BLITARTIMES - Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar terus hadir di tengah-tengah masyarakat melalui pengabdian masyarakat. Selain mahasiswa, pengabdian kepada masyarakat juga dilaksanakan oleh dosen. Seperti Dr Andiwi Meifilina, S.Sos.MM.M.I.Kom.CPS, Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik ini memberikan pelatihan speakerpreneur kepada santri di Pondok Pesantren Tarbiyatus Sholikin, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.
Kegiatan pelatihan speakerpreneur dilaksanakan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Meski pesertanya terbatas, nampak para santri sangat antusias mengikuti jalanya kegiatan. Di pelatihan ini mereka mendapatkan materi meliputi ceramah, tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah, praktek dan evaluasi.
Baca Juga : Pesan Khusus Kapolres Jombang untuk Mahasiswa Hingga Ojol Usai Divaksin
“Tujuan dari pelatihan speakerpreneur ini adalah meningkatkan pengetahuan, pemahaman dari aplikasi Speakerpreneur pada santri di Pondok Pesantren Tarbiyatus Sholikin. Pelatihan ini juga untuk meningkatkan kepercayaan diri para santri dalam praktek Speakerpreneur. Serta meningkatkan prestasi yang diraih santri pondok pesantren Tarbiyatus Sholikin dengan memberikan pengetahuan Speakerpreneur,” kata Andiwi kepada BLITARTIMES.
Ditanya terkait alasan dipilihnya santri pondok pesantren sebagai sasaran pelatihan speakerpreneur, Andiwi menyampaikan, seorang santri tidak hanya dituntun untuk memiliki kualitas kognitif saja. Tetapi kualitas diri mereka untuk berprestasi secara akademis di luar sekolah pondok Pesantren saat ini menjadi tuntutan.
“Dampak dari SDM yang unggul ini tidak hanya untuk santrinya saja, tetapi juga akan mempengaruhi kualitas pondok pesantren. Semakin banyak santri yang berprestasi di berbagai ajang kompetisi maka nama sekolah dan pondok pesantren secara otomatis akan meningkat,” tegasnya.
Andiwi menambahkan, dewasa ini speakerpreneur identik dibawakan oleh orang tua. Dalam hal ini dirinya melihat regenerasi harus dilakukan karena sangat jarang anak muda yang menekuni speakerpreneur.
“Kegiatan speakerpreneur seperti MC biasanya dibawakan oleh orang tua, padahal kalau kita amati santri remaja adalah penerus orang tua. Nah, jika tidak belajar Speakerpreneur ketika ditinggal wafat para orang tua siapa yang akan meneruskannya. Belum lagi gempuran media sosial dan game online yang hampir setiap hari di akses oleh para remaja. Permasalahan tersebut sangat massif dan merata terjadi di setiap lingkungan mulai dari pedesaan apalagi perkotaan,” imbuhnya.
Baca Juga : Masuk PPKM Level 3, Wabup Malang Minta Masyarakat Tidak Abai Prokes
Di tengah kurangnya regenerasi, saat ini permasalahan yang muncul adalah saat ini generasi muda khususnya para santri kurang mendapatkan sentuhan atau bimbingan tentang speakerpreneur.
Untuk itu, lanjut Andiwi, dibutuhkan pelatihan agar dapat meningkatkan pengetahuan (kognitif) santri tentang speakerpreneur dan peningkatan ketrampilan (psikomotorik) santri tentang teknik-teknik speakerpreneur.
“Rancangan monitoring dan evaluasi untuk pelatihan Speakerpreneur di pondok pesantren Tarbiyatus Sholihin ini akan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif, segera setelah pelatihan dilaksanakan dengan tenggang waktu 1 bulan,” pungkasnya (ADV).
