MALANGTIMES - Mencoba wisata kuliner di Kota Malang, tak lengkap rasanya jika tak mampir ke Toko Oen. Ya, restoran ice cream legendaris ini seakan menjadi favorit pelancong dan warga lokal sendiri.
Nah, ngomong-ngomong soal Toko Oen, pasti yang terbesit tentang ice cream legendaris, patisserie dan minuman juice dengan gaya klasik Belanda yang tetap bertahan dalam setiap nuansanya. Padahal, di toko yang beralamat di Jl Basuki Rahmat No 5 Kota Malang ini juga menjual menu lainnya.
Baca Juga : Masih Eksis, Pabrik Kue Semprit di Kota Malang ini Ada Sejak Masa Koloni Belanda
Dari makanan berat, hingga makanan ringan yang juga khas era zaman kolonial Belanda. Sebut saja kue kering era kolonial. Toko Oen nampaknya dulu juga menjadi andalan bagi orang Eropa yang kangen dengan cita rasa kue yang mampu bertahan lebih lama itu.
Aji Chen Bromokusumo dalam bukunya Peranakan Tionghoa dalam Kuliner Nusantara menuliskan, jika cookies dan kue merupakan jenis makanan yang cukup sulit didapatkan di Nusantara pada abad ke 20 M.
Langkanya kue kering itu kemudian ditangkap sebagai peluang bisnis oleh pendiri Toko Oen Nyonya Liem. Di mana saat itu, Nyonya Liem mencoba membuat berbagai jenis kue kering dan mencoba menjualnya. Pergaulannya dengan komunitas eksklusif dari kalangan Belanda, China, dan keturunan Jawa ningrat membuatnya mudah mendapatkan pelanggan.
Dari bisnis rumah tangga itu, Nyonya Liem membuka toko pertamanya di Yogyakarta. Begitu banyak permintaan yang datang, bahkan mereka yang berasal dari luar kota. Untuk menjawab keinginan itu, maka dibukalah cabang toko di Semarang, Malang hingga Jakarta.
Toko Oen Malang sendiri menjadi salah satu destinasi kuliner yang tetap bertahan hingga sekarang. Mempertahankan cita rasa dan nuansa muda era 1900an yang menjadikan Toko Oen eksis di tengah gempuran modernisasi.
Di tempat ini, kalian bakal disuguhi suasana tempat ala zaman dahulu. Mulai dari tampak depan, hingga interior di dalamnya pun berisi perabotan-perabotan zaman era kolonial.
Ketika melewati pintu masuk maka kalian akan merasakan suasana tempo dulu yang langsung menyapa seperti radio kuno pada suatu sudut, pramusaji dengan busana khas zaman kolonial dan beberapa kursi terbuat dari kayu kno yang terawat.
Foto-foto kota Malang tempo dulu juga tampak menghiasi dinding ruangan semakin membawa pengunjungnya ke suasana masa lalu.
Nah, seperti apa sih sejarah berdirinya Toko Oen?
Sejarah Toko Oen Malang ini berawal pada tahun 1930, kala itu namanya Oen Ice Cream Palace Pattissier. Pada masa itu toko ini menjadi tempat favorit dan populer bagi orang-orang Belanda dan Eropa.
Sedangkan pemiliknya yang terkenal pada saat itu adalah orang yang berasal dari Tionghoa yaitu Max Liem yang memiliki marga Oen. Kemudian sajian yang utama disajikan di tempat in ini adalah menu-menu khas Belanda.
Baca Juga : Berusia Hampir 1 Abad, Toko Madjoe Pilih Pertahankan Resep hingga Interior Bangunan
Toko ini pernah pula dijadikan sebagai tempat Kongres Komite Nasional Indonesia pada 25 Februari 1947. Segala aktifitas dalam kegiatan tersebut dilakukan Toko Oen pada waktu cukup unik, pasalnya bangunan ini merupakan salah satu bangunan yang selamat dari peristiwa kebakaran di Malang.
Sayangnya, seiring dengan perjalanan waktu, Toko Oen di Malang pada tahun 1990 dijual ke pengusaha bernama Danny Mugianto. Namun, tak banyak yang berubah dari toko ini.
Yang berubah hanyalah gayanya yang dikemas lebih modern dan komersil, namun tidak merubah ciri dari pada toko ini. Seperti Toko Oen di Semarang dan daerah lain, Toko Oen di Malang tetap kental dan khas akan perjalanan sejarahnya hingga sekarang.
Ciri khas yang dimiliki Toko Oen, sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat bernostalgia di kota Malang. Suasana masa lalu yang ditampilkan dari restoran bersejarah dengan gaya klasiknya semakin menambah greget Kota Malang kaya akan budayanya yang beraneka ragam.
Selain menjual ice cream legendaris, sesuai sebutannya sebagai restoran jadul, Toko Oen juga menyajikan kuliner khas Belanda yang lengkap. Di sebuah counter berbentuk persegi panjang di depan pintu masuk misalnya terdapat berbagai jenis roti dan kue kering khas Belanda seperti speculaas, havermout, dan kaastengel.
Penataannya pun, dibuat sama persis saat era zaman dahulu. Yakni di toples kaca yang cukup besar, dengan warna-warna kue keringnya yang terlihat.
Sedangkan, untuk menu makanan yang dihadirkan mulai dari makanan pembuka, sup, masakan oriental, burger dan sandwich, salad, steak, dan tentu saja nggak ketinggalan menu khas Indonesia.
Namun, buat kalian para muslim yang mengunjungi perhatikan detail menu-menu yang ditawarkan ya. Karena sebagian menunya, ada yang tidak halal.