juga faktor biologis termasuk patogen dan spesies invasif, dan terakhir karena pengaruh perubahan iklim.

Merosotnya populasi serangga ini terjadi di banyak tempat, seperti seperti Jerman, Puerto Rico, Inggris bagian selatan, Amerika Utara, dan kawasan Eropa lainnya. Negara-negara lain juga tak akan lama lagi menyusul. Hal ini tentu menjadi mimpi buruk bagi manusia. Tapi bagi mereka yang selalu anti dengan serangga, bukankah hal ini menguntungkan? 

Manusia tak perlu lagi obat nyamuk atau dengan alat semprot dan membasmi serangga yang dianggap menggangu. Kendati demikian, mungkin ini pikiran praktis kita sebagai penghuni bumi. Padahal dengan hilangnya serangga di muka bumi ini justru akan membawa petaka bagi manusia. 

Seberapa penting serangga bagi kelangsungan hidup manusia?

Keberadaan serangga vital bagi ekosistem planet bumi. Mereka adalah penyerbuk, pengontrol hama, juga pengelola limbah. Selain itu, serangga adalah makanan bagi para burung, reptil, mamalia, dan ikan. Jika dibiarkan, hilangnya serangga akan berdampak sangat serius pada kehidupan sehari-hari dengan cara yang hampir tidak terbayangkan, termasuk pada manusia. 

Hancurnya ekosistem dan populasi serangga dapat diartikan malapetaka bagi keberlangsungan makhluk hidup di bumi termasuk manusia yang dikait-kaitkan dengan proses kepunahan massal. Penelitian dan fakta mencengangkan ini seharusnya menjadi alarm bagi manusia untuk memikirkan praktik pertanian yang serba memakai pestisida, dan menggantinya ke praktik yang lebih ramah lingkungan. Hal tersebut juga menjadi pesan agar manusia lebih rajin seperti menanam bunga agar mengundang serangga penyerbuk. Selain menambah keindahan rumah, lingkungan pun bisa terjaga bahkan ini sesuai dengan pesan Rasulullah SAW. 

Baca Juga : Wabup Tuban Patroli Hutan dengan Kendarai Motor Trail

Nabi SAW bersabda: "Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu tanaman itu dimakan manusia, bintang maupun burung melainkan tanaman itu menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat." (HR. Muslim)

Saking pentingnya serangga, ada 9 jenis serangga yang Allah SWT sebutkan dalam Alquran. Kesembilan serangga itu ialah, lebah, semut, rayap, laron, kutu, laba-laba, belalang, nyamuk, dan lalat. 

Serangga menduduki posisi terbesar di muka bumi. Ada makna tersendiri mengapa Allah menyebut jenis serangga dalam Alquran. 

Selain mukzizat para nabi, dalam beberapa ayat Alquran juga menjelaskan peranan serangga dalam sebuah ekosistem pun kehidupan manusia, seperti firman dari Allah SWT: "Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir." (QS. An-Nahl ayat 69). 

Benarkah punahnya serangga adalah tanda hari kiamat? 

Siap tak siap, mau tak mau kematian pasti akan tiba. Tak mengenal waktu serta berapa amalan yang telah kita perbuat. Namun apa jadinya jika manusia sendirilah yang mengundang kiamat dan mengubur sendiri kuburannya. Naudzubillah. 

Meski manusia kini sekitar 7,6 miliar di bumi, namun umat manusia telah menyebabkan hilangnya makhluk hidup lain seperti serangga dan tanaman. Padahal kesetaraan antara makhluk Allah SWT sangat ditekankan oleh-Nya meski kenyataan manusia jauh lebih mulia dari hewan. Namun diakhirat nanti, keduanya akan dikumpulkan bersama Allah SWT. 

"Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu." (Qs. An'am ayat 38. 

Peran hewan dalam kehidupan manusia sejajar dengan sumber daya alam lainnya. Itu semua merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT: "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering) dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti." (Qs Al Baqarah ayat 164). 

Maka penting untuk kita renungkan pertanda lain seperti firman Allah SWT yang berbunyi: "Sungguh, Kami telah mengetahui apa yang ditelan bumi dari (tubuh) mereka, sebab pada Kami ada kitab (catatan) yang terpelihara baik." (Qs Al-Qaf ayat 4). 

Menurut Aid Alqorni dalam kitab Tafsir Muyassar tersebut menjelaskan bahwa "sungguh kami mengetahui bahwa bumi tidak mengurangi dan menghancurkan jasad mereka. Kami punya kitab yang terjaga dari pergantian dan perubahan, yang mencatat apa yang terjadi pada mereka dalam hidup mereka dan sesudah mereka mati."

Hal ini sejalan dengan fakta jika serangga punah akan banyak jasad yang menumpuk dan tidak terurai. Jika tidak ada yang mengganggu dan menghancurkan jasad, maka kehancuran lebih besar bisa saja terjadi.


Topik

Serba Serbi



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Desi Kris

Editor

Dede Nana