MALANGTIMES - Gempa yang mengguncang Kabupaten Malang dan sekitarnya pada Sabtu (10/4/2021) kemarin dan hari ini, Minggu (1¼4/2021) memang cukup menggegerkan. Bahkan, peristiwa tersebut masih berpotensi terjadi Gempa Aftershock atau susulan kembali. Hal itu diungkapkan Pakar Geofisika Universitas Brawijaya (UB), Prof Dr Adi Susilo PhD, Minggu (11/4/2021).
Ditegaskannya, jika gempa susulan telah ada sejak kejadian gempa pertama yang terjadi pada pukul 14.00 WIB, Sabtu (10/4/2021). Dan terahkir, gempa susulan terjadi pada pagi Minggu, (11/4/2021) sekitar pukul 06.54 WIB.
"Memang sudah ada sejak kemarin," jelasnya sat dihubungi.
Baca Juga : Sinopsis Ikatan Cinta RCTI 11 April 2021, Riky Tagih Janji ke Elsa untuk Tidur Bareng
Penyebabnya, tentunya tetap sama karena adanya subduksi. Gempa terjadi akibat zona subduksi di mana lempeng Indo Australia menyusut ke lempeng Eurasia. Setiap gempa tektonik dangkal, selalu diikuti dislokasi atau patahan yang mengganggu di sekelilingnya. Sehingga muncul gempa susulan atau gempa baru disepanjang patahan tersebut.
Kendati demikian, adanya gempa susulan yang juga disebut dengan Gempa Aftershock ini memiliki kekuatan getaran gempa yang besar seperti gempa pertama yang magnitudonya sebesar 5,5 magnitudo.
Gempa Aftershock, dapat dinyatakan secara umum patahan lokal pada lapisan permukaan bumi. Bila dimulai patahan besar pada kedalaman tertentu dari permukaan, bagian terbanyak dari pengumpulan tegangan energi yang dilepaskan terdapat pada gempa utama.
Tegangan tersisa, dimana yang pada umumnya tertinggal di dalam dan di sekitar daerah patahan tersebut serta adanya tegangan konsentrasi yang tinggi di sekitarnya membuat adanya beberapa retakan dan patahan lokal, yang mana tegangan rata-rata pada daerah ini menurun saat terjadi gempa utama.
"Gempa Aftershock ini ada, namun (magnitudo) perlahan semakin kecil," jelasnya.
Baca Juga : Beragam, Suku-Suku di Papua yang Mayoritas Penduduknya Beragama Islam
Lebih lanjut dijelaskannya, jika Gempa Aftershock ini juga terjadi akibat tegangan sisa yang tersimpan maka pada saat tertentu yang dilepaskan berupa gempa susulan. Gempa tersebut dengan kekuatan tertentu dan merupakan proses stabilisasi medan stress ke keseimbangan yang baru setelah pelepasan energi (stress drop) yang besar pada gempa utama.
"Ini memang untuk menstabilkan," katanya.
Mengenai Gempa di Malang sendiri, sejak beberapa tahun lalu, saat ini merupakan gempa yang terbesar. Sebelumnya pihaknya telah memprediksi gempa besar terjadi mulai sekitar tahun 2010-2020. Prediksi tersebut tak jauh dari waktu kejadian gempa yang saat ini terjadi pada 10 April 2021.
"Untuk saat ini saya masih coba lagi untuk memperpanjang data (prediksi) sampai 2030," pungkasnya.