INDONESIATIMES - Femonena kemunculan Bulan Biru atau Blue Moon kembali muncul. Malam nanti, (Minggu, 22/8/2021) fenomena langka ini bisa disaksikan dari Indonesia sekitar pukul 19.00.
Fenomena Blue Moon sebelumnya pernah terjadi pada 19 Mei 2019 dan 22 Mei 2016. Fenomena ini memang terjadi setiap tiga tahun sekali. Setelah malam ini, maka Bulan Biru akan kembali hadir pada 20 Agustus 2024 dan 20 Mei 2027.
Baca Juga : Fraksi PKS DPRD Kota Malang Salurkan Bantuan untuk Keluarga Siswoyo
Nah, masyarakat tanah air bisa menyaksikan kali ini dimulai sejak matahari terbenam hingga sebelum terbit matahari keesokan paginya.
Peneliti Pusat Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Pussainsa LAPAN), Andi Pangerang menjelaskan, terdapat dua definisi terkait Blue Moon.
Pertama, Bulan Biru Musiman (Seasonal Blue Moon). Yakni, Bulan Purnama ketiga dari salah satu musim astronomis yang di dalamnya terjadi empat kali Bulan Purnama.
Kedua, adalah Bulan Biru Bulanan (Monthly Blue Moon). Yaitu, Bulan Purnama kedua dari salah satu bulan di dalam kalender Masehi yang di dalamnya terjadi dua kali Bulan Purnama.
Purnama yang akan terjadi pada Minggu mendatang merupakan Bulan Biru Musiman, istilah Bulan Biru dikutip dari salinan Almanak Petani Maine di Amerika Serikat edisi 1937 yang sekarang sudah tidak berfungsi.
Berdasarkan keterangan di laman resmi LAPAN, purnama tersebut dinamakan sebagai Purnama Sturgeon dikarenakan pada bulan Agustus, ikan Sturgeon (ikan penghasil kaviar) muncul ke permukaan danau sehingga mudah ditangkap.
Purnama ini juga memiliki nama lain: Purnama Jagung Hijau (Green Corn Moon), Purnama Ceri Hitam (Black Cherry Moon) dan Purnama Terbang Tinggi (Flying Up Moon).
Baca Juga : Fraksi PKS DPRD Kota Malang Salurkan Bantuan untuk Keluarga Siswoyo
Blue Moon hakikatnya tidak benar-benar biru. Asal-usul historis istilah itu dan dua definisinya sebenarnya masih simpang siur dan kebanyakan pihak menganggapnya sebagai kesalahan interpretasi.
Meski banyak orang meyakini istilah "Bulan Biru" dimaknai sebagai sesuatu hal yang terjadi sangat langka, karena berasal dari ketika kabut asap dan abu vulkanik dari letusan gunung berapi mengubah bulan menjadi berwarna kebiruan.
Istilah "Bulan Biru" sudah ada setidaknya sejak 400 tahun yang lalu dari penelusuran saat ini, yang mana seorang penutur cerita rakyat berkebangsaan Kanada, Dr. Philip Hiscock, mengusulkan bahwa penyebutan "Bulan Biru" bermakna ada hal yang ganjil dan tidak akan pernah terjadi.
Bulan Biru yang benar-benar berwarna biru dapat terjadi sangat langka dan tidak ada hubungannya dengan kalender, fase bulan atau jatuhnya musim, melainkan akibat dari kondisi atmosfer. Abu vulkanik dan kabut asap, droplet di udara, atau jenis awan tertentu dapat menyebabkan bulan purnama tampak kebiruan.
Fenomena Blue Moon malam ini, dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia. Yakni, terlihat di arah Timur-Tenggara hingga Barat-Barat Daya. Untuk wilayah lintang 1-2 derajat Lintang Utara (LU), Bulan Biru akan berada di atas kepala saat tengah malam.