INDONESIATIMES - Vaksin Covid-19 hingga kini masih menjadi momok di tengah masyarakat. Di Indonesia sendiri, virus Covid-19 masih belum bisa terkendali dengan baik.
Seperti diketahui, vaksin merupakan salah cara yang efektif untuk mencegah dan melindungi diri dari virus asal Wuhan, China itu. Namun, pada sejumlah kasus orang yang sudah divaksin masih bisa terinfeksi.
Baca Juga : Penggagas Warna Merah Putih pada Bendera RI Ternyata Seorang Habib
Studi menunjukkan terdapat perbedaan gejala Covid-19 pada orang yang sudah vaksin dan belum vaksin. Sebuah penelitian di Inggris dilakukan dengan meminta orang melaporkan gejala yang dirasakan melalui aplikasi.
Para peneliti lantas membandingkan gejala Covid-19 pada orang yang sudah vaksin dan belum vaksin. Lantas apa saja perbedaan bagi orang yang terkena Covid-19 sesudah dan sebelum divaksin?
Berikut perbedaannya:
1. Orang yang sudah vaksin memiliki peluang rendah terkena Covid-19. Saat terinfeksi, orang yang sudah vaksin cenderung mengalami gejala penyakit ringan.
2. Orang yang tidak divaksin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami penyakit parah.
3. Orang yang divaksin kemungkinan 70 persen lebih kecil mengalami demam dibandingkan orang yang tidak divaksin.
4. Orang yang sudah vaksin kemungkinan 55 persen lebih kecil mengalami kelelahan ketimbang orang yang belum vaksin.
Baca Juga : Tingkatkan Kesadaran Vaksin, Dinsos-P3AP2KB Kota Malang Getol Sosialisasi
5. Orang yang sudah vaksin memiliki kemungkinan 50 persen lebih kecil mengalami sakit kepala, kehilangan penciuman, dan anosmia.
6. Orang yang sudah divaksin memiliki kemungkinan yang sama mengalami sesak napas ringan dan pembengkakan kelenjar.
7. Gejala Covid-19 saat sudah vaksin 24 persen lebih mungkin mengalami bersin dibandingkan yang tidak vaksin.
Temuan awal perbedaan gejala Covid-19 pada orang yang sudah vaksin dan belum vaksin ini menunjukkan bahwa vaksin efektif mencegah gejala yang berat.
"Pesan penting, meskipun ini temuan awal, adalah bahwa orang yang divaksinasi memiliki kemungkinan yang jauh lebih rendah untuk memiliki penyakit parah, mereka memiliki kesempatan yang lebih rendah untuk terinfeksi sama sekali, dan bahkan jika mereka terinfeksi, penyakit mereka cukup ringan," kata ahli kesehatan masyarakat Australia Lucas de Toca, dikutip melalui situs Departemen Kesehatan Australia.