MALANGTIMES - Periode 14 hingga 20 Mei 2021 kemarin tercatat terjadi 19 kali gempa bumi. Namun kejadian itu tidak sampai membuat getaran karena magnitudo terbesar hanya sampai 3.8 skala richter (SR).
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Malang Ma'muri mengatakan, kejadian tersebut akibat adanya aktivitas subduksi dua lempeng tektonik, yaitu lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia.
Baca Juga : LPBI NU Jaring Aspirasi Pemulihan Pasca Masa Tanggap Darurat Berakhir
Belasan kali gempa bumi terjadi dalam pekan ini. Bahkan gempa bumi kedalaman dangkal dan menengah di laut yang terjadi itu diduga disebabkan oleh aktivitas subduksi kedua lempeng tersebut.
“Sementara, gempa kedalaman dangkal di darat diduga merupakan aktivitas patahan lokal,” kata Ma'muri, Jumat (21/5/2021).
“Juga ada gempa dengan kedalaman menengah di darat kami duga merupakan aktivitas zona subduksi,” sambungnya.
Ma'muri mengatakan juga kejadian gempa bumi itu terbesar mencapai 3.8 SR. Sementara magnitudo terkecil berkisar mencapai 1.5 SR, sehingga tidak terjadi getaran yang cukup kuat dirasakan.
“Dalam periode ini tercatat 18 kejadian gempa bumi dangkal, dan 1 kejadian gempa bumi menengah. Alhamdulillah tidak ada kejadian gempa bumi dalam,” ungkap Ma'muri.
Baca Juga : Posko Satgas Covid-19 Kebanjiran Izin Hajatan, Bupati Tulungagung Tak Keluarkan Izin Keramaian
Namun Kamis (20/5/2021) kemarin, Ma'muri menyampaikan, telah terjadi 6 kejadian gempa bumi. Dari peta distribusi episenter, 16 gempa bumi terjadi di laut dan 3 kejadian di darat.
“Gempa bumi kedalaman dangkal dan menengah yang terjadi di laut itu terbesar di Selatan Jawa Timur dan Jawa Tengah,” jelasnya.