free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Ruang Mahasiswa

Berjejal Vaksinasi Untung atau Buntung?

Penulis : Aji Novita Faidillah - Editor : Redaksi

23 - Jun - 2021, 17:48

Placeholder
Aji Novita Faidillah

Covid-19 adalah penyakit yang masuk pada tahun 2020 di Indonesia. Penyakit ini berasal dari daratan Cina kemudian mewabah di seluruh dunia. Covid-19 berasal dari virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang menyebabkan gangguan pernapasan. 

Coronavirus Desease sudah tidak asing lagi bukan? Benar, virus yang lebih terkenal dengan nama Covid-19 tentu saja telah menjadi buah bibir di seluruh penjuru dunia karena dampak yang ditimbulkan sangat berpengaruh dalam berbagai sektor, seperti kematian berturut-turut hingga menembus jutaan angka ini menggambarkan bagaimana menakutkannya virus Corona. 

Baca Juga : Kapolda Jatim Rakor dengan Forkopimda, Bahas Penanganan Covid-19

Banyak penyakit lainnya yang mematikan di dunia, namun adanya Covid-19 ini memperparah keadaan dan menambah komplikasi penyakit lainnya. Sebagai contoh adalah orang yang terkena TBC, penyakit paru, dan ketahanan tubuh yang rendah akan lebih mudah terkena Covid-19 kemudian kesehatannya semakin menurun serta tidak lagi bisa bertahan hidup lebih lama. 

Virus yang mampu bertahan hingga satu tahun lebih lamanya ini selalu saja menjadi sorotan media masa dan pemerintah. Eksistensi menjulang dan varian-varian jenis Coronavirus yang baru terus bermunculan. Kasus demi kasus pun mulai membeludak. 

Dalam kurun waktu satu minggu terakhir mulai dari tanggal 14-20 Juni 2021 tercatat 13.737 kasus baru dengan rata-rata dalam 7 hari sebesar 11.222. Kemudian pada tanggal 10-17 Juni 2021 sejumlah 59,851 yang melakukan tes dan dengan hasil positif sebanyak 9,217 atau 15.4%, angka yang cukup tinggi. 

Jika berbicara tentang Covid-19 tidak perlu membahas lagi tentang bagaimana virus mematikan ini bisa masuk ke Indonesia. Apalagi membahas bagaimana cara menghindarinya, bukankah setahun lebih kita memerangi virus yang gempar ini? Bahkan saya beropini bahwa sudah  menjadi makanan sehari-hari peringatan pada  pamflet maupun media massa dan media sosial yang kita temui tentang Covid-19. Apalagi kecanggihan teknologi modern yang mampu menghantarkan berita dan informasi dengan cepat, namun tidak ada salahnya bila mengingatkan bahwa pentingnya masker, menjaga jarak, dan berupaya agar menjaga kebersihan hal ini dilakukan bukan hanya menghindari Covid-19 tetapi hal tersebut juga dapat meminimalisir adanya penularan penyakit lain mengingat keadaan lingkungan yang tidak terkendali.  

Dalam penanganannya pemerintah bertindak dengan berbagai upaya yakni penutupan akses dari dan menuju negara lain, PSBB, pembelajaran daring, larangan mudik lebaran hingga yang terakhir adalah vaksinasi. Upaya pemerintah yang tak kalah kontroversi adalah vaksin yakni zat atau senyawa yang akan bertugas membentuk kekebalan tubuh yang terbuat dari virus atau bakteri yang sudah dilemahkan atau dimatikan bisa jadi dari virus itu sendiri. 

Pada akhir 2020 saat negara luar sudah mendapatkan vaksin, masyarakat Indonesia gaduh mengapa vaksin di Indonesia tak kunjung ada dan diberikan kepada masyarakat sampai pada bulan Januari 2021 diawali oleh Presiden RI yakni Bapak Joko Widodo yang disuntikan vaksin kemudian para menteri dan wakil rakyat lainnya. 

Setelah beberapa orang sudah disuntikan vaksin terjadi keributan selanjutnya yaitu penolakan vaksin, penolakan vaksin ini semakin gempar karena salah satu politikus menolak untuk mendapatkan vaksin dan beberapa orang-orang penting tertertentu yang menolak untuk mendapatkan vaksin, hingga Presiden bekerja sama dengan artis yang memiliki kemampuan untuk menggiring opini masyarakat agar berani melakukan vaksinasi. Bukan hanya artis, seleb yang ada di media sosialpun turut serta menggemakan pentingnya vaksin, kemudian hal tersebut membuahkan hasil yakni vaksin diterima dengan baik di masyarakat meskipun ada beberapa polemik yang masih menjadi pertanyaan.  

