MALANGTIMES - Alat tes swab antigen saat ini memang banyak dijual murah secara online. Karena hal itu, banyak masyarakat yang membeli alat tersebut dan melakukan tes swab antigen secara mandiri tanpa didampingi oleh tenaga medis.
Swab dilakukan dengan cara memasukkan atau mencolokkan alat tes ke bagian dalam hidung hingga tenggorokan untuk mengambil sampel lendir. Meskipun murah, namun di balik itu, melakukan swab antigen sendiri ternyata memiliki risiko hingga bisa berujung kepada terjadinya fatalitas.
Baca Juga : Wali Kota Kediri Tekankan Warga untuk Kooperatif Ikuti Tracing-Testing-Treatment
dr Fifin Pradina Manager Pelayanan Medis dan Ketua Satker RSI Unisma menjelaskan, jika memang masyarakat tidak diperkenankan membeli dan melakukan tes swab antigen sendiri. Pemerintah telah mengatur melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 446 Tahun 2021 yang mengatur bagaimana ketentuan dan prosedur tes rapid berbasis antigen yang tidak bisa dilakukan secara mandiri.
Dijelaskannya, terdapat beberapa risiko jika melakukan tes swab antigen sendiri. Pertama, mengalami kesalahan hasil pemeriksaan. Dalam hal ini, jika terjadi kesalahan dalam pengambilan sampel pemeriksaan saat melakukan tes swab mandiri, maka bisa memberikan hasil pemeriksaan yang tidak tepat.
"Rapid Antigen itu memang tepat, tapi itu tentu dengan pemeriksaan dengan teknik yang tepat untuk keakuratan. Tapi kalau yang melakukan bukan tenaga terlatih, tentu hasilnya bisa kurang akurat," ungkapnya.
Kedua, bisa meningkatkan potensi penularan Covid-19. Jika pengambilan sampel dilakukan dibantu orang lain (bukan tenaga medis) atau sendiri, kemungkinan besar tidak mengunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang bisa melindungi diri dari paparan virus. Sehingga, risiko virus menular dan menyebar juga lebih besar.
Risiko selanjutnya adalah bisa terjadi pendarahan. Hal ini bisa saja terjadi jika seseorang melakukan sendiri tes swab antigen tanpa mengetahui metode yang tepat. Tangkai dari alat tes bisa saja mengenai pembuluh darah yang bisa menyebabkan pendarahan. Kemudian bisa terjadi patah alat tes hingga tertelan. Risiko ini patut diwaspadai terutama pada seseorang yang memiliki struktur hidung yang bengkok atau tidak normal. Jika yang melakukan swab tersebut tidak memahami struktur ini, maka bisa saja terjadi kesakitan yang luar biasa.
"Kalau melakukan sendiri tanpa tahu anatomi hidung akan sangat berbahaya. Sebetulnya saat tes itu harusnya memang tidak sakit, itu yang benar. Kalau ada geli, bersin itu hal yang wajar," tuturnya.
Baca Juga : Tempat Wisata Ditutup, Kebutuhan Makan Satwa di Batu Secret Zoo Capai Setengah Miliar
Karena itu, untuk menghindari risiko-risiko itu, maka pemeriksaan rapid tes antigen harus dilakukan oleh tenaga medis yang memang sudah mendapatkan pelatihan. Seseorang yang melakukan tes harus mendapatkan pelatihan dan telah mengetahui anatomi hidung.
Pihaknya juga menyampaikan, jika di RSI Unisma Malang para petugas pemeriksaan, baik itu para dokter, hingga tenaga keperawatan untuk melakukan tes pemeriksaan secara benar.
"Karena itu masyarakat diharapkan untuk melakukan tes di klinik maupun rumah sakit yang memang mempunyai tenaga medis yang ahli dalam melakukan tes swab antigen. Sehingga hasilnya memang akurat dan tidak menimbulkan rasa sakit," pungkasnya.