MALANGTIMES - Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) tengah merehab kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal itu dilakukan agar kurikulum baru lebih agile dan adaptive disertai dengan penguatan softskill para lulusan SMK.
Konsep kurikulum baru ini diharapakan membuat para lulusan SMK berdaya saing sehingga semakin banyak lulusan SMK yang BMW.
Baca Juga : Kepala BKAD Kota Batu Sebut Ratusan Bidang Aset Lahan Belum Bersertifikat
"Harapannya, lulusan SMK semakin banyak yang BMW. B adalah bekerja, M melanjutkan studi dan W adalah wirausaha. Tapi lebih tajam lagi (harapan) mereka bisa melanjutkan ke S1, lebih baik lagi mereka bisa naik ke sarjana terapan," terang Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Wikan Sakarinto.
Lebih lanjut dijelaskan, jika ujung dari kurikulum baru akan memberikan dorongan atau kontribusi pada pengurangan angka pengangguran lulusan SMK yang tentunya turut berimplikasi pada peningkatan perekonomian.
"Jadi tidak ada lagi banyak pengangguran. Kita ingin mengurangi jumlah pengangguran, menaikan kualitas SDM, menaikan produktivitas industri hingga perekonomian. Itu ujungnya," terangnya saat menjadi narasumber dalam Sarasehan Pendidikan Vokasi dalam Rangka Pembangunan SDM Unggul dan Peningkatan Daya Saing Bangsa, Sabtu (10/4/2021).
Dengan terbentuk sebuah ekosistem yang selaras link and match bersama sejumlah stakeholder, baik itu BUMN, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Perindustrian, Kemenkop, pelaku industri serta instansi lainnya, diharapkan para kepala sekolah SMK maupun pengelola pendidikan vokasi maupun kursus pelatihan bisa 'menikah' (bersinergi) sendiri dengan dunia industri
"Terus kita dorong. Jika telah tercipta ekosistem yang begitu kuat, harapannya bisa 'menikah' sendiri-sendiri, mencari pasangan sendiri-sendiri. Pernikahan setiga, SMK, Politeknik dan Industri," terangnya.
Pihaknya sendiri saat ini sudah mengawinkan melalui Memorandum of Understanding (MoU). Mulai dari sekolah, politeknik, lembaga kursus hingga perusahaan industri telah resmi bersinergi. Sehingga, nantinya kurikulum akan lebih ditajamkan dan turut dilibatkan juga expert industri untuk menjadi pengajar di vokasi.
"Saya ingin tidak hanya kurikulum, tapi juga mendesain program SMK D2 Fast Track. D2-nya tidak 2 tahun tapi hanya 1,5 tahun. D2 Fast Track ini lebih spesifik (jurusan) dan matang dibandingkan SMK, baik softskill maupun lainnya. Namun tidak terlalu tinggi atau dengan materi yang banyak," terangnya.
Baca Juga : Unikama Kini Miliki Putra-Putri Kampus 2021
Jika lulusan SMK meneruskan ke D2 Fast Track, maka mereka akan menempuh perkuliahan selama satu semester dan dilanjutkan dengan magang dalam jangka waktu satu tahun. Sehingga, ketika nantinya mereka selesai magang, mereka akan menerima ijazah D2 dari Politeknik.
"Prodinya lebih spesifik, seperti D2 perhotelan, D2 teknik perawatan utilitas bangunan hotel dan gedung dan yang lainnya. Lulusan D2 Fast Track ini akan mengisi posisi pekerjaan-pekerjaan yang lebih spesifik. D3-nya diupgrade jadi D4 atau sarjana terapan, tapi terserah kampusnya bukan dihapus," pungkasnya.