MALANGTIMES - Warga Dusun Gedangan, Rt.14 RW 03 Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang digegerkan dengan penemuan lelaki yang gantung diri di sebuah pohon, Rabu (2/6/2021).
Pria itu adalah Sanyoto (65) yang nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Aksi nekat itu diduga karena korban mengalami depresi berat, lantaran penyakit yang selama bertahun-tahun deritanya tak kunjung sembuh.
Baca Juga : Kasus Pengeroyokan Emak-Emak, Polres Blitar Tetapkan Satu Orang Tersangka
Kapolsek Wagir, AKP Sri Widyaningsih mengatakan dugaan sementara korban nekat mengakhiri hidupnya karena depresi akibat tak kunjung sembuh dari sakitnya. Dari informasi, korban mengalami penyakit darah tinggi, diabetes hernia, dan wasir.
“Koban gantung diri di atas pohon yang terletak di pekarangan, di belakang rumah kosong yang difungsikan sebagai kandang ayam,” ucap Widya -sapaan AKP Sri Widyaningsih- Rabu (2/6/2021).
Widya menjelaskan, peristiwa tersebut diketahui pertama kali oleh pemilik kandang ayam tersebut. Saat itu ia hendak memberi makan ayam ternaknya, namun ia melihat ada sesuatu yang tergantung di pohon dan membuatnya kaget.
“Saat akan memberi makan ayam di belakang rumah dan ketika berjalan ke pekarangan belakang, saksi melihat korban sudah meninggal dengan posisi menggantung di atas pohon mangga,” jelasnya.
Mengetahui hal tersebut, lanjut Widya, saksi meminta tolong ke warga sekitar dan perangkat desa (Kepala Dusun/Kasun), kemudian diteruskan ke Polsek Wagir, dan pihak tenaga medis. Secara tanggap, perangkat desa kemudian langsung tiba di lokasi dan mengevakuasi korban bersama pihak terkait.
“Mendapat laporan tersebut, kepolisian dan pihak bidan desa datang dan (dilakukan evakuasi) dengan disaksikan keluarga korban serta perangkat desa,” terang Widya.
Baca Juga : Bersitegang Berebut Anak, Suami Tusuk Istri
Dari observasi sementara, pihak Kepolisian tidak menemukan tanda-tanda kekerasan yang ada pada tubuh korban gantung diri.
“Tidak ada bukti kekerasan, lidahnya tergigit gigi, pada kemaluan korban mengeluarkan mani yang menempel di celana dalam dan celana luar, serta pada dubur korban mengeluarkan sedikit cairan. Menurut keterangan keluarga korban serta perangkat desa, korban mengalami depresi berat karena sakit komplikasi,” jelas Widya.
Setelah kejadian itu, sebenarnya pihak Kepolisian hendak membawa jenazah korban ke rumah sakit untuk di autopsi, namun pihak keluarga menolak dan menganggap hal itu sebagai musibah.
Dengan membuat surat pernyataan yang berisi membenarkan kejadian tersebut, keluarga tidak akan menuntut siapapun atau pihak lain dan keluarga tidak berkenan untuk dilakukan autopsi atas jenazah korban.