Tiba saatnya vaksin Covid-19 diberikan kepada masyarakat, beberapa lapisan masyarakat disarankan harus melakukan vaksin dengan mendaftarkan diri pada polsek atau polres terdekat, namun beberapa mekanisme berjalannya vaksinasi ini menjadi sorotan tersendiri. Pola vaksinasi dengan mengumpulkan orang dalam jumlah yang relatif banyak ini bertolak belakang dengan aturan pemerintah yang menyarankan agar hal itu tidak dilakukan. Tentu saja tidak bisa dipungkiri bahwa ketika akan mendapatkan penanganan vaksin orang-orang akan mengantre dengan ketahanan tubuh yang tidak sama namun mendapat perlakuan yang sama, belum lagi tidak kita ketahui para pengantre vaksinasi tersebut apakah memang benar-benar tidak terjangkit Covid-19 atau mereka pembawa virus tanpa gejala tidak bisa dipastikan karena hanya melalui pengecekan sepintas yang dilakukan seperti suhu badan dan fisik yakni batuk atau sesak nafas. 

Baca Juga : Pentingnya Penggunaan Helm dalam Berkendara

Bukankah mereka yang datang tanpa diketahui keadaannya ini bisa menjadi salah satu penyebaran virus tanpa disadari? Atau masyarakat lain yang awalnya datang untuk mendapatkan vaksin dengan tujuan agar lebih kebal dan memiliki  antibody yang kuat kemudian berharap terhindar dari Covid-19 justru tertular sebelum menerima vaksin yang baru bisa optimal dan membentuk antibody setelah 2 minggu penyuntikan. 

Mekanisme vaksinasi sangatlah krusial bilamana tidak diperhatikan dengan sungguh-sungguh seperti salah satu pemberitaan bahwa terjadi kerumunan massa penerima vaksin dikarenakan iming-iming berhadiah, dengan jumlah peminat vaksinasi yang datang untuk mendapatkan hadiah akhirnya target penyaluran vaksin dapat digapai. 

Bukankah pernyataan tersebut terdengar sumbang? Masyarakat yang datang untuk mendapatkan vaksin tidak semuanya menggunakan masker medis, beberapa orang memakai masker scuba yang mana kita ketahui masker tersebut tidaklah aman digunakan dan dapat melindungi diri dari virus Corona, apalagi masyarakat masih belum sepenuhnya mematuhi anjuran tentang masker yang kerap kali disepelekan, beberapa orang masih saja melepas masker saat berada dalam jarak rentan terjangkit Covid-19. Ibu-ibu rumah tangga yang memiliki balita seharusnya tidak membawa balita tersebut kedalam kerumunan masyarakat yang jarang terhindarkan, dengan alasan tidak ada yang menjaga bayinya ketika ia meninggalkan untuk melakukan vaksinasi selalu saja diloloskan dan tetap mengikuti vaksinasi tersebut, dan hal ini berisiko bagi balita. 

Embel-embel "Dengan mematuhi protokol kesehatan" seakan semua sudah dijalankan dengan benar tanpa mengetahui apa yang terjadi di lapangan. Jarak yang kurang dari satu meter dan belum tentu setiap warga mencuci tangan dengan baik dan benar setelah atau sebelum melakukan vaksinasi.  

Banyak hal yang perlu dipertimbangkan terkait vaksinasi dengan pemberitaan simpang siurnya, belum lagi efek samping yang ditimbulkan setelah melakukan vaksinasi. Perlu kejelasan dan ketelitian menanyakan riwayat penyakit yang diderita oleh calon penerima vaksin, begitu pula masyarakat yang diharapkan selalu kooperatif dalam menjalankan vaksinasi. 

Segala hal baik buruk bisa ditangani bilamana kedua belah pihak yang bersangkutan saling terbuka dan bekerja sama. Upaya yang disediakan oleh pemerintah bukanlah hal yang buruk dan vaksinasi bisa saja menjadi untung dan buntung semua itu ada ditangan masing-masing orang yang mampu berpikir secara kritis dan bijaksana dalam menanggapi segala polemiknya.


Topik

Ruang Mahasiswa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aji Novita Faidillah

Editor

Redaksi