MALANGTIMES - Nabi Musa AS hidup di masa Fir'aun. Saat itu, semua anak laki-laki tidak dibiarkan hidup. Dan saat itu, bukan hanya Nabi Musa AS satu-satunya yang selamat. Terdapat anak laki-laki lain yang selamat, ia adalah Samiri.
Menurut salah satu sahabat Rasulullah, seperti yang dikisahkan dalam Islam Populer, yakni Qatadah Ibnu Al Nu'man, menjelaskan jika Samiri berasal dari negeri Samir. Muhammad Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Samiri merupakan seorang penduduk Bajarma dan dia berasal dari kaum yang menyembah berhala.
Dalam dirinya telah tertanam penyembah terhadap patung dan berhala sapi. Kendati begitu, Samiri menampakkan dirinya merupakan pengikut Musa di hadapan Bani Israil. Kendati menjadi pengikut Musa, hati Samiri bergejolak akan kepercayaan nenek moyangnya.
Menurut Muhammad Ibnu Ishaq, Samiri adalah nama panggilan untuk orang atau individu yang kufur bernama Musa Bin Zhufar. Samiri sendiri selamat dari kebijakan Fir'aun setelah ditinggalkan dalam gua oleh ibunya. Ada juga yang mengatakan, bahwa ia selamat dari bencana yang menimpa kampungnya.
Atas izin Allah SWT, Malaikat Jibril kemudian menjaga dan merawatnya hingga dewasa, sampai ia kemudian tumbuh dengan kesendirian dan tak pandai berbaur dengan masyarakat. Ia menjadi bagian dari kaum Bani Israel sekaligus pengikut Nabi Musa AS.
Samiri ikut selamat bersama umat Nabi Musa AS dari kerajaan Fir'aun. Saat itu, Samiri menyadari bahwa saat itu, dalam perjalanannya menyeberangi laut yang terbelah, ia mengetahui ada Malaikat Jibril. Ia kemudian berinisiatif untuk mengumpulkan pada jejak tanah yang dipijak malaikat Jibril dan kemudian menyimpannya.
Kemudian saat mereka berada di Mesir, Nabi Musa AS melihat penduduk desa yang menyembah patung sapi. Mereka pun meminta Nabi Musa untuk membuatkan patung sesembahan. Namun tentu saja permintaan itu ditolak keras oleh Nabi Musa AS.
Nabi Musa meminta kaumnya untuk menguatkan iman dan meyakinkan bahwa Allah SWT yang patut disembah. Nabi Musa kemudian pergi untuk berupaya mendapatkan mukjizat. Musa menitipkan kaumnya kepada Nabi Harun AS. Nabi Musa mewanti-wanti agar kaumnya menjaga ketauhidan.
Namun hal ini kemudian menjadi kesempatan bagi Samiri. Timbullah niat jahat untuk menyesatkan kaum Bani Israil. Ia kemudian meminta kaum Bani Israil mengumpulkan emas agar bisa dilebur dengan tanah bekas jejak Malaikat Jibril hingga kemudian jadilah sebuah patung sapi.
Hal ini telah diabadikan dalam Al-Quran, Allah berfirman "Maka sesungguhnya kami telah menguji kaummu sudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih".
Baca Juga : Menyesalnya Abdul Ghaffar karena Meremehkan Anjing
Berkata Musa, " Hai Kaumku, bukankah tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik ?, Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari tuhanmu menimpamu dan kamu melanggar perjanjian dengan aku ?"(QS Thaha 85-86).
Nabi Musa pun sempat meminta penjelasan kepada kaumnya. Dan jawaban kaum Bani Israel juga termaktub dalam Alquran. "Mereka berkata, kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi disuruh membawa beban-beban perhiasan dari kaum itu (Mesir). Maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula samiri melemparkannya. Kemudian sambil mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lampu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata, "inilah tuhanmu dan tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa"(QS Thaha 87-88).
Sebelumnya Nabi Harun juga telah memperingatkan kaum Bani Israil untuk tidak menyembah patung itu namun, kaum itu merupakan kaum pembangkang. Hal ini sesuai firman-Nya, "dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya, "hai kaumku sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu, dan dan sesungguhnya tuhanmu (tuhan( yang maha pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku. Mereka menjawab, " kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini hingga Musa kembali kepada kami," (QS Thaha 90-91).
Nabi Musa kemudian meminta penjelasan Samiri. "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya. Maka, aku ambil segenggam dari jejak Rasul lalu aku melemparkannya. Demikianlah nafsuku membujukku" (QS Thaha 96).
Karena perbuatannya tersebut, Samiri kemudian terwujud dan terasing dari masyarakat. "Berkata Musa, 'pergilah kamu, maka sesungguhnya kamu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan : 'Janganlah menyentuh (aku)'. Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya. Dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya, sesungguhnya kami akan membakarnya, Kemudian kami akan sungguh-sungguh menghamburkannyaKemudian kami akan sungguh-sungguh menghamburkannya dalam laut (berupa abu yang berserakan)"(QS Thaha 97).